Enjoy the story:)
Monmaap masih banyak typo. Kritik sarannya juga boleh. Aku suka krisaran kok:D
***Seorang gadis beriris mata hitam pekat. Matanya terus saja memperhatikan apa yang ada pada pandangannya. Suatu pertunjukan yang berhasil membuat dadanya sesak.
Air mata memenuhi pelupuk matanya, satu kali saja berkedip, air mata itu akan tumpah. Sumpah serapah terdengar jelas dari seseorang yang sedari tadi membersamainya, namun tak dihiraukan.
"lo gak usah khawatir, gue udah biasa kok," ucap Gadis itu dengan santainya.
"Iyaa. Lo udah biasa digituin, tapi gak sadar-sadar!" cibir seseorang yang sedari tadi menatap kesal ke arah sepasang kekasih yang sedang tertawa ria.
"Ya udahlah Bel, dianya juga udah bahagia sama Siren."
"Terus ... lo korbanin hati lo, gitu? Cukup hewan aja yang di kurbanin Sha, hati lo jangan!"
"Apaan sii, lo!"
"Aresha Ravan Arabella, kapan sih lo mau ngakuin, kalo lo sebenernya suka sama dia!" Abel mulai jengah terhadap sikap Aresha yang terlalu baik menurutnya. Gadis itu terlalu mengedepankan kebahagiaan orang lain tanpa memikirkan dirinya sendiri yang tengah terluka.
"Gak bisa gitu lah Bel, dia emang cintanya sama Siren, bukan gue," ucapnya kelewat santai.
"Iya, kalo lo ngomong sejak awal sama Arga, mungkin aja dia juga suka sama lo!" tegas Abella.
"Yaudah lah ... kok jadi ribut sih," sarkas Aresha jengah.
"Lo sih ... bikin gue darting mulu."
Aresha heran kenapa sahabatnya ini begitu posesif tentang perasaannya kepada Arga. Ia sadar, perasaan itu tidak bisa dipaksakan. Apalagi perasaan kepada sahabat sendiri, itu bisa merusak persahabatan.
"Lo yang mulai yah!" ketusnya.
"Gue gini juga biar lo sadar!" sanggah Abel tak kalah sengitnya.
"Udahlah gak usah di bahas!" Aresha beranjak dari tempat duduk, berdebat dengan Abel hanya buang-buang waktu.
"Ehh lo mau kemana? Sahabat macam apa lo, maen pergi gitu aja?" Abel berdesis tertahan. Aresha tidak menghiraukan teriakan sahabatnya itu dan terus melangkahkan kaki.
***
Bel berbunyi sekitar 10 menit yang lalu, pertanda waktu istirahat telah berakhir. Aresha kini berada di rooftop sekolah. Iya, dia bolos. Tempat inilah yang menjadi pelampiasan ketika ia merasa tertekan ataupun sakit hati.
"Kenapa si Ga ... lo jahat banget sama gue?" ucapnya lirih.
"APA ARTI SEMUA PERHATIAN LO SELAMA INI? GUE YANG BAPERAN ATAU LO YANG BAJINGAN?" teriaknya, air matanya terus saja mengalir. Hati Aresha sakit. Kalau Arga hanya menganggapnya sahabat, lalu mengapa perhatiannya melebihi perhatian seorang sahabat? Coba sebutkan, di sini Aresha salah tidak?
"Nanti lo bakal ditemukan oleh seseorang yang tak pandai pergi." Tiba-tiba ada tangan yang menyodorkan sapu tangan di hadapan Aresha.
"Makasih," balas Aresha seraya mengambil sapu tangan itu. Mengalihkan kembali pandangannya ke arah pemandangan kota yang terlihat indah dari rooftop. Inilah yang membuat hatinya tenang.
"Gak usah nangis, cengeng lo!" Lelaki itu pergi meninggalkan Aresha.
"Apaansih, gue gak peduli mau dikatain cengeng ataupun apa, yang jelas gue lagi patah hati. Gue pengen nangis!" teriaknya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Styrofoam Boy (On Going)
Novela Juvenil[Harap follow akun author terlebih dahulu!] Sikapmu tak terduga. Membuatku merana. Tanpa kata, kau berhasil meruntuhkan pertahanan diriku. Sikapmu, tanpa sadar membuatku membuka pintu hati. Kuharap, takan ada sikap menyakitkan yang membuat terpuruk...