{1} Detak

145 30 9
                                    

"Mungkin masa depan memang misteri, kemarin adalah memori, tapi bukankah hari ini harus diisi?"

Alisya~

.....

Mentari kembali menyapa, memberi kehangatan dengan sinarnya. Setelah subuh, Alisya segera membersihkan ruang yang di sebut kamar, tempat di mana ia mengistirahatkan diri selama ini.

Membersihkan rumah tidak terlalu membebankan untuk seorang gadis bernama Alisya, karena rumahnya tidaklah semegah istana raja yang ada di dalam negeri dongeng, tapi itulah istananya, walaupun kecil dan kumuh. Rumah itulah tempat Alisya berteduh, dari teriknya mentari dan derasnya hujan.

Alisya bersyukur walaupun hidup serba susah, tapi setidaknya ia masih memiliki rumah. Karena banyak orang diluar sana yang harus luntang-lantung tinggal di jalanan karena tidak memiliki tempat tinggal.

Setelah sepuluh menit membesihkan rumah yang tidak terlalu berantakan, karena Alisya hanya menempatinya sendiri. Jam dinding sudah menunjukkan angka enam pagi. Alisya segera bersiap-siap untuk pergi bekerja seperti biasa.

Setelah ibu dan ayah meninggal dunia, tidak ada lagi tempat untuk Alisya bergantung. Ia harus bekerja untuk menghidupi diri sendiri dan memenuhi kebutuhan hidup.

Tidak butuh waktu lama untuknya bersiap, setelah memakai seragam kerja serta hijab, ia hanya akan memoles sedikit bedak tabur di wajah mulusnya. Mungkin Alisya terbilang perempuan simple atau lebih tepatnya pas-pasan. Karena ia tidak memiliki banyak uang, untuk membeli peralatan make up seperti wanita lain pada umumnya.

Ah, sudahlah.

Alisya keluar dari rumah dan menarik ensel pintu untuk mengguncinya. Padahal tidak ada sesuatu barang pun yang berharga di dalam, hanya saja ia telah terbiasa mengguncinya saat pergi.

Jarak antara rumah dan tempat Alisya bekerja lumayan jauh, dan ia harus merelakan sedikit uangnya sebagai ongkos untuk naik angkot untuk sampai di sana.

Setelah tiga puluh menit harus merasakan desakan di dalam angkot dengan penumpang lain, akhirnya Alisya sampai di cafe tempatnya bekerja.

Alisya bersyukur tidak terlambat. Ia segera meletakkan tas yang semakin hari terlihat semakin usang itu di dalam lokernya. Walaupun sudah usang, tapi hanya itulah tas yang ia punya. Setelah meletakkan tas didalam loker, Alisya mulai bekerja sebagai seorang pelayan di cafe itu.

****

Selama Alisya bekerja di sana, Alisya belum pernah melakukan kesalahan apapun, ia selalu hati-hati dalam bekerja. tapi tidak dengan hari ini. Entah mengapa ia bisa ceroboh hari ini.

Brukkkkkk.

Alisya tersandung hingga menabrak seseorang di depannya, dan apa yang ia bawa tumpah di baju seseorang yang kini menatap kearahnya dengan tatapan yang tidak dapat di artikan itu.

"Alisya! kenapa kamu begitu ceroboh!" umpatnya dalam hati memaki diri sendiri.

"Maaf tuan, saya tidak sengaja." ucap Alisya. Jujur ia sangat takut, pasti pria itu akan memarahinya dan memanggil manager cafe, dan Alisya akan di pecat dari perkerjaan karena ceroboh dan tidak hati-hati.

Alisya hanya menunduk tidak berani menatap pria bertubuh tinggi tegap di hadapannya. Melihat jasnya yang sudah terkena noda dari minuman yang tumpah tadi, dia pasti akan sangat marah.

Keteganganpun dimulai dengan kedatangan manager cafe. Alisya sudah pasrah dengan konsekuensi atas kejadian itu. Dan ia akan ikhlas bila di pecat, berusaha berlapang dada harus mencari perkerjaan baru yang belum tentu ada.

ALISYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang