8. Penjelasan

18 2 2
                                    


"Guee...." Dwi menghela nafasnya perlahan, lalu melanjutkan perkataannya lagi, "Gue cuma ngerasa itu masa lalu dan gak perlu dibahas lagi dan dan yah ngerasa gak penting aja cerita soal itu".

Nanda tersenyum mendengarnya. "Jadi itu juga alasannya lo tau tentang mereka?".

Dwi mengangguk.

Anna,Lily, Aziah, dan Febby menatap Nanda heran. Mereka kira Nanda menyukai Aditya dan akan marah jika Dwi adalah mantan nya tanpa memberitahu sejak awal. Tetapi ternyata mereka salah. Nanda beranjak dari kursi dan berjalan menghampiri Dwi.

"Kita gak maksa lo buat cerita suatu hal yang lo sendiri bahkan gak mau bahasnya, terlebih itu masa lalu, itu hak lo" Ujar Nanda sambil menepuk bahu Dwi pelan lalu berlalu pergi meninggalkan kelas.

Setelah Nanda pergi, Dwi menatap teman-teman nya secara bergantian. Sedangkan yang ditatap hanya mengangkat bahu nya tidak tahu.

"Oh iya Ly, lo dipanggil sama Kak Ryan ke ruang Osis" Kata Dwi teringat pada pesan yang disampaikan Ryan saat berpapasan dengan Dwi di lorong.

"Ngapain?" tanya Lily sambil berpikir sejenak mengingat apakah ia memiki janji dengan Ryan dan ia tak sengaja melupakannya atau tidak. Tetapi, seingat Lily memang ia tak mempunyai janji apapun.

"Temenin gue yuk" ajak Lily pada teman-teman yang lain.

"Lo malu?" tanya Anna.

"Bukan gitu, Na. Gue males kalo Kak Ryan basa-basi busuk gitu" kata Lily.

"Yaudah yuk" kata Aziah bangkit dari duduknya.

"Eh..." kata Anna.

"Kenapa lagi, Na?" tanya Febby.

"Nanda gimana? Kemana tuh bocah?" tanya Anna balik. Mereka semua kompak menggidikkan bahu tidak tau.

"Udah ayo nanti juga nyusul" ucap Dwi dan menggandeng tangan Anna keluar dari kelas.

Dering ponsel Anna membuat nya berhenti melangkah dan tertinggal jauh di belakang. Sebuah pesan masuk membuat senyumnya mengembang dan akhirnya tanpa sadar ia berteriak histeris dan membuat semua siswa di sekitarnya menatap aneh.

Dwi, Lily, Aziah, dan Febby menatap ke belakang. Mereka baru tersadar Anna tertinggal di belakang karena terlalu asyik mengobrol. Mereka pun berjalan ke belakang menghampiri Anna.

"Lo ngapain sih teriak gitu kaya orang kesurupan? Gak malu apa diliatin sama yang lain?" tanya Lily menatap Anna.

"Kalian tau gak?" tanya Anna dengan senyumnya. Bagi gadis itu, langit saat itu yang gelap tiba-tiba berubah menjadi cerah. Jantungnya berdegup lebih cepat, dan yang paling parah hati nya seakan bahagia sekali.

"Enggak lah, kan lo belum kasih tau" jawab Febby polos. Anna menunjukkan kepada mereka layar ponsel nya, disana tertera sangat jelas bahwa seorang pemuda  mengatakan temui ia di halaman belakang.

"Lo yakin itu bukan akun fake?" tanya Aziah. Anna mendengus kesal.

"Menurut lo?" sanggah Anna kesal.

"Itu seriusan Kak Dhian ngajak ketemu lo, Na?" Tanya Febby. Anna mengangguk dengan cepat.

"Terus mau lo temuin? Yakin itu bukan orang jahat?" tanya Dwi. Anna berdecak sebal.

"Bukan, udah tenang aja. Gue ke halaman belakang dulu ya!" kata Anna sambil melambaikan tangannya dan berjalan menjauh.

"Udah yuk, kalian jadi gak nih temenin gue ke ruang osis?" tanya Lily.

"Jadi kok, ayo!" kata Febby. Mereka melanjutkan berjalan menuju ruang osis.

Sesampainya disana sudah ada Ryan yang menunggu mereka. Pemuda itu sedang duduk menatap komputer.

Mellifluous Ineffable {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang