flashbackDua anak diatas tiga tahun itu menangis kencang melihat kedua orang tuanya bertengkar hebat dihadapan mereka.
Tangan yang saling menggenggam satu sama lain itu semakin erat.
Suara teriakan, tangis, bersatu dalam rumah mewah yang bertingkat dua tersebut. Para pembantu rumah tangga dan satpam yang menjaga, hanya diam, dan mencoba untuk menenangkan tangis kedua gadis kecil itu.Tangis salah satu dari mereka menjadi lebih kencang bersamaan dengan tamparan yang diterima sang ibu dari sang ayah. Tangan yang awalnya erat semakin lama semakin renggang. Dengan satu tarikan keras genggaman itu terlepas.
Sang ayah membawa salah satu putrinya dalam dekapannya, menutup mata buah hatinya, menenangkan tangisan kecil yang perlahan-lahan hilang. Satu detik setelah air mata berharga milik ayah jatuh, pintu rumah yang selalu membawa kebahagiaan itu tertutup rapat mengakibatkan suara yang menggelegar disetiap sudut rumah tersebut.
Para satpam dan pembantu rumah tangga menatap sendu tuan mereka, yang kini tinggal sendiri bersama salah satu si buah hati. Air mata yang tak pernah jatuh, kini jatuh begitu deras. Hujan diluar sana seakan-akan mengerti perasaan pemilik rumah mewah itu.
"Papa, papa kenapa? Ko nanis?" Gadis kecil itu mengucapkan pertanyaan dengan sesenggukan setelah sang ayah membuka tangannya yang menutupi indra pengelihatannya
"Papa gak kenapa-napa sayang"
"Ta,tapi kenapa papa nanis?",
mata gadis kecil itu mengisyaratkan kesedihan bercampur heran akan keadaan ayahnya yang menangis, Ia selalu berpikir bahwa ayahnya tak pernah nangis selama ini. Tetapi mengapa saat ini ayahnya menangis, apa dirinya melakukan suatu kesalahan..."Gak kenapa-napa sayang, papa happy kok", sang ayah menunjukan senyum terbaiknya, walau pada dasarnya dirinya pun tak bisa menahan tangisnya
"Mama sama kakak mana pa?"
Mata gadis kecil itu terlihat semakin bingung dengan gestur tubuh yang berputar-putar dalam gendongan sang ayah, mencari dimana keberadaan ibu dan kakak tersayangnya."Mama sama kakak lagi pergi jalan-jalan"
Biarlah untuk saat ini dirinya menjadi orang yang munafik, terhadap anaknya sendiri."Loh, kok mama sama kak Anthea ga ajak-ajak pergi kita juga pa? Kan aku mau ikut juga" ucapnya sambil mengerucutkan bibir mungilnya lucu.
"Ya udah pa, besok kita jalan-jalan sama mama sama Kak Anthea juga ya pa!" lanjutnya beriringan dengan bibir yang berubah menjadi senyum bahagia yang terpancar pada wajah imutnya.Deg...
Hati sang ayah merasa tertusuk dengan perkataan si buah hati. Perkataan yang begitu memberi pengharapan pada sang ayah untuk menuruti keinginannya.
Yang hanya bisa dilakukan oleh ayah saat ini hanyalah memberi senyuman juga jawaban terbaik untuk buah hatinya. Melupakan sejenak masalah yang baru saja terjadi. Melindungi, memberi yang terbaik, dan membahagiakan hadiah terindah dari Tuhan yang diberikan pada dirinya, hadiah istimewa yang saat ini ada dihadapannya. Memandangnya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Pelan tapi pasti sang ayah menjawab pada buah hatinya,
"Iya, besok kita main sama mama dan kak Anthea"
Wajah tersebut bertambah imut sekian kali lipat, berseru senang dan puas dengan jawaban dari ayahnya.
'Maafin papa, papa harus berbohong sama kamu. Setidaknya kamu harus tau, papa sangat sayang sama kamu, jangan pergi dari papa. Maafin papa Alyssa' batinnya.
flashback off
KAMU SEDANG MEMBACA
Change It
Teen Fiction"Aku yakin aku bisa. Dan aku akan mengubah yang tidak mungkin. Papa harus percaya sama aku" "Ya, Papa percaya sama kamu..." [on going] 🌸🌸🌸