{2} Meja Lima Belas

101 28 9
                                    

Hari ini tidak jauh berbeda dari hari-hari sebelumnya. Alisya akan pergi bekerja seperti biasa. Mengumpulkan rupiah untuk tetap menjalani hidup.

“Hai mbak, awal ya.” sapa Alisya hangat.

Di cafe sudah ada Maya yang lebih dulu datang. Alisya sedikit terlambat karena harus menunggu angkot lewat di depan lorong rumahnya.

“Mimpinya baik semalam, jadi terbangun awal.” ujar Maya bergurau, diiringi tawa khasnya.

Bibir tipis Alisya menarik garis lengkung yang membentuk bulan sabit di wajahnya. Kalau soal gurau-menggurau Maya lah ahlinya.

Setelah menyapa Maya di depan, Alisya segera berjalan kebelakang untuk menyimpan tasnya terlebih dulu. Setelah itu barulah ia memulai pekerjaan.

“Alisya, apa kamu baik-baik saja?” tanya seseorang dibelakang, sedikit membuat Alisya kaget.

Alisya berbalik badan, dan mendapati Khalif menatap kearahnya. Segera ia tundukkan pandangannya.

“Alhamdulillah Alisya baik. Apa pak Khalif perlu sesuatu atau apa Alisya melakukan kesalahan lagi? Jika benar, Alisya minta maaf pak. Alisya mohon jangan di pecat.” ucapnya, merasa resah jika kehadiran Khalif adalah untuk mengantarkan surat PHK.

Karena setelah kepergian Ibu dan Ayah, dan kehilangan segalanya. Di cafe itulah Alisya bergantung. Bekerja memenuhi kebutuhan hidup dan membiayai kuliah.

“Tidak! Saya tidak akan memecatmu Alisya. Saya hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja dan tidak di ganggu oleh lelaki itu.” ucap Khalif. Alisya kembali bernapas lega setelah mendengar penuturannya.

“Terima kasih atas perhatiannya pak.” ucap Alisya tulus. Selama ini Khalif selalu baik kepadanya.

Setelah itu, dengan sopan Alisya meminta izin untuk segera bekerja dan meninggalkan Khalif yang masih setia berdiri di depan loker.

“Saya tidak ingin melihat kamu terluka. Tetaplah bahagia Alisya. Dan tetaplah tunjukkan senyum yang selalu kurindukan.” gumam Khalif setelah kepergian Alisya.

Muhammad Khalif Zayyan, tidak hanya memiliki wajah yang tampan, pria itu juga terkenal ramah dan sangat baik. Khalif Selama ini telah menyimpan rasa kepada Alisya sejak pertama kali mereka bertemu. Khalif telah jatuh cinta kepada Alisya, yang merupakan karyawan cafe yang ia pimpin.

****

Alisya segera menghentikan aktivitasnya, saat suara adzan zhuhur telah terdengar. Ia segera meminta bantuan Maya untuk menggantikan tempatnya sementara waktu, Maya menyetujuinya, karena kebetulan Maya sedang mendapatkan tamu bulanannya.

Alisya segera berjalan menuju mushala kecil yang ada di cafe. Setelah berwudhu, ia segera memakai mukena yang selalu dibawa di dalam tas. Kemudian barulah ia mendirikan shalat zhuhur dengan khusyu'.

“Alisya ada yang ingin bertemu, di tunggu di meja lima belas.” ucap Andra, ketika melihat Alisya yang sudah selesai menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim. Andra adalah seorang barista di cafe itu. Lelaki itu juga sudah Alisya anggap seperti seorang kakak baginya.

Alisya sedikit penasaran siapa yang mau bertemu dengannya. Setelah mengucapkan terima kasih kepada Andra karena telah memberitahunya, ia segera berjalan menuju meja yang di sebutkan.

Meja lima belas, tepat sekali, Alisya telah berdiri di sana. Meja yang terletak di dekat jendela. Ia tidak mengerti mengapa orang itu ingin bertemu dengannya.

“Maaf tuan, apa ada yang bisa saya bantu?” tanya Alisya sopan.

“Duduklah.” perintahnya.

ALISYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang