Dalam pertemuan pasti akan selalu ada perpisahan, jika kita membayangkan perpisahan hal pertama yang mungkin terfikirkan adalah kesedihan tapi sebenarnya perpisahan itu sendiri mengajarkan kita untuk menjadi lebih dewasa.
Setiap malam sebelum tidur diandra selalu memikirkan seseorang dimasalalunya, ia rindu mekipun sudah ditinggalkan dengan sangat menyesakkan.
Dan sekarang diandra harus benar-benar meninggalkan jakarta, kota dengan sejuta kenangannya bersama mantan kekasihnya. Diandra harus ikhlas jika ia tidak bisa bertemu lagi dengan dia, padahal beberapa hari belakangan ini diandra sempat mencari keberadaannya untuk sekedar berpamitan.
"Lo dimana si, gue pengen ketemu sebentar aja sebelum gue pergi dari kota ini" lirihnya
Barang-barang kenangannya masih tersusun rapi dikamarnya seperti foto polaroid, buku diary pemberiannya saat diandra ulangtahun dan masih banyak lagi
Rasanya tidak mungkin bertemu karena kedua orangtua diandra sudah memasuki koper milik mereka bertiga kedalam bagasi taxi online
Ayolah, sejak kapan seorang diandra menjadi melow seperti ini? ya tentu saja sejak dirinya ditinggal pergi oleh orang yang dia cintai bagaimana si!
"Rain ayo kita berangkat, jadwal pesawatnya bentar lagi" ucap indri mamahnya
Diandra menatap indri sebentar, dia tidak ingin meninggalkan indonesia
"Ma, kalo rain gak ikut kalian boleh enggak?" Tanya nya hati-hati
Diandra tahu kemungkinannya sangat kecil untuk mamanya mengatakan iya, seenggaknya mencoba dulu
Indri terdiam beberapa detik, ia tidak bisa meninggalkan putrinya sendirian dirumah dan ia juga tidak bisa membiarkan suaminya pergi ke london sendirian untuk pekerjaan yang akan memakan waktu satu tahun lebih disana
"Rain gabisa, mama gamau kamu tinggal disini sendirian dan kalo mama ga ikut kasian papa kamu"
Sudah diandra tebak pasti jawabannya seperti itu.
"Kecuali kalau kamu mau tinggal sama nenek kamu dibandung, papa izinin"
Diandra menatap kearah pintu mendengar suara rasya papanya ikutan nimbrung dalam obrolan
Matanya berbinar ketika sadar papanya mengizinkan diandra untuk tetap di indonesia meskipun dibandung bukan dijakarta
"Iya pa rain mau" sahutnya cepat
Setidaknya harapan diandra untuk bertemu dengan dia masih ada, diandra bisa pergi kejakarta untuk mencari dia saat hari libur kan.
"Yasudah kalau gitu papa sama mama berangkat ya, nanti bara dateng kesini buat anterin kamu ke rumah nenek"
"Hati-hati, kabarin diandra kalau kalian udah sampe disana ya"
Diandra menyalimi tangan kedua orangtuanya, mengikuti mereka dari belakang untuk sekedar mengantarkan sampai depan rumah
Sebelum benar-benar pergi rasya dan indri sempat mencium kening putri semata wayangnya, ini pertama kalinya mereka berpisah
"Papa janji akan secepatnya selesain pekerjaan papa disana, kamu jangan bikin nenek susah ya rain" nasihat rasya
Pelupuk mata diandra sedikit berkaca-kaca, bohong jika diandra tidak akan merindukan kedua orangtuanya.
"Rain bakalan rindu kalian" rengeknya dengan uraian air mata
"Kita berangkat dulu ya, jaga kesehatan nak"
Mama dan papanya memasuki taxi dan setelah itu taxi yang semula dihadapan diandra kini sudah melaju menjauhi tempat diandra berdiri
Diandra menghela pelan, ini awal ceritanya dan diandra harus bisa bertemu lagi dengan dia.
**
🌞Sinar matahari cerah sedikit mengusik diandra dari tidurnya padahal jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi, mungkin efek kecapean karena semalam diandra sampai dibandung itu lumayan malam gara-gara bara tetangga rumahnya ngapelin pacarnya dulu sebentar
"Aduh iyeu parawan belum bangun juga" nenek seni menggelengkan kepalanya melihat cucunya jam segini belum bangun
Nenek seni tidak tega membangunkan cucunya yang terlihat masih kecapean, jadi dia memilih kembali menutup pintu kamar diandra dan bertemu seseorang di ruang tamu
Sekitar pukul 1 siang barulah diandra bangun dari tidurnya, ia mengucek mata berkali-kali mengumpulkan nyawanya yang belum berkumpul sempurna
Diandra berjalan ke ruang tamu, ada neneknya sedang duduk sambil menyeruput secangkir kopi ditangannya
"Morning nek" sapa diandra
Nenek seni berdecak mendengar sapaan diandra
"Morning matamu, ini udah siang teh bukan pagi"
Ya nenek seni memang kerap memanggil diandra dengan sebutan teh/teteh, diandra tidak mempermasalahkannya selagi nenek kesayangannya merasa nyaman dengan yang dia ucapkan
"Rain cape banget nek makanya bangun jam segini"
Elakan yang bagus diandra, padahal semalam diandra tidur jam 4 subuh setelah kenyang membaca novel yang ia beli kemarin diperjalanan menuju rumah neneknya
"Nek, besok rain jadi sekolah?" Tanya diandra
Diandra bertanya seperti itu karena tadi ditempat setrika diandra melihat seragam sekolah terlipat rapi
"Iya teh besok udah mulai masuk ke sekolah barumu" jawab nenek seni tenang
"Duh gasabarnya" lirih diandra bersemangat
Meski diandra tahu jika besok pasti akan sulit mempunyai teman karena sikapnya yang sulit bersosialisasi tapi diandra tidak sabar untuk segera datang ke sekolah barunya nanti.
**
Halo, ini cerita pertamaku dan untuk pertama kalinya juga aku publish hehe. Kalau ada typo ataupun hal lainnya mohon beritahu agar aku bisa lebih teliti lagi:) salam hangat❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan
Ficção Adolescente"Aku adalah hujan yang deras yang rela jatuh berkali-kali tanpa memperdulikan rasa sakitku" -Diandra rain