03.

34.2K 1.8K 16
                                    

Bosan.

Itu yang ada di benak Abbey sekarang, ia sudah menelusuri mansion ini dari tadi tetapi Abbey tidak menemukan apa pun yang menarik atau bisa di ajak bermain. Para pelayan yang bertemu dengannya akan menunduk bahkan tidak berani berbicara kepadanya.

Tidak ada James yang biasanya menemani Abbey membuat Abbey hampir mati kebosanan. Arlington meninggalkannya begitu saja, bahkan pria itu hilang entah kemana.

"Aku seperti burung yang berada di dalam sangkar emas," gerutu Abbey sebal.

"Burung apa?" Abbey menoleh sedikit terkejut, ia menyipitkan matanya mendapati pria yang Abbey yakini sebagai asisten Arlington sedang bersandar pada pintu.

"Lujin?"

"Luigene," ralat Luigene ketika Abbey memanggil namanya dengan salah. "Apa nyonya butuh sesuatu?"

"Namamu sangat susah, dan jangan panggil aku begitu, panggil saja aku Abbey." Dahi Abbey berkerut tak suka.

"Baiklah Abbey, apa kau butuh sesuatu?" ulang Luigene sembari mematikan rokoknya.

"Aku butuh teman dan hiburan!" kata Abbey kepada Luigene kemudian terduduk di lantai teras. Melihat itu, Luigene menghampiri Abbey dan duduk tepat disamping perempuan itu. "Apa yang sedang kau lakukan di teras ini?"

"Merokok." Abbey menoleh menatap pria itu dengan rasa penasaran yang besar. "Kau bisa menjadi seorang aktor dengan wajah tampanmu itu, kenapa kau lebih memilih untuk menjadi asisten Arlington?"

"Kenapa kau lebih memilih untuk menikahi Arlington padahal kau bisa menikah dengan pria lain?" bukannya menjawab, Luigene malah menyerang Abbey balik dengan pertanyaan.

"Karena aku menyukainya?" jawab Abbey dengan ragu dan seperkian detik kemudian jawaban Luigene sukses membuat Abbey melotot tak percaya.

"Aku juga."

"Kau menyukai Arlington?" tanya Abbey sedikit histeris. "Oh Tuhan ampunilah dosa-dosa kami..."

"Aku juga menyukai pekerjaanku, bukan Arlington." Luigene terkekeh pelan karena Abbey salah mengartikan penuturannya. "Kau pasti ragu apakah Arlington adalah seorang gay."

"Lujin... bisa tolong ajak aku berkeliling mansion ini?" mulutnya melengkung membentuk senyum simpul.

Luigene mengangguk mengerti kemudian bangkit sembari mengulurkan tangannya kearah Abbey untuk membantu perempuan itu berdiri.

Seperti apa yang Abbey minta, Luigene mengajaknya untuk berkeliling hingga akhirnya langkah Abbey terhenti pada tangga yang tidak pernah Abbey lihat sebelumnya.

"Ada apa diatas sana?" tanya Abbey penasaran. Luigene mengikuti kemana arah pandangan Abbey. "Perpustakaan dan ruang kerja Arlington."

"Berarti Arlington ada di sana?" Abbey langsung melangkahkan kakinya untuk naik tapi dengan cepat Luigene menahannya. "Sebaiknya kau tidak mengganggu Arlington ketika ia sedang berada di sana."

Abbey tak menghiraukan Luigene dan lebih memilih untuk melanjutkan langkahnya. "Aku tidak akan mengganggunya."

Abbey membuka pintu berukuran besar yang berada tepat di ujung tangga, matanya menatap kagum meneliti ruangan yang sangat besar, terdapat banyak buku yang di tata sangat rapi. Ruangan itu sangat besar dan cukup gelap.

ReasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang