Suara kokokan ayam dan bunyi alarm dari ponselnya itu mampu membuat remaja laki-laki ini terbangun dari tidurnya. Ia mengecek jam di ponselnya sejenak. Nampaknya ia harus segera mandi dan kemudian bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, seperti kegiatan yang biasa ia lakukan setiap harinya kecuali hari libur sebagai pelajar. Ya, ia adalah seorang pelajar SMA.
Kata banyak orang, masa SMA adalah masa dimana puncaknya kebahagiaan di kalangan remaja. Banyak remaja SMA yang jatuh cinta pada pandangan pertama kepada lawan jenis saat mereka sedang menginjak usia SMA. Namun tidak semuanya seperti itu, tidak semuanya merasakan kejadian-kejadian yang mampu membuat dirinya melayang karena sedang jatuh cinta. Banyak orang bahagia karena cinta, namun banyak juga orang yang terluka akibat cinta.
Lalu, bagaimana dengan remaja laki-laki tadi? Apakah ia juga merasakan indahnya jatuh cinta? Atau bahkan ia merasakan luka akibat jatuh cinta? Atau apakah ia malah tidak pernah sama sekali merasakan yang namanya “jatuh cinta”?
Terlihat ia mulai bersiap-siap untuk pergi ke sekolah setelah ia menghabiskan beberapa menit untuk mandi. Kini ia berada di ruang makan setelah ia selesai merapikan baju seragamnya. Saat ini, sudah ada Ayah dan Bunda yang menemani sarapan pagi ini.
Nama remaja laki-laki itu adalah Cakka. Ia kemudian berpamitan kepada orang-tuanya untuk berangkat ke sekolah setelah makanannya habis tak tersisa. Ia berangkat menuju sekolah menggunakan motor.
Pikirannya terus melayang sepanjang ia mengendarai motor. Ia paling malas untuk berada di sekolah. Tidak ada hal yang menarik untuk dijadikan semangat bersekolah. Bukan karena ia tak suka sekolah, namun ia benar-benar tak suka dengan kelakuan teman-teman sekolahnya.
Bayangkan saja, ia harus terus dinakali oleh mereka selama ia berada di sekolah. Dinakali? Iya, dinakali. Atau lebih dikenal masyarakat dengan kata “bullying”. Cakka memang salah satu korban pem-bully-an dari teman-teman sekolahnya. Siapa yang akan betah berlama-lama di sekolah kalau menjadi korban bully seperti itu?
Bahkan tak sedikit orang yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri akibat di-bully. Mereka kebanyakan tertekan dengan situasi yang sedang mereka hadapi. Lalu, apakah Cakka harus mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri pula? Ia memang sudah tak tahan dengan situasi yang seperti ini, di-bully oleh teman-temannya setiap hari. Siapa yang tahan kalau diperlakukan seperti itu?
****
Saat ini adalah jam kosong untuk kelas yang Cakka tempati. Tidak ada tugas sama sekali yang guru tinggalkan. Hal ini pasti merupakan kebahagiaan tersendiri untuk para siswa. Mereka bisa bersantai-santai dan bahkan ada yang sudah berada di kantin untuk mengisi perut mereka.
Cakka mulai bangkit dari kursinya dan berjalan menuju toilet pria, karena perutnya sakit akibat tadi pagi sarapan terlalu banyak. Terpaksa, ia harus membuang air besar di sekolah. Sungguh tidak enak. Rasanya sangat aneh jika buang air besar di sekolah.
Saat ia sudah masuk di salah satu kamar toilet pria itu, terdengar suara banyak orang di luar. Cakka sepertinya kenal suara-suara itu. Tiba-tiba ia merasa cemas. Ia sangat berharap bahwa mereka tak mengetahui keberadaannya. Mereka pasti Rio, Alvin, dan Gabriel. Mereka adalah murid sekolah yang dicap nakal dan sering kali mem-bully siswa lain, contohnya Cakka yang sudah berlangganan menjadi korban bully-an mereka.