AFFAIR - 04

12.1K 635 119
                                    




Rose menatap jenggah lelaki yang kini memandangnya dengan mata memelas. Sudah coba diabaikan, namun keberadaan lelaki dengan cambang lebat di pipi dan rahangnya itu benar-benar menganggu kegiatan Rose yang sedang membantu para korban. Sudah tepat dua minggu berlalu semenjak Rose menginjakkan kakinya didesa ini, hampir semua korban sudah ditemukan, baik yang selamat ataupun sudah meninggal. Rasa lelah mulai ia rasakan, ia rindu ranjang, padahal dulu ia tak mempedulikan benda empuk itu saat dirumah sakit.

Di sini, ia harus cukup bersyukur bisa tidur diatas kasur berbahan kapuk yang setipis teriplek, karena memang itulah yang ada. Jika di rumah ataupun di rumah sakit ia tidur di ranjang empuk dan menenggelamkannya pada kenikmatan benda empuk itu. Kini ia terbangun dengan rasa pegal yang membuat lehernya kaku.

"Rosie.. tolonglah..." rengek lelaki itu lagi.

Berkecak pinggang, Rose menajamkan tatapannya pada lelaki yang masih tak tahu diri itu. Sudah diusir kasar, namun tetap ngotot tak mau pergi. Doni adalah manusia yang sangat berambisi, jika ia menginginkan sesuatu, maka akan terus merengek macam bocah kecil hingga keinginannya tercapai. Menyebalkan!

"Kamu Dokter loh Don, bisa-bisanya cuma diam tidak sedikitpun ada niatan membantu korban di sini?"

"Kan tujuanku merayu kamu, bukan bantuin korban,"

Mendecih kesal Rose dibuatnya, apa gelar yang Doni sandang itu hanya sekedar gelar yang tak berarti? Rose tahu Doni adalah lelaki kaya, keluarganya lah pemilik rumah sakit tempat Rose bekerja. Sangat besar kemungkinan Doni yang akan mewarisinya karena sang Kakak mengambil jurusan hukum. Tapi jangan menyepelekan gelar Dokternya dong, dia kan memiliki etika dan janji Dokter yang pernah disebutnya lantang-lantang!

"Mending kamu balik, gangguin aku aja dari tadi!"

"Rose! Rose!!"

Ditepis tangannya yang ditahan oleh Doni, akhirnya Rose menghela nafas panjang. Ia lelah, namun keberadaan Doni malah menambah lelah untuk otaknya.

"Ikut aku!" Kesal Rose lalu berjalan mendahului Doni, sedang lelaki itu mengikuti dengan setia. 

Di sini lagi, batu tempatnya duduk saat Doni pernah mengabarinya tentang permintaan keluarga Wijaya, dan di sini ia kembali duduk dengan kehadiran Doni juga.

"Cucu keluarga Wijaya berjanji akan memberi kucuran dana kalau kamu mau jadi dokter pribadinya " jelas Doni sejujurnya, lelaki itu masih berdiri dengan Rose yang duduk memunggunginya.

Doni memang blak-blakan, lelaki itu bahkan tak segan menceritakan aibnya, sama seperti sekarang, ia langsung blak-blakan saja tentang sogokan yang akan diberikan oleh keluarga Wijaya. Apa Doni tak bisa berbasa-basi sedikit saja?

"Cih! Penyogokan!"

"Nggak, nggak Rose, ini namanya upah, kalau kamu mau kan rumah sakit juga yang untung."

"Enggak! udah kan? Kamu balik, oke?"

"Ya sudah aku di sini saja!"

"Oke, silakan, aku pergi."

"Rose!!!!!!!!" Pekiknya lantang, sungguh percuma wajah gaharnya, jika saat menjerit menyerupai seorang wanita tulen.

𝔸𝔽𝔽𝔸𝕀ℝ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang