BAB 10

95.5K 5.3K 1.7K
                                    

Kalian udah masuk tim mana?

Kalian udah masuk tim mana?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Mas Bara: Aryan udah aku jemput. Kamu bisa langsung pulang. Miss you...

Seperti biasa, aku cuma membacanya saja. Nggak ada niatan buat membalas pesan tersebut. Bahkan, aku mulai berpikir untuk memblokir kontaknya saja sekalian. Entah kenapa, walau berhubungan dengan Mas Bara lewat pesan singkat, perasaan takut itu muncul lagi.

Tapi demi Aryan, aku nggak memblokirnya. Namun, aku nggak mau menghubungi Mas Bara lebih dulu.

Nggak lama kemudian, getaran pada ponselku kembali terasa. Pesan dari Mas Bara lagi.

Mas Bara: Aku jemput, ya? Sekalian ajak Aryan. Aku juga kangen sama makanan kedai kamu.

Dengan sangat terpaksa aku membalas singkat pesannya.

Me: Nggak usah.

Mas Bara: Masih belum mau kasih aku kesempatan buat ngomong?

Me: G.

Mas Bara: Ya udah. Aku tunggu kamu di rumah. Hati-hati di jalan, ya.

Aku menyimpan ponsel ke saku apron. Ibra masih ada di depanku dan sekarang sedang menikmati pisang bakar keju susu. Makanan kesukaan kami berdua saat pacaran dulu. Masih teringat di kepalaku ketika pertama kali dia mentraktirku makan. Yang dia beli cuma pisang bakar keju susu. Alasannya buatku sedikit dongkol tapi lucu juga.

Waktu itu Ibra bilang, "Maaf, cuma bisa kasih kamu pisang bakar keju, Ya. Bayaranku habis nge-band belum turun. Hehehe..."

Aku mengembuskan napas panjang. Ucapan Ibra yang terakhir membuatku berpikir keras. Seandainya dia nggak selingkuh, apa kami bisa sampai ke jenjang pernikahan? Bisa saja sih... karena waktu berpacaran dengan Ibra, aku benar-benar jatuh cinta kepadanya.

"Makanan favorit kamu masih belum berubah, Ya?" Ibra bertanya setelah dia menghabiskan suapan terakhir pisang bakarnya. "Masih suka pisang bakar keju susu?"

"Masih, cuma sekarang dikurangin makan yang manis-manis."

"Karena kamu sendiri udah manis?" Dia menggodaku.

"Ibra, apaan sih!" Aku memberengut. Tapi merasakan kedua pipiku memanas.

Ingat, Raya... kamu udah nikah dan punya suami.

Aku menggeleng keras. Menampik semua pikiranku mengenai kenangan bersama Ibra yang kembali berputar di kepalaku.

Lalu, laki-laki itu menghela napas panjang. "Kalau sekarang kita masih pacaran atau bahkah nikah, aku nggak akan traktir pisang bakar keju susu lagi, Ya. Mungkin udah traktir kamu steak."

Dia kemudian cengengesan. Sedangkan aku diam saja. Berusaha untuk nggak terbawa perasaan sama semua kalimatnya. Dan mengingatkan diri kalau Ibra suka sekali bercanda.

My Hottest Duda [Hottest Series#1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang