05.

30.6K 1.7K 42
                                    

          Abbey baru saja tiba di kantor Arlington ditemani oleh Luigene dan James di belakangnya. Ia menggandeng Arlington secara paksa membuat banyak pasang mata mengarah kepada Abbey dan Arlington ketika mereka berjalan.

"Itu istri bos tuh, cantik ya."

"Elah! Gue kira si bos beneran gay."

"Musnah deh harapan gue sama si bos."

"Seorang Arlington gandengannya Starley, aduh paket komplit banget sih, kenapa yang ganteng harus sama yang cantik coba? Kenapa gak sama gue aja?"

Abbey bisa mendengar kata-kata mereka semua dengan baik membuat Abbey tersenyum senang.

"Aku tidak suka terlalu menarik perhatian."

"Kalau begitu mulai sekarang kamu harus terbiasa, karena istrimu adalah Starley Langner, seseorang yang selalu menjadi pusat perhatian."

"Karena itulah aku tidak menyukai kamu."

"Aku tidak perlu kamu menyukai aku, cukup cintai aku."

"Tapi aku tidak mencintaimu."

"Belum," ralat Abbey cepat, "Belum bukan berarti tidak akan, aku yakin cepat atau lambat kamu akan tergila-gila kepadaku Arlington, bersyukurlah aku memilih kamu sebagai suami aku."

Arlington hanya menggeleng menatap Abbey sedikit horor kemudian berlalu mendahului perempuan itu masuk ke dalam ruangannya yang berada di lantai lima belas.

"Pagi Savannah," sapa Arlington ramah begitu melewati sekretarisnya, perempuan yang dipanggil Savannah itu tersenyum lebar dan menyapa Arlington kembali.

Abbey menatap ke arah sekretaris Arlington, perempuan itu memiliki rambut blonde dan tubuh yang berisi, awalnya Abbey kira Arlington memiliki sekretaris yang seksi dengan tubuh bak model.

Sekarang ia bisa bernafas dengan lega kemudian melambaikan tangan kanannya ke arah Savannah lalu mengikuti Arlington.

James dan Luigene tidak mengikuti Arlington ke dalam ruangan Arlington, hanya ada Abbey dan Arlington. Ia tau, berduaan dengan Abbey sama saja seperti ancaman karena perempuan itu akan terus berusaha menggodanya tanpa henti.

Seperti sekarang perempuan itu duduk di pangkuan Arlington. "Abbey, turun dari pangkuanku."

"Tidak mau, aku tidak akan mengganggu." Abbey mengeratkan pelukannya.

"Dengan duduk disini kamu sudah menggangguku."

"Kenapa?" Abbey memainkan rambut Arlington, "Apa kamu tergoda? Hanya dengan aku yang duduk dipangkuanmu?"

"Aku tidak tergoda dan tidak akan pernah tergoda."

"Pegang kata-kata mu, Mr. Wang."

Sedari tadi Arlington bekerja, matanya selalu tak lepas dari Abbey. Perempuan itu tak henti-hentinya menelusuri ruang kerjanya sembari mengomel.

"Sangat membosankan."

Di kantor Arlington waktu terasa sangat lambat, Abbey bahkan merasa ia sudah hampir menua disini.

"Pulanglah kalau begitu."

"Tidak mau, aku ingin bersama mu," kata Abbey kepada Arlington. "Bagaimana kalau kamu ikut aku pulang?"

Pria itu kembali fokus pada laptopnya, tak menghiraukan Abbey. "Arlington kemarilah," panggil Abbey yang sedang berbaring di sofa ruang kerja Arlington. "Cepat kemari! Aku tidak bisa bergerak, tubuhku terasa sakit," lirih Abbey sembari menatap langit-langit ruang kerja Arlington.

ReasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang