Akhir atau Takdir

15 2 3
                                    

Aku beranjak dari kasur dan mendatangi kaca itu. Tak sedikit pun suara yang terdengar. Tak ada sedikit pun suara derit kayu dari tapak kaki yang menyentuh kayu-kayu tua villa ini. Semuanya tampak tak bernyawa. Bisikan suara yang begitu halus dan lirih ada dimana-mana.

"Risaaa....."

Suara yang berat yang memanggil namaku menggetarkan ruangan ini.
Ku beranikan diri untuk melihat kebelakang tempat suara itu memanggilku. Bayangan tinggi dan hitam yang berdiri tepat di belakang kasur itu berjalan menuju ke arahku secara perlahan dan semakin besar. Semakin bayangan itu mendekat, semakin aku merasa panas dan gemetar. Sudah sejengkal bayangan itu di hadapanku. Kedua kakiku menolak untuk bergerak, keringat dingin bercucuran dan bau wangi bunga tercium begitu menyengat. Ku beranikan untuk menatap ke atas dan melihat bagaimana wajahnya. Semakin aku melihat ke atas semakin bergetar semakin rasanya aku ingin tak sadarkan diri. Terasa sebuah cahaya muncul di balik badanku. Aku pun membalikkan badanku dan melihat bayangan siluet yang berbentuk seorang wanita dan anak kecil.

"K-kau... Si-siapa?" ucapku yang terus menyipitkan mata demi melihat kejelasan sosok yang kulihat.

"Non...~"

"Bi... Bi Ni-" suaraku terhenti seketika ada tangan yang menarik bahuku hingga aku terpental kebelakang.

Aku benar-benar ketakutan dan bingung. Aku melihat ke arah cahaya tadi. Cahaya itu berubah menjadi merah darah, tak putih dan memancarkan cahaya seperti sebelumnya. Aku memundurkan tubuhku secara perlahan. Mendorong mundur bersamaan dengan tangan kananku yang terkilir karena tarikan tadi. Aku terus memandangi cahaya dan siluet yang ada di depanku. Wanita itu berubah. Aku benar-benar melihat kepalanya terputus dan terjatuh kebelakang siluet itu. Gadis kecil yang ada di sampingnya juga berbalik dan berjalan menjauh. Siluet wanita itu seperti mengeluarkan cairan dan terlihat seperti membasahi sekitarnya. Aku terus mundur hingga tak sadar aku sudah berada di penghujung lantai. Aku menabrak cermin besar yang berada tepat di belakang ku. Aku melihat ke arah cairan itu dan aku berani sumpah jika cairan itu menembus dunia ini dan mengalir membasahi lantai. Cairan itu keluar dari basah kolong kasur dan terus mengalir mendekat ke arahku.
Aku berusaha menjauhkan kakiku dari aliran darah itu. Seketika, aku melihat sebuah benda bulat yang nenggelinding bersamaan dengan dengan darah itu.

Aku pun berusaha berdiri walau tanganku terkilir. Aku meraba-raba cermin besar dibelakang ku untuk berdiri. Aku terus berdiri hingga aku melihat kebawah dan benda bulat itu menghilang. Aku ketakutan bukan main. Seketika itu aku merasakan ada sesuatu yang basah menyentuh bahu ku. Aku pun melihat kesamping dan...

BRRAAAAAAGGGHHH!!!!!!!!!!

Sepenggal kepala itu berada tepat di samping ku dan kepala itu membuka mulutnya yang terbelah menjadi empat. Gigi-gigi nya yang tajam dan wajah rusak yang bercucuran darah itu melayang dengan tulang leher yang menyangkut dan menggantung dibawahnya.

Aku tesentak hingga terjatuh dan melukai siku kiriku yang menghantam meja dengan pecahan kaca diatas nya. Darah bercucuran dari tanganku dan aku kebingungan, ketakutan. Aku menangis karena tidak tahu mengapa dan apa yang sedang terjadi padaku, pada villa ini. Aku melihat penggalan kepala itu seperti bersiap untuk menyerang ku. Penggalan kepala itu melesat dengan cepat ke arahku. Aku yang mengetahui itu segera memasang kedua tanganku kedepan kepalaku dan menangkis datangnya penggalan kepala itu. Bukannya ia berhenti dan menghilang, ternyata ia justru menggigit punggung tangan kananku dan mengakibatkan luka yang lumayan parah.

"AAAAAA!!!" Jeritku yang sangat pekik setelah tanganku tergigit oleh kepala itu.

Tiba-tiba sebuah senyuman terpancar dari penggalan kepala itu, bak puas telah melukaiku dan ingin mengambil nyasaku. Aku merangkak mundur dan menjauh dari penggalan kepala itu. Aku terus berjalan merangkak. Menjijikkan dan basah hingga membuat perih yang teramat perih walau hanya aku biarkan. Kakiku terhenti dan tam bisa bergerak. Aku berusaha menggapai kaki kasur namun, kaki kiriku justru terangkat. Aku yang merasakan hal itu ketakutan bukan main dan aku menjerit dengan sangat panjang dan melengking. Entah apakah mereka mendengar dan melihat apa yang terjadi padaku di tempat menyeramkan ini. Aku pun ditarik hingga menembus lemari yang berada tepat di belakangku sekarang.

~°~°~°~°~°~

"Risa! Risa! Sadar!"

Itulah yang diteriakkan oleh teman-temanku di sekelilingku. Namun aku sama sekali tak mendengar satu pun ucapan mereka dan aku telah pergi entah kemana.

Clara POV

"Sialan!" umpatku yang menyadari bahwa Risa telah dibawa pergi jauh ke alam mereka.

Kini tubuhnya kejang-kejang tanpa alasan. Aku hanya bisa melihat jika wanita berbaju merah itu sedang mempermainkan nya disana. Aku segera bertindak. Aku keluar dari kamar Risa dan aku pergi mengambil barang-barang yang pamanku berikan padaku. Aku berlari dengan cepat dan mengambil sebuah tali yang lumayan panjang terbuat dari kain katun yang dipilin sedemikian rupa. Kak Adrian yang tiba-tiba masuk mulai menggapai tanganku dan memutarku hingga aku menghadap ke arahnya.

"Apa yang kamu mau ngapain?! Jangan aneh-aneh!" ucap kak Adrian yang begitu khawatir namun memasang wajah keras padaku.

"Ya ngapain lagi kak! Aku mau bantu Risa!" jawabku yang menatap tajam hingga masuk kedalam matanya.

"Enggak! Kamu gausah ikut kesana!"

"Gabisa! Risa temenku, dia sahabatku!"

"Gak! Aku gamau kehilangan kamu! Plis percaya sama aku.."

Aku menangkup pipi kak Adrian dan mempertemukan kedua kening kami. "Maaf kak, tapi Risa bakal mati dan Risa butuh bantuanku"

Aku meninggalkan kak Adrian sendiri di kamar dan lanjut berlari kembali ke kamar Risa. Di lorong sebelum kamar Risa, aku mendengar suara orang berjalan yang tak jauh dariku.

"Clara?" suara yang memanggil namaku dari belakang.

Aku pun segera melihat kebelakang namun tidak ada siapa-siapa. Aku langsung membalikkan badan untuk melanjutkan perjalanan. Namun, tepat di hadapanku terdapat seorang gadis kecil dan seorang pria tinggi bersetelan baju tentara khas Belanda. Gadis itu langsung memegang tanganku dan menarikku berlari. Pria tersebut seperti mempersilahkan gadis kecil itu untuk membawaku pergi. Ketika aku terhuyung-huyung mengikuti lari kecil dari gadis itu, aku merasakan hawa dan tekanan yang berbeda di sekitar villa itu. Entah apa yang membuatnya berbeda namun, keadaan pada jarak pandang ku mulai berubah kebiruan dan sunyi.

"Ayo kak!" ucap gadis kecil itu dengan wajah khawatir.

Aku mengikuti langkahnya. Setiap langkah yang kupijak semakin banyak suara-suara yang bergumam dan berdesis di telingaku. Suara-suara itu membuatku pusing dan aku pun terhenti. Aku terusik hingga panik mendengar semua suara-suara itu. Aku mencengkram rambutku dan aku pun berteriak. Aku tak tahan mendengar semua jeritan siksaan dari seseorang. Gila rasanya mendengar semua suara yang campur aduk. Keadaan di sekitar ku mulai berputar dan suara-suara serta desisan dan gumaman itu mulai menyusupi pikiran dan telingaku.

TAP!

Aku segera menoleh kebelakang dan melihat....

~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~
Hehehehehehe 😁

Hai readers!!! Lama ga jumpa lho 😆
Ms. Cat rindu 😆
Udah 2 tahun lalu :v maaf ya readers..
Tapi Ms. Cat janji, setelah chapter ini, Ms. Cat bakal terus up ceritanya..

Semoga readers masih setia nungguin cerita dari Ms. Cat 😊

Makasih udah baca dan masih nungguin kelanjutan ceritanya 😊

Yaudah segitu aja, sampe ketemu lagi readers!!!

Salam
Ms. Cat 🐾

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Truth of VillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang