Hembusan angin menyapa setiap insan yang terjaga di malam itu. Bulan pun menghiasi langit, bulat sempurna tanda purnama penuh. Di dalam sebuah kuil terpajang cermin kuno sedang memancarkan sinarnya akibat pantulan cahaya bulan purnama membuatnya nampak indah membentuk siluet manusia.
Ya... benar! Selama ini Dia di segel dalam cermin mantra, sebutan cermin kuno tersebut. Sayu nan lemah lembut tergambar jelas di wajahnya yang cantik.
Angin malam mengibarkan rambut panjangnya berwarna abu abu. Disertai balutan Kinagashi membalut tubuh kekarnya.Dirinya melangkah keluar menuju kediamannya tak jauh dari sana.Di satu sisi seorang anak remaja terbaring di kamarnya di lantai dua dengan jendela terbuka. Kaki kirinya terbalut perban akibat cedera. Tidur pulasnya tak membuat dirinya sadar seseorang akan datang menghampirinya. Perlahan orang itu menaiki anak tangga menuju kamar remaja laki-laki itu. Akan tetapi kehadirannya di rasakan seseorang dari bilik kamar di sampingnya.
Hanya sekali ia menoleh dengan menggoreskan senyuman manis lalu melanjutkan langkahnya. Setiba di kamar yang di tuju ia menghampiri remaja laki-laki itu dan duduk di sampingnya.
Tatapannya berubah menjadi kesedihan kala memperhatikan setiap lekuk tubuh anak itu."Maafkan aku?" Suara sendu keluar dari bibir manisnya.
Pandangannya terhenti kala melihat kakinya yang terbalut perban. Dengan segera ia menjulurkan tangan kanannya dan meletakkannya di atas kaki anak remaja itu. Cahaya biru nan lembut keluar dari telapak tangannya mencoba mengobati lukanya. Terdengar rintihan kecil menahan sakit, membuatnya terkejut lalu menatapnya.
"Ayah!" Setengah sadar anak itu memanggil.
"Tenanglah! Kau akan baik baik saja!" Suara lembut menyapa hingga terbawa mimpi.
Wajahnya yang semula berkerut, kini menjadi tenang dalam tidurnya. Selesai mengobati dirinya kembali lagi ketempat semula. Begitu menuruni tangga seorang pria menantinya dari bawah.
"Hanyu!" Ucap seorang pria bersandar disamping tangga.
"Jared-san" Ia memanggil pria itu dan segera menghampirinya.
Perbincangan kecil mengiringi perjalanan keduanya menuju kuil. Sebelum kembali ke dalam cermin, keduanya bermain shogi.
"Apa tidak masalah? Kau keluar saat malam hari saja. Hanyu!" Jared memulai perbincangan.
"Tidak! Ini sudah lebih dari cukup" Tersenyum seraya menunduk.
Jared hanya menatap lalu kembali meletakkan bidaknya. Keduanya terdiam terbawa arus permainan hingga pagi hari.
Tak berselang lama cermin mantra mengeluarkan cahaya dan terlihat rantai emas melilit tubuh Hanyu.
"Jadi rantai itu belum sepenuhnya lepas?"
Hanyu hanya mengangguk. "Benar! Walau
tak lagi membelenggu kedua tangan dan kakiku.""Itu artinya selangkah lagi kau terbebas tanpa belenggu lagi."
"Kau benar!" Tersenyum lembut.
"Begitu yaa!" Menghela nafas lalu berdiri.
"Maafkan aku?" Kembali memasang wajah sendu. " Maaf sudah merepotakamu. Jared-san!"
"Jangan sungkan begitu. Aku sudah menanggap Jayden seperti anak kandung ku sendiri. Cepatlah sembuh Jay sangat mengharap kehadiranmu."
Mengangguk. "Terimakasih!" Perlahan Hanyu menghilang, disertai senyuman manis tanda perpisahan untuk hari ini.
Cermin itu kembali seperti semula setelah menyegel kembali dirinya.
Hai semuanya👋😊... Ini adalah cerita perdana saya bergenre fantasi mohon kritik dan sarannya yaa 😁
Jangan lupa klik bintang nya juga 😊
Terimakasih dan sampai jumpa lagi di chapter berikutnya
👋😁🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Werewolf Diaries
FantasySejarah tersembunyi dari ras werewolf yang perlahan terungkap. Kemunculan 4 werewolf yang di juluki petarung monster, berbaur dengan manusia dan menyembunyikan fakta selama ribuan tahun. Serta kubu werewolf lainnya yang mengancan keselamatan bagi ke...