26

20K 1.1K 60
                                    

Heyoo gengs!! Aku kambek egen:)
Kangen engga? Mueheheehe
Pertama-tama mau ngucapin puji syukur karena cerita ini bisa sampai 20k readers lebih, makasih bgt buat readers setia cerita ini, yang selalu comment dan vote huhu ai lop yuh baibeh💙
Buat yang ngikutin cerita ini dari awal sampai detik ini, makasih loh ya walau ada "maybe" yang gak meninggalkan jejak:). Gapapa, aku seterong koq:).

Aku tau cerita ini gajelas, bar-bar sama kek yg buat. Eh:v
Tapi dengan ini aku lebih belajar untuk buat bikin alur, suasana baca yang lebih baik lagi. Sekali lagi thankyou so much for respect this story;)

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak oke?

Karena itu penyemangat aku ea.

Comment yang banyak biar updatenya cepet hahaha.  Sorry for typo nya:)

Btw, stay safe ya para readers tercinta. Lop yuu,💙💙

Tak apa kan jika aku egois? Jika ada yang menawarkan kebahagiaan, mengapa memilih menderita?

_Dara


Dara merasakan ada seseorang di sampingnya, dengan perlahan dia membalikkan tubuhnya dan mendapati Farrel yang tengah tertidur pulas. Dara tersenyum kecil, lalu menaikkan selimut sampai sebatas dada Farrel. Ia menyingkirkan guling yang selalu dan sampai kini menjadi pembatas tidurnya dengan Farrel. Dara memandangi wajah Farrel, terlihat sangat berbeda saat Farrel terbangun.  Tak mau berlama-lama menatap wajah Farrel, Dara bangkit dari tidurnya dengan sedikit kesusahan.

"Uh, kamu makin besar ya" ucap Dara sambil mengelus perutnya, Dara tak sebebas dulu untuk bergerak karena perutnya yang makin membesar. Ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, hanya sekedar untuk membasuh muka dan kegiatan kecil lainnya. Setelahnya, Dara memutuskan untuk berkutat dengan dapur sebelum Farrel bangun.

Farrel mengerjapkan matanya berkali-kali, mengusap wajahnya lalu melirik ke arah samping. Farrel berdecak pelan saat tak mendapati Dara di sampingnya, dengan malas ia beranjak dari tidurnya lalu pergi ke kamar mandi. Banyak hal yang harus ia selesaikan hari ini.

Dara memperhatikan Farrel yang baru saja keluar dari kamar, mengenakan celana jeans dan jangan lupakan jaket kesayangan Farrel. Dara tersenyum lembut lalu mendekati Farrel.

"Farrel mau pergi keluar sekarang? Sarapan dulu yuk? Dara udah siapin buat Farrel" ucap Dara dengan senyum manisnya. Farrel menimbang keputusannya, haruskan ia sarapan dulu atau langsung pergi saja?.

"Gua buru-buru, lu sarapan aja sendiri. Gua sarapan di luar" ucap Farrel lalu melengos pergi meninggalkan Dara yang masih menampilkan senyum manisnya.

"Seperti biasa" gumam Dara sambil tersenyum miris, sudah tak aneh lagi untuk Dara. Farrel pulang larut malam, dan pergi tanpa sarapan. Bahkan komunikasi diantara dirinya dan Farrel bisa di bilang sangat jarang.

Dara merasa mereka satu atap tapi seperti orang asing.

Dara menggelengkan kepalanya, tak mau membuat dirinya terlalu terbebani akan hal ini.

Berandalan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang