Eyes On You | Ryujin x Hyunjin ✅

eoy - empat

Bel pergantian jam pelajaran sudah berbunyi lima menit yang lalu. Tapi, Bu Airin masih terus sibuk menulis di papan tulis untuk tugas rumah hari ini.

"Oke anak-anak, kerjakan tugas ini dan dikumpulkan Minggu depan. Ada pertanyaan?"

"Enggak, Bu," balas teman-temanku serempak.

"Bian?"

"Enggak Bu."

"Oke, Ibu akhiri untuk hari ini," ucap Bu Airin sambil membereskan beberapa buku yang ada di meja guru.

"Selamat siang semuanya," ucap Bu Airin, lalu berjalan menuju pintu keluar.

"Siang, Bu," balas teman-temanku.

Setelah Bu Airin benar-benar keluar, aku langsung memutar tubuhku untuk menghadap ke Bian lagi.

"Lo ngerti sama tugasnya Bu Airin?"

Bian mengangguk tanpa melihatku lebih dulu, ia masih sibuk untuk menulis soal-soal yang ada di papan tulis.

"Mau ngerjain bareng?" tawarku.

Bian melihat ke arahku selama beberapa detik, lalu lanjut menulis lagi. "Gak perlu, gue bisa sendiri."

"Tapi, lo belom punya bukunya kan?"

"Lo tau gak kalo jaman sekarang itu ada internet?"

"Ya ... iya sih. Tapi kan Bi—" belum sempat aku menuntaskan ucapanku, Lia tiba-tiba datang dan duduk tepat di sebelah bangku Bian.

Aku langsung mengatupkan mulutku dan merhatiin gelagat mereka.

"Hai Bian, aku Lia," ucap Lia, sambil mengulurkan tangan kanannya.

Bian membalas uluran tangannya seraya tersenyum tipis.

Sialan juga si Bian, giliran sama cewek cantik baru senyum.

"Aku boleh duduk di sini sebentar ya?"

"Udah duduk baru ijin," ucapku sewot dan langsung mengubah posisiku seperti semula.

Samar-samar aku masih mendengar obrolan mereka dan aku muak mendengar suara Lia yang diimut-imutin itu, padahal kalau ngobrol dengan cewek suara dia gak seperti itu.

Akhirnya aku mengambil earphone yang berada di dalam tas punggungku lalu memasangnya di kedua kupingku, melipat kedua tangan di meja bersiap untuk tidur sebelum guru selanjutnya masuk ke dalam kelas.

Baru beberapa menit aku merasa tidur pulas, tidurku sudah diganggu sama Felix yang duduk tepat di depan bangkuku.

"Eh dicariin Lino tuh."

Aku membuka mata malas, dan melepas salah satu earphone yang masih nyangkut di telinga.

"Anjir, pantesan dipanggilin ga denger."

"Apa sih?" balasku tanpa mengubah posisi lebih dulu.

"Lo dicariin Lino!" jawab Felix ketus, sambil menunjuk ke arah pintu tepat di mana Lino berada.