"Ray?"
Aku terkejut sekali dia berkunjung ke tempatku. Ada apa ini? Dia terlihat sedikit tenang dan senyumnya yang manis itu menyambut pintu yang terbuka.
"Ada apa kemari?" aku bertanya padanya dengan penuh penasaran. Kami baru kenal satu hari itupun karena berada di pesta ulang tahun si Mike. Sungguh mengherankan sekali.
"Ini obat urut untuk kakimu. Mike menitipkannya padaku. Dia berpesan supaya kau harus berhati-hati. Jangan sampai jatuh lagi ya..." Ray menyodorkan beberapa bungkus obat ke tanganku.
Dia melintas pergi tapi aku hanya diam meembisu mendengarnya. Baik sekali dia. Eh, bukannya dia tadi berpesan itu titipan si Mike bangsat itu. Ternyata dia perhatian juga. Hmm.. Lucu sekali. Tapi aku bersyukur sih ada orang yang begitu perhatian kepadaku. Tapi kenapa dia tak mengantarnya sendiri? Dasar orang aneh.
Malam ini rasanya nyaman sekali. Kubaringkan tubuhku di kasur mungilku sambil mengecek pesan Whatsappku...
"Apa kakimu sudah baikan?" dari Mike.
Dia mengirim pesan lagi loh. Senangnya diperhatikan begini ya. Jantungku deg-degan membaca pesan darinya. Padahal itu kan hanya pesan singkat biasa.
"Ya, lumayan. Terimakasih ya atas obatnya. Salepnya bagus sekali." ketikku dengan sedikit senyum. Rasanya baru kali ini aku mengirim pesan yang sopan padanya.
Mike mengetik lama sekali.
"Ha? Obat apa?"
Eh, ko dia bingung ya. Jangan-jangan Mike tidak menyuruh Ray datang kemari tadi. Apa Ray datang atas kemauannya sendiri. Aneh sekali. Ah sudahlah yang penting niatnya baik. Tak apalah.
"Tidak apa. Aku harus istirahat. Besok mau cepat. Bye..." dan kututup ponselku agar pandanganku tak fokus lagi pada ponsel itu. Tak peduli Mike mau balas apapun.
****
Pagi menyambutku dengan dengan ceria. Rasanya kedua kakiku sudah kembali normal. Dan hari ini hari yang sangat menantang. Nenek baik akan mengenalkan seorang investor baru padaku. Seluruh sel-sel tubuhku bergejolak riang bahwa hari ini adalah hari yang spesial. Menemukan seorang investor itu sulit sekali loh. Dapat kubayangkan meskipun aku menanyakan 100 orang. Hanya 1% yang mau bergabung. Kuakui mendapat kepercayaan itu sulit sekali. Apalagi sudah ada investasi dalam bentuk saham dan penanaman modal di luar bank memiliki bunga lebih tinggi. Pastinya mereka lebih memilih cara begitu dengan keuntungan lebih besar.
Kurias wajah kotakku dengan riasan makeup agak smotth dengan garis alis yang lebih tebal untuk memberi kesan tegas. Hari ini aku memakai pencil skirtku dengan paduan blazer abu-abu yang tergantung rapi di lemari kecilku. Aku ingin memberi kesan anggun untuk calon nasabahku. Soalnya kalau mau bertemu dengan calon nasabah itu harus serba perfect. Penampilan bagus adalah kesan pertama untuk menarik perhatian.
****
STREET CAFE
Kutunggu nenek baik da keponakannya di meja no.7. Kupesan segelas kopi susu untuk menunggu kedatangan mereka. Menunggu memang membosankan tapi di posisi seperti ini kita harus sabar.
"Sudah lama ya nak?" suara serak seorang wanita yang sudah berusia menyapaku saat aku fokus menonton sebuah acara televisi di sudut cafe tepatnya di dekat kasir. Cepat juga. Biasanya aku menunggu lama untuk kedatangan seorang tamu. Tiap janji temu pukul 10.00 kadang tamunya datang pukul 12.00. Nenek baik ini sangat menghargai waktu. Dia datang satu menit sebelum jam temu.
"Ah, tidak aku juga baru sampai ko nek." sambil tersenyum manis kepadanya.
"Ray?" mataku langsung menangkap sesosok pria menghampiri kami. Tidak salah kan. Itu Ray.
KAMU SEDANG MEMBACA
From ONS to Making Love (COMPLETE)
Short StoryDeskripsi tentangmu: Awalnya aku membencimu karena hari itu. Kamu membuat duniaku hancur seketika. Kau mengingatkanku pada kenangan lama yang menyakitkan juga. Tapi kau bilang kau tak akan melepaskanku. Seakan-akan aku ini adalah milikmu. Kau perlak...