Thirteen

126 41 8
                                    

Jangan lupa voment yahhh
.
.
.
Boleh mampir tap Video di bawa ini, kita dengerin sekilas lagu dari Paul Kim oppa.
🔻
🔻

____________
_____
_
Happy reading
🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈
_
_____
__________

"Dan lagi, aku mendengarnya. Mendengar pengakuanmu bahwa kau menyukaiku." batin Rey.

Rey 'tak tahu harus bahagia mendengar kembali pengakuan Juni secara sadar atau sebaliknya. Dilema, itulah yang di alami lelaki itu. Dengan langkah kakinya yang tertatih-tatih, ia kembali melihat foto yang ia pandangi sejak siang tadi.

Ara, gadis yang cukup lama mengisi hatinya, tepatnya sejak SMA. Dan berakhir kala kecelakaan menimpa Rey, yang harus membuat cita-cita dan cintanya pergi tanpa menyisakan harapan apa pun. Rey yang berencana untuk melanjutkan pendidikan di akademi kepolisian setelah lulus strata satu, harus membuang jauh-jauh rencana itu. 'Tak hanya itu saja, lelaki blasteran Korea itu juga berencana mengunjungi ayahnya di Seoul dengan membawa serta Ara sebagai tunangannya. Namun semuanya pupus, Ara memilih mengakhiri hubungan mereka.

"Siapa pun orang yang menyebabkan aku seperti ini, akan aku berikan perhitungan. Tidak peduli dia siapa." batin Rey, mulai emosional.

Mengingat hal itu, sesekali Rey menatap langit-langit rumahnya seraya menahan butiran kecil mengalir dari sudut matanya. Ditambah lagi setelah dua bulan pasca kecelakaan yang di alaminya, sang ayah meninggal dunia yang di diagnosa mengalami endokarditis^ (infeksi lapisan dalam jantung) yang disertai dengan gangguan sistem urinasi. Penyakit itu tanpa di sadari oleh sang ayah dan orang-orang terdekatnya. Semua terjadi secara tiba-tiba.

Terpukul, bahkan Rey belum pernah bertemu langsung dengan sang ayah. Mengingat semua itu membuat niatnya untuk mencari tahu siapa dalang tabrak lari itu semakin menggebu-gebu.

▫️▫️▫️

Di sisi bangunan lain, seorang Juni sibuk menggulingkan tubuhnya di atas kasur.

"Aaaa!!!! Wae, wae, wae?^ (Kenapa, kenapa, kenapa?)" pekik Juni sembari menyumpal mulutnya dengan bantal.

"Kenapa aku sejujur itu ke Rey. Ah, memalukan," batinnya.

Juni tidak menyadari bahwa kalimat tadi adalah kali kedua yang ia ucapkan. Merasa malu dan canggung, sampai-sampai memperlihatkan diri di jendela kamarnya pun ia tak berniat.

Drrrrtttt!!!

"Aduh, jangan-jangan itu Rey lagi. Aku harus bicara apa, ya ampun," batin Juni, panik.

Setelah ia melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Rupanya itu Panggilan dari ibunya.
Juni menghela nafas panjang, merasa lega karena itu bukan dari tetangganya. Juni menggeser ikon hijau lalu menjawab telepon dari sang ibu.

_____________

"Halo, Bu?"

"Halo Juni. Bagaimana kabarmu?"

"Kabar Juni baik. Kalian bagaimana? Bu, Juni ingin ke Lund," ucapnya pelan.

"Semuanya baik. Hm, maaf Juni tapi kau harus selesaikan dulu les musikmu sampai tuntas, lagi pula ayah juga sudah cukup membaik. Tinggal pemulihan saja."

I'm sorry [Complete ✓️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang