eoy - dua

434 49 5
                                    

"Anjir! Demi apa?!"ucap Yeji, setelah mendengar hubunganku kandas di tengah jalan dengan Lino.

Aku hanya merespon dengan anggukan kepala sambil terus memakan keripik kentang miliknya.

"Gila-gila, dia gak ada omongan apa gitu kenapa dia minta putus?"

Kini aku menggeleng merespon pertanyaannya yang kesekian.

"Terus lo kenapa bisa sesantai ini sih? Gila ya, kalian udah pacaran lama banget, anjir?"

"Cuma tiga tahun ko," ucapku santai.

"Ya segitu udah termasuk lama Kia."

"Oh iya betul, kalo dibanding lo yang pacarannya cuma sebulan doang."

"Sialan lo!" protesnya sambil melempar bantal guling ke arahku.

"Lo gak ngerasa sedih gitu?"

"Ya sedih, cuma mau gimana lagi? Gak mungkin kan gue nangis di depan dia terus sambil bilang 'jingin tinggilin iki lini iki mihin' geli anjir!"

Yeji hanya tertawa mendengar ocehanku. "Ya gak gitu juga, minimal lo minta alasan yang jelas lah."

"Udahlah, udah jalannya begini mau diapain lagi."

"Pasrah banget hidup lo."

"Bodo ah."

"Tenang, nanti gue kenalin sama cowok yang lebih ganteng dari Lino lo itu," ucap Yeji dengan muka tengilnya itu.

Aku hanya membalas ucapannya dengan berdecih.

-

Setelah pulang dari rumah Yeji, aku langsung masuk ke kamar dan merebahkan tubuhku di atas kasur tanpa berniat untuk ganti baju dan cuci muka. Aku langsung mengecek akun instagramku dan ada satu postingan di timeline yang aku kenal di postingan tersebut. Lino dengan Lia, teman sekelasku. Mereka berdua berpose dengan saling merangkul satu sama lain dan senyum bahagia terukir di wajah mereka masing-masing.

Ternyata Lino mutusin aku demi Lia? Aku hanya bisa tersenyum getir melihat postingan tersebut.

"Sialan!" umpatku, sambil melempar ponselku ke sembarang arah.

Aku langsung memejamkan mataku lagi dan berusaha untuk tidur agar lupa dengan segala kejadian hari ini.

Sepertinya hari ini adalah hari sialku. Setelah diputusin Lino, kini saat aku baru beberapa detik memejamkan mata untuk tidur siang pintu kamarku diketuk, bukan! Ini digedor-gedor bukannya diketuk lagi. Kalau begini, aku sudah tau siapa biang keroknya.

"Apa sih bang?! Gue mau tidur jangan ganggu!" teriakku tanpa bangkit dari tempat tidur.

"Anterin gue dong, Dek," balasnya, sambil terus menggedor pintu kamarku.

Kalau udah begini, manusia itu gak bakal berhenti untuk mengganggu ketenanganku, Abang satu-satunya yang kelakuannya kaya setan, Bang Brian. Aku berjalan dengan menghentakkan kaki menuju pintu kamar dan langsung membuka pintu kamarku dengan kasar.

"Apasih?!"

"Ih galak banget, anterin gue yuk?"

"Males ah, ngantuk gue."

"Ayo lah, nanti gue beliin es teh segelas. Gimana?"

"Murah banget gue, cuma disogok es teh."

"Ayo lah, nanti kalo gue udah kerja gue beliin dua deh es tehnya."

"Gak! Udah diem ah, gue mau tidur. Jangan ganggu! Gue bilangin mama nanti," ancamku lalu menutup pintu dengan kasar dan menguncinya.

"Awas lo ya! Kalo minta duit gak bakal gue kasih!" teriaknya sama sekali belum nyerah.

"Bodo!"

Setelah hening, aku langsung ngambil posisi yang enak untuk tidur. Lagi, baru beberapa detik aku merem, manusia titisan setan itu mengganggu tidurku lagi. Kali ini ia menggedor-gedor pintuku dengan sangat kencang sampai aku harus menutup kedua telingaku.

"ABAAANNNGG!!!!!!"

Setelah mendengar teriakanku, kini bang Brian baru berhenti mengangguku dan terdengar langkah kakinya menjauh dari kamarku dengan sedikit berlari.

Tbc..

Eyes On You | Ryujin x Hyunjin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang