Chapter 44

391 32 15
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya..

Bacanya pelan-pelan..

~•~

Putri menoleh, dan tampak Angga yang berdiri diam ke arahnya. Bukan itu yang dia maksud. "Angga," gumamnya.

Tiba-tiba Angel datang membelah kerumunan dan menunjuk-nujuk mereka. "Tau huu dasar cewek pembawa ribut! Gara-gara dia tuh dua sahabat jadi hancur, huu!!" teriaknya provokasi sehingga orang-orang yang tadinya diam ikut menyoraki Putri.

Putri berbalik dan menghampiri kerumunan. "Diam lo semua! Lo gak tau kenyataannya kan?!" teriak gadis itu.

Alih-alih kecewa, Angga malah berlari ke arahnya lalu dia detik kemudian mendorong Reza menjauh.

"Eh apaan sih?!" tanya Reza sewot seraya mundur-mundur.

Angga tidak menanggapinya dan menggenggam tangan Putri menjauh dari Angel. "Ayo Put kita pergi aja," ajaknya lalu membawa Putri keluar dari aula.

Reza tidak terima. "Heh sembarangan lo bawa anak orang!" tukasnya.

"Tau huu, gara-gara tuh cewek!! Huu!!" sorak Angel.

"Huuu!!" sahut yang lain.

Sementara Seli langsung menarik lengan Reza dengan kesal kemudian menariknya kembali masuk ke dalam sekolah. Meninggalkan Fion dan Mira yang bingung harus melakukan apa.

Fion pun akhirnya mendekat sambil berteriak. "Hush hush! Pergi lo semua!! Lo pikir ini bioskop apa pada nontonin?!" tuturnya sambil sesekali mendorong siswa-siswa yang masih merekam.

"Sono lu, rekam rekam, mau jadi yutuber lu," celetuk Mira seraya ikut mendorong anak perempuan yang bandel tak mau pergi.

Reza tampak heran dan berusaha melepaskan cengkraman Seli yang menancapkan kukunya di kulit cowok itu.

Setelah sampai di koridor Seli melepaskannya dengan kasar.

Reza meringis. "Aduh sakit tau, apaan sih?!" sewotnya.

"Lo bisa gak mulai sekarang gak usah ganggu temen gue lagi? Gue tuh merasa bersalah Putri dibully satu sekolah!" pungkasnya, berusaha agar Reza mengerti.

Reza mengangkat kedua bahunya. "Kenapa jadi lo yang nyesel?" kekehnya remeh.

"Ya karena gue bego, udah mau jadiin diri gue sebagai jembatan lo buat deketin dia! Lo pikir enak difitnah satu sekolah? Hah?!" pekiknya meninggi sambil memukul dadanya sendiri.

Reza menahan tangan gadis itu. "E-eh, jangan--"

"Gue selalu buat dia dalam masalah! Waktu itu Tio yang mau nyelakain dia, terus seminggu yang lalu hampir aja masa depan dia hilang, ditambah lagi gosip tentang dia yang jadi perusak pertemanan lo dan Angga. Semua itu karena gue!! Padahal dia udah baik banget mau biayain ibu gue yang hampir mati!" ungkapnya berteriak sebelum akhirnya gadis itu terisak nangis tersedu-sedu.

Reza menahan tangan gadis itu yang ingin memukul dirinya sendiri. "Udah Sel tenang, gue paham maksud lo tapi soal gue mau deketin dia, itu bukan salah lo," jelasnya memelan.

"Terserah deh! Lo gak bakal ngerti rasanya diselimuti rasa bersalah setiap hari!" Seli menangkis tangan Reza kencang lalu berlari menjauh ke arah mereka datang.

Reza mengusap wajahnya kasar dan kembali menatap punggung gadis itu yang tampak menangis sambil berlari.

~•~

Angga berhenti berjalan dan melepas genggamannya pada tangan Putri ketika sampai di parkiran. Putri mengusap matanya yang sempat berair dengan seragam lalu menatap Angga heran.

Dia gak marah?

"Lo lagi gak bawa mobil ya?" tanya Angga tiba-tiba.

Gadis itu mengangguk. "Iya, kalo mau duluan gak pa-pa, gue bisa pesen taksi," jawabnya mendadak gugup. Apalagi saat mengingat perkataan Mira tadi siang.

"Oh haha gue kebetulan juga lagi bawa motor doang, mau ikut gak?" tanya cowok itu.

Putri mengangguk pelan membuat Angga merengut heran. "Lo kenapa sih? Kok mendadak kalem gini?" kekehnya sambil menatap mata gadis itu.

Putri membuang muka. "Ih enggak, y-yaudah ayo." gadis itu mendorong lengan Angga agar berjalan ke motornya.

"Kok lo aneh sih?--"

"Ayo!!"

***

Diperjalanan mereka saling diam, si cewek gugup bukan main sementara si cowok malah cengar-cengir tidak jelas. Putri juga duduk tanpa berpegangan sehingga badannya kaku menahan badannya tetap di tempat, ditambah pula dengan helm kebesaran yang membuat kepalanya sedikit tenggelam.

"Pegangan kek, nanti jatoh marah lagi sama gue," kata Angga tersenyum jahil.

"Emang boleh?--"

Angga langsung mengerem motornya tiba-tiba, membuat Putri memeluk cowok itu dengan ekspresi kaget.

"Boleh lah!" jawab cowok itu bersemangat.

Putri memukul punggungnya. "Ih! Kalo gue jatoh gimana?!" pekiknya kesal.

"Ya makanya pegangan," suruh Angga memelan.

Tangan Putri mulai meraih ujung jaket cowok itu dan perlahan memeluknya. Tak sadar dia pun menyender di punggung Angga dengan nyaman membuat sudut bibirnya pelan-pelan melengkung sempurna.

"Kepala lo kerasanya kok gede banget ya?" celetuk Angga sambil terkikik.

Putri merengut tidak terima. "Orang helm lo kegedean," jawabnya.

Angga tertawa renyah. "Haha itu punya mama gue."

"Hmm."

Beberapa detik lagi terasa sunyi, hanya ada suara angin dan mesin motor yang menghiasi pendengaran.

Masih dengan nyaman, Putri mulai memeluknya dengan perasaan. Perlahan tangan Angga menggenggam tangan gadis itu yang melingkari perutnya.

Hangat.

"Put."

"Hm?"

"Gue sayang sama lo," ungkap cowok itu dengan suara rendah.

Putri terdiam dan memejamkan matanya sambil perlahan tersenyum.

Gue kayaknya, juga...s-sayang sama lo.























To be continue

MATSA

Huhuu UWU mode on, hati-hati baperrr. Akhhh (σ≧▽≦)σ


MATSA [ Tamat ] 𝗿𝗲𝗸𝗼𝗺𝗲𝗻𝗱𝗮𝘀𝗶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang