17. Club

1.6K 150 3
                                    

17

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

17. Club

"Shhh ... Pelan-pelan Sea."

Azka menggerak-gerakkan dagunya yang terasa sangat kaku. Rasa perihnya tidak sebanding dengan tulang rahangnya yang terasa kaku.

Wajah Azka penuh dengan luka lebam. Lebih tepatnya di bagian sisi bibir dan juga tulang di bawah mata.

Benar saja, teriakan penuh akan peringatan dari Abangnya tadi tidak main-main. Azka yang setibanya di ruang boxing langsung mendapatkan bogeman keras dari Abian.

"Kenapa kamu sama Abang kamu bisa berantem sehebat itu? 'kan jadinya kamu sama Abang kamu sama-sama luka kaya gini." Walaupun nada bicaranya sedikit berdecak Sea tetap telaten mengobati luka di wajah Azka.

Sea yang tidak mengerti apa-apa mengenai masalah yang terjadi antara Azka dan Abangnya hanya menjadi pemisah untuk adik kakak itu.

Azka perlahan menurunkan tangan Sea yang masih tetap mengobati luka lebam di wajahnya. Netranya menatap netra kecokelatan di depannya.

"Gue terlalu banyak bohong sama Abang gue. Pertama, gue dilaporin sama manajemen arsip bidang kesiswaan karena gue hampir ambil data pribadi lo diam-diam. Yang kedua, gue udah rahasiain hubungan kita dari orang tua dan juga Abang gue. Yang ketiga, gue tadi nggak ikutin perintah Abang gue yang nyuruh Bibi Veni buat gue nggak keluar rumah karena Abang gue mau pulang dari Australia, dan gue lebih milih keluar sama temen-temen gue."

"Tapi jangan sampai berantem kaya gini sama Abang kamu." Tidak bisa di pungkiri Sea benar-benar khawatir saat ini.

Kedua pasangan itu masih berada di dalam mobil, mobil Azka saja masih terparkir di depan rumahnya―belum meninggalkan area rumahnya sama sekali dikarenakan Sea ingin mengobati luka Azka yang tampak semakin membiru itu tanpa diobati sedikit pun.

"Ayo, gue anter pulang. Udah mau hujan hmm." Sea berdecak kecil. Azka memang sangat pandai mengalihkan pembicaraan.

Sea mulai membereskan kotak P3K yang ada di dalam mobil Azka, lantas segera memasangkan seatbelt-nya lagi.

"Ayo."

Sea menengadah, malam ini awan terlihat mendung, kilatan petir pun sudah terlihat dari kejauhan.

"Tapi ..." Azka menunggu ucapan Sea yang terjeda.

"Habis anter aku pulang, kamu harus langsung obatin luka di wajah kamu ya, janji?"

"Ya, gue janji." Azka menoel hidung gadis mungil di sebelahnya itu. Tanpa memikirkan jika Sea masih membeku di tempat ketika Azka mulai menghidupkan mesin mobilnya.

***

Club di ujung kota di gemuruhi oleh bisingnya suara motor yang tampak tengah berlomba-lomba bersahutan.

Di pukul yang akan menjelang jam 9 malam ini mereka tampak di tatap dengan berbagai mata oleh orang-orang yang masih beraktivitas di sekitar.

AZKASEA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang