Tahun ini, sekolah kami menjadi tuan rumah usai 3 tahun berturut-turut memenangkan piala umum lomba kreasi baris-berbaris.
Sesuai niat-- usai pertemuanku dengan Adimas semalam, aku mendatangi sekolah kami yang telah ramai berupa baliho ucapan selamat perlombaan, stan-stan sponsor, photo booth dan lain sebagainya memperindah suasana sekolah kami sebagai tuan rumah.
Dari jauh, Indy sudah menemukanku kala aku baru saja sampai. Anak perempuan itu sudah bersiap siaga di perkumpulan pendukung tim sekolah kami. Aku berdecak lucu kala sadar, sebagai ketua dari Marching Band, Indy membawa pasukannya sebagai suporters.
Teman-teman sekelasku berada di teras atas kelas kami berada. Aku memberi kode kepada Indy jika aku akan menonton dari atas lantas Indy pun mengiyakan.
Saat baru saja tiba dan berkumpul bersama teman-teman kelasku yang lain, seketika semarak kehebohan kami pecah di udara. Anggota MB membuat suara gabungan alat musik mereka, mengiringi masuknya tim LKBB sekolah kami. Mereka sudah menguasai lapangan sontak murid dari berbagai sekolah dibuatnya terkesima.
Ketua-- pemimpin LKBB mereka melapor. Dan penampilan mereka pun dimulai, diawali dengan penampilan dasar baris-berbaris sebagai pembuka.
Dari atas, aku bisa melihat sosok Adimas yang kurasa paling menonjol, menjadi senter karena letak anak laki-laki itu berada di tengah shaf paling depan.
Adimas kerap kali membuatku harus menggelengkan kepala mengingat masa kecilnya yang tidak diduga-duga. Adimas berubah pesat.
Mereka kini tengah menampilkan hasil latihan mereka yang hampir setengah tahun lebih dilakukan. Bulu kudukku tentu meremang kala melihat kreasi baris-berbaris mereka. Dengan segela bentuk ide gerakan yang murni mereka koordinasikan bersama. Suara mereka lantang dan tegas membuat kami yang benar-benar serius menonton, enggan berbicara satu sama lain.
Usai menjepret, merekam untuk mengabadikan momen, kedatangan Aidan yang tiba-tiba berdiri di sampingku membuatku menegur anak itu sedikit kesal, "kayak setan aja." Aku memberi senyum jahil dan melanjut, "dateng gak diundang."
Aidan tidak merespon dia hanya tersenyum seadanya. "Ada Fajar."
"Hah?"
"Fajar, Purna Paskibraka."
Aku belum angkat suara masih mengontrol wajahku agar tidak berlebihan. Aku terkekeh cukup canggung. "Maksud lo?"
"Maksud apa?" Tanyanya balik.
"Yah Fajar." Aidan tersenyum sumbang dan lanjutnya, "Dia ikut LKBB juga."
"Bukannya lo berdua punya hubungan?"
○●○
Pengunguman kemenangan berbagai kategori LKBB yang akan membawa pulang piala umum, tak lama lagi akan segera dilakukan.
Aku gugup mendengar hasil yang akan kami terima nantinya. Apakah sekolah kami akan menyapu ratai piala dan akhirnya dinobatkan menjadi pemilik piala umum atau tidak untuk kesekian kalinya, membuat kami semua gelisah.
SMA Pelita Kartini ternyata ikut dalam perlombaan LKBB dan aku melewati penampilan mereka. Dari yang kudengar-dengar, sekolah lamaku itu tahun ini menjadi saingan terberat sekolah kami. Hal itu yang membuat kami berpikir piala akan bergoyang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bully and The Victim
Teen FictionAda takdir yang mampu diubah oleh manusia, usaha untuk memperbaiki dirinya dan yang diimpikannya. Bagaimana ketika dulu ia yang terburuk kini menjadi yang terbaik. Bagaimana ketika mimpinya yang cerah tak secerah milikmu. Dan bagaimana ketika ia...