SHe's

7 2 1
                                    

Rintik deras hujan masih terdengar dari luar sana,  jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam. langit pun sudah memperlihatkan cahaya bulan dan bintangnya sayangnya tertutupi oleh derasnya air yang turun dari awan yang hitam.

Seorang gadis menghela nafasnya, lelah. jam kerjanya akan berakhir 30 menit lagi, tetapi masih banyak pelanggan yang belum di layani apalagi hanya ada satu koki yang memasak di dapur. Cafe ini memang baru didirikan sekitar satu tahun yang lalu namanya Cafe Pelangi. kenapa Pelangi? selain karna pemilik cafe ini suka pelangi juga,  karena di dalamnya tembok bangunan dicat dengan warna warni yang beragam. makanannya pun identik dengan cake dan minuman yang berfariasi warna dan bentuknya.

Soal gadis itu ia memang sudah bekerja disini setelah pemilik cafe memberitahu melalui kertas yang di tempel di depan pintu kaca cafe tersebut. gadis itu langsung melamar begitu ia melihatnya, jadi bisa di katakan dia bekerja disini sekitar sebelas bulan setengah. walaupun hanya sebagai pengantar makanan, Gadis itu masih merasa bersyukur bisa di terima di tempatnya bekerja saat ini.

"Za dimeja nomor 13" gadis itu sedikit tersentak ketika seseorang memanggil namanya, ia mengangguk dan mengambil alih nampan yang di berikan oleh koki tersebut.

"Tiramishu Strowberry cheese" Sang pelanggan mengangguk.

"Selamat menikmati" Ucap gadis itu kemudian sambil tersenyum, dan berangsur pergi kembali ke tempatnya.

Tak terasa shift nya telah habis, gadis itu mendesah lega, akhirnya.

"Mau pulang za?" tanya laki-laki yang masih sibuk mengaduk adonan kuenya.- Fahri

"iya kak, udah selesai" jawabnya singkat.

"pulang sendirian?, tapi kan masih hujan" Tanyanya, lagi. gadis itu mengangguk mengiyakan.

"nggak takut, mau dianterin nggak" ucap laki-laki itu dengan raut wajah menggoda.

"nggak usah kak, biasanya juga sendiri jadi udah kebal" balasnya sambil tertawa kecil.

"Yah, padahal mau nganterin biar bisa modus dikit"

Gadis itu tertawa, sudah biasa dengan celetukan aneh Laki-laki yang dua tahun lebih tua darinya itu, dan menganggapnya sebagai lelucon biasa.melangkahkan kakinya keluar dari cafe dan berpamitan juga dengan Rara teman sepekerjaannya.

"Ra, pulang duluan ya" sapanya.

"Iya, hati-hati di jalan za. kalau ada semut lewat jangan lupa berenti" jawabnya tersenyum.

gadis itu tertawa, sambil melambaikan tangan "bye"

Keluar dari cafe, gadis itu membuka payung lipat mini yang selalu berada di dalam tasnya. menyebrang jalan dan berjalan sedikit agar bisa sampai di halte depan cafe tempatnya bekerja.

gadis itu duduk, melirik jam yang yang berada di pojok halte bus tersebut, jam delapan lewat 6 menit. sudah malam ternyata, untungnya masih ada satu dua orang yang sama sepertinya duduk di halte menunggu bus datang.

Gadis itu bernama lengkap Fiza Maharani, dia tinggal berdua dengan adiknya di jakarta. Ayahnya sudah meninggal 4 tahun yang lalu, sedangkan ibunya, Fiza tidak pernah tahu bagaimana rupa wajah dari sosok wanita yang telah melahirkannya ke dunia sejak ia kecil, jadi mau tidak mau ia harus bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan sekolah dirinya  dan adiknya serta kebutuhannya sehari-hari.

Busnya sudah tiba, Fiza masuk kedalamnya dan mencari tempat duduk agar ia bisa mengistirahatkan sejenak tubuhnya. hari ini ia sangat kelelahan mungkin karena dirinya hanya makan tadi pagi saat akan berangkat sekolah itupun hanya tiga sendok karna sisanya dia memberikan kepada adiknya.

Busnya berhenti di depan halte yang memang tak jauh dari rumahnya, untungnya hujannya sudah reda, Fiza turun setelah memberikan uang lima ribuan kepada sang kernet.

Fiza menempuh lima menit berjalan kaki untuk sampai di rumahnya yang berada masuk kedalam gang kecil. Masuk kedalam rumah setelah sebelumnya mengetok pintu dan mengucapkan salam.

"Waalaikumsalam, kakak!" Reno- adiknya. berseru gembira dan langsung memeluk kakaknya.

Fiza tersenyum "Adik kakak udah makan?" tanyanya kemudian.

Reno menggeleng "belum"

"Yaudah, yuk makan. kakak bawa makanan buat kamu" Fiza berjalan kedapur sambil menggandeng adiknya, ia mendudukkan adiknya ke kursi dan mulai menyiapkan makanan yang di dibawanya dari cafe tadi.

"Yeeyy" Reno berseru senang sambil menatap lapar terhadap makanan yang baru saja di keluarkan oleh Fiza dari dalam tasnya.

Fiza tertawa kecil "Udah laper banget ini kayaknya"

Reno nyengir memperlihatkan gigi susunya yang tertata rapi.

Fiza mengangsurkan piring yang telah berisi nasi goreng kepada adiknya, "Makan yang banyak ya, biar cepet gede" Fiza mengelus puncak kepala adiknya lembut.

Dengan mulut yang masih penuh dengan nasi goreng adiknya itu mengangkat salah satu jempolnya dan berkata "Kakhak nggak mhakhan?" tanyanya.

"Iya, nanti kakak makan setelah kamu"

Reno mengangguk, dan mulai menghabiskan makanannya. setelah itu Fiza mengajak adiknya untuk tidur.

Reno sudah terlelap, Fiza bangun membersihkan sisa piring yang tadi di buat untuk makan. nyatanya Fiza berbohong pada adiknya, dia tidak makan setelah Reno makan,perutnya sakit memang ia lapar dan butuh makan. tapi sayangnya tidak ada apapun yang bisa mengganjal perutnya, nasi goreng yang di bawanya tadi sudah habis di makan adiknya. Biarlah, tidak apa-apa itu memang untuk adiknya,  dia masih bisa menahan Lapar sampai esok.

Fiza kembali memasuki kamar merebahkan tubuh di samping adiknya yang sudah terlelap dan menyusulnya menuju alam mimpi.

Esok harinya Fiza bangun jam empat, setelah melakasanakan kewajibannya sebagai seorang muslim dia keluar untuk membeli makanan.

"Bu, nasi pecel nya 2 ya. yang satu nggak usah pedes" ucapnya kepada ibu-ibu penjual.

"Iya nak, duduk dulu" jawab ibu setengah baya itu.

Setelah mendapatkan makanan yang dicarinya Fiza bergegas pulang, jam sudah menunjukkan pukul setengah 5 dini hari ia terbiasa berangkat sekolah pagi-pagi sekali, karna fiza tidak ingin jadi pusat perhatian.

Setelah membangunkan adiknya, lalu menyuruhnya agar mandi merek langsung makan. Fiza sudah mandi tadi sebelum sholat jadi ia tinggal mengganti bajunya dengan seragam. setelah semuanya selesai Fiza mengantarkan adiknya ke rumah tetangga atau teman sepantaran Reno untuk berangkat sekolah. Fiza pamit pada adiknya itu, menasehatinya agar berhati-hati juga jangan nakal di sekolah. Gadis itu pergi setelah tak lama mencium puncak kepala Reno.

Fiza tidak punya kendaraan sepeda maupun motor. kegiatan sehari-harinya ia lakukan dengan menaiki angkutan umum. seperti sekarang ia sedang menaiki angkot menuju sekolahnya, ia melihat jam yang berada di ponsel ketinggalan jaman miliknya.

"Jam enam kurang, masih pagi ternyata" batinnya.

Angkot itu berhenti di sebuah gedung sekolah yang mungkin bisa di katakan bagus.Fiza turun, memperhatikan tulisan yang berada di depan gedung 'SMA GEMPITA' tempatnya yang selama 2 tahunan ini menimba ilmu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

He's HardshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang