15. Rencana

1.7K 176 0
                                    

15

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

15. Rencana

"Jadi, lo mau pecahin masalah Lea?" tanya Samuel.

Menunggu jawaban dari Azka Samuel merebahkan tubuhnya pada kursi bekas yang Samuel bariskan.

"Iya, dan malam ini gue minta bantuan kalian."

"Minta bantuan apa Azka?" Kevon mulai menyuarakan pertanyaan.

"Rencananya malam ini gue mau ke ruangan kepala sekolah."

"Nyusup maksud lo?" sanggah Marvel terkejut yang hanya di balas anggukan kepala oleh Azka.

"Emang rekaman CCTV satu tahun yang lalu masih ada?"

Azka menginjak puntung rokok yang sudah setengah kelingkingnya. "Gue nggak tau Von. Semoga aja ada."

"Terus, tadi lo ke ruangan CCTV mau apa?" tanya Marvel, tidak bisa menghilangkan rasa penasarannya.

"Gue habis cek rekaman CCTV satu tahun lalu, gue kira rekaman itu masih ada, dan ternyata setiap tahun rekaman CCTV di masukin ke micro SD, sedangkan kumpulan micro SD itu di simpan di ruangan kepala sekolah, begitu penjelasan dari staff ruangan CCTV. Maka dari itu, malam ini gue bakal nyusup ke ruangan kepala sekolah."

Azka pun menjelaskannya dan ketiga temannya pun mendengarkannya dengan seksama.

Mungkin setelah mendapatkan micro SD itu Azka akan langsung mengeceknya dan membuka semua file-file yang ada di dalam micro SD tersebut. Azka harap ada secerca bukti yang ia dapat.

"Bukannya lo yang suruh Reyhan buat selidik masalah Lea ya, Azka?" Seingat Samuel.

"Iya, gue emang suruh Reyhan. Tapi selama satu bulan ini Reyhan belum bisa temuin satu pun bukti yang bersangkutan sama masalah Lea."

"Tapi." Kevon menjeda. "Menurut gue sama kemungkinan yang ada di kepala gue yaitu, pertama, Reyhan itu bukan siswa sini, jadi buat tau semua akses yang ada di sini kemungkinan kecil sulit buat Reyhan dapetin, mungkin kalo ada beberapa jejak yang tertinggal, gue yakin pasti Reyhan dapet seenggaknya satu bukti."

"Dan yang kedua, orang yang nge-bully Lea pasti udah ngerencanain perundungan berencana ini dari jauh-jauh hari sebelum nge-bully Lea. Nggak mungkin pem-bully-an segitu hebohnya tahun kemarin polisi sampai nyerah buat cari tau siapa pelakunya kalo bukan pelakunya sendiri yang hapus semua jejak bully-nya?"

Samuel mengangguk-anggukan kepalanya, tanda setuju akan teori Kevon barusan.

"Sebentar," henti Marvel. "Gue bingung, kejadian pem-bully-an Lea 'kan satu tahun lalu. Di mana pada saat itu Lea masih duduk di bangku kelas sepuluh, dan kita masih di bangku SMP." Marvel berpikir sejenak, mencoba menguar lagi ingatannya. "Apa mungkin kejadian bully di akhir-akhir bulan ini masih pelaku yang sama, sama pem-bully-an Lea yang satu tahun lalu?"

AZKASEA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang