The Toccata dalam D Minor,
lagu itu yang dipilih Jeno ketika menampilkan bakat bermain pianonya. Meski irama itu termasuk deretan ritme paling rumit dan sulit untuk dimainkan, ia tetap bisa membawakan lagu itu dengan epiknya.Tidak ada seorang pun yang bisa memainkan lagu itu tanpa ada kepahaman dan penghayatan dari isi lagu tersebut. Kata J.S Bach, pengarang lagu itu sendiri.
Bahkan lagunya menjadi kontroversi selama 4 tahun lamanya. komposer yang diangkat dari lagu itu berapi-api dan bersifat Ringck. Catatan pertamanya memasuki sejarah, dengan melodi seindah dan sulit itu bisa di akselerasi dengan piano. Hanya sedikit cerita untuk itu.
Melodi itu tersaji dengan indahnya. Jemarinya yang lentik menciptakan nada yag luar biasa indah bagi penikmat dari alat musik piano.
Ini adalah ajang pencarian bakat dalam sekolahnya. Sudah dua bulan lamanya, Jeno berlatih dengan guru sewaan papanya. Yesung memang orang yang teropsesi dengan kemenangan.
Meskipun ambisius dan tegas dalam mendidik putra-putranya, tapi ia tetap menyayangi dan memusatkan perhatiannya tanpa kekerasan. Itu kelebihannya.
Setelah turun dari panggung, ia pergi ke backstage dan pergi menghampiri kedua orang tuanya. Ia menghambur ke pelukan mamanya yang telah merentangkan tangan ketika melihatnya.
"Kita tunggu pengumumannya ya sayang, mungkin kita perlu makan siang dulu di restaurant?"
Hari memang sudah siang, karena ia mendapat giliran tampil pada urutan nomor ke-21."Papa bagaimana?" Tanya Jeno pada Yesung. Menatap harap pada papanya. Ia sadar diri. Papanya sudah mau menyempatkan diri untuk melihat penampilannya, ia tak mau menuntut banyak lagi.
Padalah Yesung adalah tipikal orang yang mudah. Mau menuruti apapun keinginan putra-putranya. Tapi meminta sesuatu kepadanya kenapa menjadi sangat sulit? Baik Namjoon maupun Jeno, sama ragunya jika meminta sesuatu pada papa mereka.
"Apapun untukmu. kalau kamu mau papa juga setuju" mungkin ini akan menjadi hari bebas dari berkas kantor. Tak apa, demi Jeno putranya. Putra bungsunya.
Kejuaraan akan diumumkan pada puncak acara. Mengingat ajang perlombaan ini diadakan karena ulang tahun sekolah. Maka biasanya akan diumumkan pada malam hari dengan pesta besar disekolahnya.
Melihat persiapan dekorasi dengan konsep classical dari lapangan hingga hall sekolah. Membuat opini bahwa puncak acara akan diadakan sedikit berbeda dari tahun-sebelumnya. Bertempat outdoor bedanya.
Entahlah ia juga tidak tahu bedanya. Dia sekarang kelas 10, baru pertama kali mengikuti acara seperti ini. Mana tahu perbedaan pesta yang sudah turun-temurun terjadi di sekolah ini. Haiss, anarkis sekali.
"Ayo sayang!" Yiren melambaikan tangannya di depan wajah putranya. Kebiasaan sekali. Banyak melamun, seperti memiliki banyak beban saja.
"Ahh.. ayo ma,"
Dengan antusiasnya Jeno berjalan terlebih dahulu menuju ke mobil. Meninggalkan papa dan mamanya yang mungkin sedang melakukan sedikit perbincangan.
Dalam perjalanan mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Papanya yang duduk di samping sopir dengan Ipad-nya, mamanya dengan iphone-nya, dan Jeno sendiri tengah melihat jalanan dari jendela mobil.
"Apakah aku perlu menelfon Namjoon untuk ikut makan bersama?" Ucap Yiren ditengah keheningan.
"Telfon saja" jawab Yesung yang pandangannya tidak beranjak dari ipad, tetapi masih memperhatikan.
"Hm.. baiklah"
Tak lama melakukan obrolan dalam bentuk pesan, Yiren berkata bahwa Namjoon masih ada kelas tambahan dikampusnya. Katanya malas beranjak dan hanya ingin berada di sekitar kampus saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER.
FanfictionYang diperebutkan sebenarnya yang paling berhak memilih, tetapi keadaan membuatnya bungkam ditarik-ulurkan. Ingin rasanya mengulang kehidupan tanpa tahu kebenaran, atau paling tidak Ia hanya ingin ketenangan terjadi. =Note= • Semua gambar pinterest...