Perfect Unperfect : Enigma

30 4 1
                                    

Disclaimer

[ Semua karakter yang digunakan adalah milik Masashi Kishimoto ]

I don't take any profit from this fanfiction

A Naruto Fanfiction by maggiellezk

" Perfect Unperfect : Enigma "

- SasuSaku -

AU, AR, OOC, Oneshot

Kau alasanku tetap penasaran hingga saat ini.

Aku hanya mengenalmu sekilas ketika penerimaan mahasiswa baru. Yang kebetulan pada hari itu kita sama-sama datang terlambat lalu berakhir di bawah terik matahari. Senior yang mengawasi telah pergi dan kau ikut berlari meninggalkanku entah kemana. Aku tak tahu namamu, jadi aku hanya berseru, "Hei!"

Tapi kau sama sekali tidak menggubrisnya.

Aku menyerah, menjalani hukumanku seorang diri. Karena jika ketahuan lari, hukuman ini bisa bertambah. Terik matahari begitu membakar, seolah aku bisa menyentuhnya. Keringat terus bercucuran, merebes ke pakaianku. Rasanya seperti ingin pingsan saat itu juga.

Tak lama, kau datang kembali. Dengan cuek memberikan sebotol air mineral padaku. Aku tak langsung menerimanya, tetapi malah menatapmu dengan begitu lama. Kau tiba-tiba berujar.

"Ambil, kau mau pingsan di sini? Aku tidak bisa mengangkatmu ke klinik," ujarmu ketus. Aku masih ragu dan kau menangkap ekspresiku.

"Aku akan mengawasi kalau ada senior yang datang, minumlah," ujarmu dengan nada yang telah direndahkan. Maka tanganku pun terulur mengambil botol itu. Kuteguk isinya hingga rasa dahagaku gugur. Aku hendak berterima kasih, tetapi panggilan senior menginterupsiku.

"Yang di sana, cepat masuk. Hukuman kalian selesai!"

Lalu, kembali kau pergi tanpa menghiraukanku. Bahkan kau tak membiarkanku mengetahui namanya.

Waktu berlalu. Kupikir aku sudah terbiasa. Aku melupakanmu setelah berkutat dengan puluhan hingga ratusan jurnal penelitian, tenggelam dalam kesibukan. Beberapa teman mengunjungi kamarku, mengajakku ke pesta. Namun, berulang kali aku menolaknya. Sampai suatu hari, mulutku menyerah berkata 'tidak'.

"Ino, kau ingat peraturannya, 'kan?" tanyaku kembali mengingatkan. Gadis cantik di sampingku ini mendengus lalu membalas dengan nada yang dibuat-buat.

"Iya, Sakura. No alcohol, no boys."

"Great."

Pesta itu diadakan di basecamp--um, entahlah, bisakah kusebut tempat ini basecamp? Ini lebih mirip atrium hotel bintang lima ketimbang rumah beratap tempat orang-orang melepas penat. Sangat elit. Seketika percaya diriku merosot. Namun, Ino tak membiarkanku. Ia justru menarikku masuk semakin dalam. Pantas saja tadi Ino memprotes pakaian super santaiku.

Sejenak aku merasa pusing. Aku bukan orang yang terbiasa di tengah keramaian. Suara bising itu memenuhi telingaku. Bahkan aku terpisah dengan Ino. Bingung, aku menyisir ke samping. Mungkin saja ada sofa atau kursi yang bisa kujadikan tumpuan sementara untuk menetralisir rasa pusing ini.

Sesaat kurasa aku akan tumbang.

Aku tersentak oleh tarikan spontan. Tubuhku bergerak, menabrak seseorang. Aku mengangkat kepala dan terdiam. Seluruh tubuhku beku. Bibirku seperti kehilangan kosakatanya.

"Hei, Sasuke ... a--ow ... not bad, dude."

Segera aku menarik tubuhku untuk berdiri tegak menyadari posisi kami yang 'nyentrik' di tengah keramaian. Aku memegang ujung pakaianku gugup. Mataku tak bisa mendeteksi keberadaan Ino. Entah di mana dia.

Tapi kembali, kau menarikku pergi. Membawaku bersamamu keluar dari tempat itu. Seketika kulitku menggigil diterpa angin malam. Namun, kau, tampak biasa saja. Menerawang jauh entah kemana. Memberiku kesempatan untuk memperhatikan kontur wajahmu yang sempurna.

Sesuatu yang kusadari dari awal. Kau wujud dari kesempurnaan itu. Tapi kau juga sebuah enigma yang tak dapat kupecahkan. Kau wujud dari segala misteri.

"Lama tidak bertemu," katamu pelan. Pembawaanmu jauh lebih halus dibanding terakhir kali. Setelah tiga semester terlewati.

"Kupikir kau melupakanku," jawabku. Kau menoleh, spontan membuatku gugup. Apa aku salah bicara?

Kau membalik punggung. Kedua sikumu bertumpu di pembatas. Namun, wajahmu masih menoleh ke langit kelam. Aku masih berkutat dengan kegugupanku sendiri. Jam sudah menunjukkan waktu larut. Dan dingin semakin merasuk ke dalam tulang.

Kepingan-kepingan itu terjatuh dari langit. Mewarnai kelamnya malam. Salah satu mendarat di telapak tanganku yang kubuka. Salju pertama. Kepalaku mengadah, dan melihat semakin banyak kepingan yang dijatuhkan oleh langit. Sebuah jaket mendarat di pundakku menyentak perhatianku.

"Kau tidak seperti orang yang kukenal jika pakaianmu kurang bahan seperti itu," sindirnya. Titik-titik panas bermunculan di wajahku.

Lalu kembali kau berlalu meninggalkanku seperti waktu itu. Namun, kakiku otomatis berbalik dan memanggil namamu. Kau berhenti.

"Sasuke," panggilku takut-takut. Kau menolehkan kepala.

"Hm?"

"Aku Sakura Haruno."

Kau mengangguk dalam arti ambigu. Sejurus kemudian senyum samar terukir pada pahatan sempurna itu.

"Kau dari fakultas mana?"

Aku tersentak. Kelu untuk beberapa saat. "Manajemen," jawabku gugup.

Kembali, kau mengangguk.

"Baiklah, aku akan mencarimu lagi suatu saat nanti."

Saat itu aku tidak mengerti apa maksud dari kalimat itu. Malam di mana kau kembali meninggalkanku sendirian dalam frekuensi yang cukup lama ... atau mungkin selamanya? Aku tak lagi melihatmu di kampus sampai seorang teman sekelasmu mengatakan kau mengundurkan diri. Menghilang kembali dari radarku.

Kau adalah enigma. Kau abstrak tak terbaca. Kau menyembunyikan perasaanmu yang sesungguhnya di palung terdalam di mana aku tak bisa menjangkaunya. Mengubur jalan pikiranmu di pusat bumi yang tak dapat kujangkau dengan radarku.

Aku kembali berada di titik tempat aku bisa menjauhkanmu dari pikiranku. Masih tak mengerti mengapa usaha melupakanmu untuk yang kedua kalinya jauh lebih sulit dari kali pertama. Hingga, kau kembali.

"Kali ini aku tidak akan pergi lagi," ujarmu.

Angin berhembus pelan. Dan aku masih terpaku di tempatku. Memikirkan makna sesungguhnya dari kalimatmu yang begitu ambigu. Lalu kau mengeluarkan sebuah kotak beludru di tengah musim gugur yang mencekik ini. Sebuah cincin tersemat di sana.

"Sudah kubilang, aku tidak akan pergi lagi, Sakura."

End

Perfect Unperfect : EnigmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang