Setelah kejadian kucing, Eric tidak berani keluar rumah sepanjang hari ini. Dirinya terus mengurung diri di kamar. Entah apan yabg dilakukannya, dia hanya diam sambil sesekali memandangi langit-langit kamar. Zain yang melihatnya merasa sangat kasihan. Dia pasti merasa takut.
Zain takut melihat raut wajah Eric sekarang. Ekspresinya mengatakan Eric sangat ketakutan. Dan Zain tahu benar apa yang ditakutkan oleh Eric. Tapi Zain belum bisa bilang sekarang. Karena sesuatu yang membahayakan nyawa Eric juga akan membahayakan nyawanya jika ia ikut campur.
Sembari menemani Eric yang makin lama makin seram, Zain memutuskan untuk bermain playstation milik Eric. Sepupunya ini memang sangat kaya raya. Wajar saja hampir segalanya ia miliki.
Playstation dilengkapi juga dengan komputernya. Ehm, sebenarnya bisa pakai televisi juga. Belum lagi kaset game yang sangat banyak. Hampir empat tempat kaset isinya kaset game semua. Dan kaset itu asli, bukan bajakan. Zain ingat bahwa harga satuannya jika yang asli sekitar ratusan ribu.
Kentang sekali gue, pikir Zain miris.
"Ric, ini dari kapan lo koleksinya?" tanya Zain tanpa mengalihkan perhatiannya dari kaset-kaset tersebut.
Sengaja sebenarnya Zain mengajak Eric mengobrol. Pertama, agar tidak terlalu sunyi. Kedua, agar Zain tahu bahwa Eric tidak kesurupan.
"Dua tahun yang lalu," jawab Eric.
Zain lega walaupun Eric hanya menjawab sedikit. Setidaknya menyuruh ia berbicara saja. Zain ingin Eric tidak terlalu memikirkan masalah kucing tadi. Walaupun sebenarnya ia takut juga.
Tidak henti-hentinya Zain berdecak kagum pada koleksi Eric yang bisa dibilang banyak ini. Mungkin kedengarannya biasa saja, namun menurut Zain ini luar biasa. Katakanlah Zain berlebihan atau norak, tapi seperti inilah dia sekarang. Seolah berbicara sendiri, ia terus memuji kaset-kaset koleksi Eric.
"Main bareng kuy, Ric," ajak Zain sembari menengokkan kepalanya kepada Eric.
Eric mengangguk.
Mereka pun main sampai jam 7 malam.
Malam ini mereka berempat-bersama ibu Eric-makan malam bersama di meja makan. Menu makan malam ini sangat lezat, Ayam Bakar Mozarella. Makan malam yang sangat menggugah selera itu tentu saja membuat tiga insan muda yang menyantapnya dengan lahap.
"Kalian berdua, sekolahnya bagaimana?" tanya ibu kepada sepupu kembar Eric.
"Baik, Tante." Ini Zain yang jawab.
"Zein udah nggak suka kabur dari sekolah lagi, kan?" tanya ibu kepada Zein sedikit menyindir.
Zein yang sedang melahap ayamnya pun tertawa. "Tanre kira aku masih kecil?"
Ibu ikut tertawa. "Kenakalan remaja itu lebih parah loh dari kenakalan anak-anak."
"Emang dia mah lebih bandel dari anak-anak," cibir Eric yang sejak tadi baru menanggapi.
Zein membuat gerakan ingin memukul Eric dengan sendok. Ibu hanya tertawa melihat interaksi anak dan keponakannya. Namun di balik tawanya itu, Zain tahu ada sesuatu yang membebani pikirannya.
Untungnya kamar Eric besar, jadi mereka pun tidak kesempitan untuk jungkir balik seperti anak kecil.
"GUE MAU TIDUR DI KASUR!"
"IH GAK MAU, GUE DULUAN!!"
"Kasur gue kan gede, jadi muat kok buat bertiga." Hanya Eric saja yang kalem.
"GUE GAK MAU TUDUR SEBELAHAN SAMA DIA!!"
"GUE JUGA GAK MAU, DIA SUKA NGILER!"
"DIA JUGA SUKA KENTUT SETIAP MALEM!"
"DIA KALO TIDUR KAYAK KINCIR ANGIN!"
Kalau sudah begini, Eric yang pusing.
"LO SUKA NGEDORONG GUE DARI TEMPAT TIDUR AMPE BENJOL SETIAP HARI!"
"IH APAAN?! LO AJA YANG KALO TIDUR-"
"STOOOOOOOPPPPP!!!"
Akhirnya, mereka bertiga pun tidur di lantai semua. Untung saja lantai kamar Eric adalah karpet bulu, jadi tanpa alas lagi pun sudah nyaman.
"Begini kan adil," kata Eric yang berada di tengah mereka berdua. "Dah, tidur!"
Eric terbangun tengah malam. Ia bukan terbangun karena kebelet atau mimpi buruk. Namun, bau itu datang lagi.
"Sialan!" umpatnya sambil menutup hidung.
Ia menoleh ke kiri dan kanannya. Zain sedang tertidur pulas, tetapi Zein tidak ada. Ia ingin mencari Zein, namun ia sudah terlanjur mual dan pusing. Karena bau itu lama-lama makin kuat, Eric pun membangunkan Zain.
"Zain, bangun," panggil Eric setengah berbisik.
Namun sebelum Zain bangun, kepala Eric dihantam oleh sesuatu. Tidak cukup keras sebenarnya, namun cukup membuat Eric pingsan karena awalnya kepalanya memang sudah pusing.
Eric pun pingsan.
"Gue udah gak sabar mau bunuh lo, Ric."
|Beside The House|
Eric
Ada yang kenal?
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] ʙᴇsɪᴅᴇ ᴛʜᴇ ʜᴏᴜsᴇ
Misteri / Thriller[[COMPLETED]] "Gue selalu nyium bau anyir setiap lewat situ." ©hanshzz, 2020