Flashback
(masa kuliah sepuluh tahun yang lalu)
"Saya mewakili kelompok saya untuk meminta maaf pada kakak-kakak sekalian karena kami terlambat, tidak membawa semua atribut yang disuruh, juga membuat keributan." Kata seorang cewek lantang sambil menunduk di hadapan gue dan semua anggota BEM lainnya.
Ya, hanya satu kelompok dia yang ga terlambat hingga satu jam dan bahkan ga memakai apa yang sudah disuruh dua hari yang lalu. Keterlaluan banget, padahal dia dan teman-temannya itu mahasiswa baru! Ditambah lagi, beberapa anggota kelompoknya yang ga terima karena dimarahi oleh gue dan temen-temen gue langsung mengamuk di lapangan. Keributan besar!
"Heh! Maaf lu bilang??! Lu tau ga apa yang diperbuat kelompok lu?! Beberapa anak sampe luka gara-gara hentiin kalian yang ngamuk! Bahkan salah satu dari anggota BEM ada yang luka!" teriak Riska, cewek tergalak di BEM.
"Lu kira gue sama temen-temen gue mau ngerjain kalian hah? Engga! Gue sama temen-temen gue ga sekurang kerjaan itu nyiapin semua acara buat kalian! Mending nikmatin liburan daripada di sini!" sindir wakil gue, Rio.
Cewek itu terus menunduk dan meminta maaf. Bahkan gue ga bisa melihat mukanya yang gue yakin berantakan banget. Apa mungkin dia menangis? Temen-temen gue terus memaki dan menyindir dengan tajam. Gue hanya bisa diem. Jujur saja, gue marah karena acara yang kami susun berbulan-bulan berantakan hanya dalam satu hari!
"Gar, bilang sesuatu sama cewek itu kek!" kata Rio sambil menyenggol gue.
Well, sepertinya mereka semua udah capek. Gue menarik nafas dan terus menatap ke arah cewek itu yang terus menunduk.
"Nama lu siapa?" tanya gue dengan suara tenang.
"Merlyn Dewantara, Kak." Jawab cewek itu masih menunduk.
"HEH! KALAU NGOMONG TUH YANG SOPAN! Tatap orang yang ngajak lu bicara!" teriak Riska.
Aduh, suara dia bener-bener kayak toa! Telinga gue sakit. Akhirnya gue pelototin Riska supaya dia ga ikut campur.
"Maaf Kak!" kata Merlyn yang ga lagi menunduk.
Ga ada ketakutan, ga ada air mata, juga ga ada kekesalan. Tapi hanya rasa bersalah. Gue pun tersenyum, ternyata dia cewek yang kuat. Ga takut digertak!
"Menurut kamu, siapa orang yang harus disalahkan dalam kelompok kamu?" tanya gue.
"Ga ada! Kami semua salah Kak!" kata Merlyn tegas.
"Tapi aku butuh satu nama yang harus bertanggung jawab untuk semua kekacauan hari ini!" kata gue tegas.
Merlyn terlihat ragu sebentar. Mungkin untuk menimbang-nimbang siapa yang akan dia salahkan di kelompoknya. Riska dan Rio udah tertawa mengejek, bahkan gue tau pasti di pikiran mereka, cewek ini akan menyalahkan cowok yang pertama kali berteriak di lapangan tadi.
"Saya yang salah Kak! Karena saya ketua, jadi saya yang salah jika ada yang terjadi dengan kelompok saya!"
Ha? Dia menyalahkan dirinya sendiri???
Gue menatap Dina, anggota BEM yang bertanggung jawab dengan kelompok Merlyn. Tapi Dina malah menggeleng dan bilang kalau sebelumnya bukan cewek ini yang menjadi ketua. Loh?
"Kamu bohong?" tanya gue.
"Ketua yang lama mengundurkan diri, dan saya yang memegang tanggung jawab untuk hari ini Kak!" kata Merlyn.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wedding Story
RomansaAnother story dari "I have to be STRONG!" “Kalau gitu, lu mau nikah sama gue ga?” Gary bilang apa? Dia kan Cuma tau gue belum menikah, bukan berarti gue tidak punya pacar kan? Walau kenyataannya gue juga belum punya pacar sekarang ini. Oh, mungkin...