Prolog

505 93 29
                                    

Malam ini langit menghujani bumi dengan deras, menambah kelam langit malam, menangisi nasib yang mendera. Menangis sejadi-jadinya, hingga umi terbangun dari tidurnya dan menemukan diriku yang sedang meringkuk di atas keramik tanpa tikar. Dingin, namun aku tak peduli. Sudut kamar yang bernuansa hitam putih seolah menghimpitku tanpa jarak. Sesak.

Kaget, panik umi menegurku. Berjalan tergesa menghampiri. "Sa, apa yang terjadi padamu?"

Tidak bisa menghentikan tangis, sangat sakit. Umi menunggu dan membelai hingga sedikit tenang.

Aku menjelaskan apa yang terjadi. "Aku tidak mau menerima lamarannya umi, dia itu hanya melihat ku dengan nafsu, bagaimana bisa aku mempercayai seorang laki-laki yang selalu mengutarakan kata-kata manis, sedangkan dirinya berkata manis pada semua wanita."

Penjelasan yang sia-sia. Percuma. Karena umi menatapku bingung dan menghela nafas. "Kamu ini ngomong apa Sa? Umi tidak mengerti apa yang kau ucapkan!"
....

Kekasih Halal di Bumi Cordoba (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang