Pagi ini mendung menggantung kelam dilangit, membuat suhu turun beberapa derajat, ditambah lagi kabut sisa hujan semalam mengungkung sekitar gedung sekolah.
Seorang remaja lelaki menyusuri koridor dasar gedung sekolah, tubuh kelewat rampingnya itu terbungkus hoodie tebal yang terlihat usang dan robek kecil dibagian bawahnya.
Mata rusanya mengedarkan pandang, mencari atensi manusia selain dirinya namun berakhir dengan desahan nafas, karena memang hanya dirinya saja yang sudi menginjakkan kaki disekolah sepagi ini.
Kakinya yang terbalut sepatu sneaker yang juga kelihatan kuno itu melenggang cepat menuju ruangan tak terpakai namun penuh tumpukan buku, bukan buku baru, namun buku-buku lama yang sudah lewat masa kurikulumnya.
Netranya lagi-lagi tak menemukan seseorang, tapi memang hanya dirinya yang memiliki hak dan yang terpenting, memiliki minat dengan kertas-kertas tebal dan bau khas kayu itu.
"Na jaemin, mari belajar"
Kata hatinya, pada dirinya sendiri
Satu-satunya alasan mengapa dirinya berangkat sepagi ini adalah untuk belajar, mengerjakan tugas kemarin, atau sekedar menangis dan tertidur sampai bel tanda masuk berbunyi.
Sejak dulu memang begitu, jaemin kecil memang suka disini, sejak kelas satu smp lebih tepatnya, ketika ayahnya masih menjabat sebagai kepala sekolah di sekolahan yang merangkap SMP dan SMA ini, bahkan sebelum kesakitan ini menekannya, dia sudah menyukai ruangan ini.
Kriett,,
Suara pintu mengalihkan fokus pemuda na itu.
Mata rusanya terbelalak, dirinya berusaha mengatur detak jantung, gerakan acak yang dia ciptakan mendapat kekehan dari si pembuka pintu.
"Tenang lah, aku tak berniat mengganggu"
Na jaemin berusaha menahan rona diwajahnya, sungguh dia pun ingin mengumpat mengapa dia selalu berlebihan ketika lelaki didepannya mengajaknya berkomunikasi, walaupun hanya beberapa kali, termasuk saat ini.
"Aku hanya ingin mengambil beberapa buku untuk referensi penelitian ilmiah, ah! Apakah kau sudah menyelesaikannya?"
Na jaemin hanya mengangguk
"Baguslah, nah ini dia, aku pergi ya, ngomong-ngomong aku lee jeno, senang bertemu kau lagi, na jaemin"
Pemuda lee itu tersenyum hingga kedua kelopaknya melengkung membentuk bulan sabit.
Ya, na jaemin menyukai mata itu, mata yang begitu kelam, namun juga sangat terang.
"Na jaem, kenapa kau merona huh?!"
Rutuk hati jaemin pada dirinya sendiri ketika pantulan wajahnya terlihat begitu merah.
'jeno mengenalnya'
Hati milik manusia rapuh itu nampak menghangat, lekungan senyum yang sangat tulus akhirnya terukir kembali pada wajah rupawannya, setelah begitu lama wajah itu hanya dipenuhi ekspresi nanar penuh luka.
Jaemin mengambil ranselnya lalu berjalan menuju kelas paling ujung koridor lantai satu.
Kelas 12 mipa 2
Ruangan yang sudah penuh dengan teman-temannya.
"Nyonya habis kemana sih?"
Seorang gadis mendekatinya lalu merangkul pundak ramping jaemin
"Biasalah som, markas lah"
Seorang lelaki tembam menyembul dibelakang mereka
"Kaget gw!"
KAMU SEDANG MEMBACA
netra sirius
FanfictionMemandang sorot matamu adalah salah satu penghiburan dari sang waktu untuk manusia hina sepertiku. - Memandangmu dan membagi luka mu adalah ganjaran dari sang takdir untuk makhluk tak berdaya sepertiku. - Untukmu siriusku, bintang paling bersinar d...