Ini hari pertama diandra bersekolah disekolah barunya, gadis itu sudah rapi sejak jam 5 subuh selesai mengerjakan solat bahkan nenek seni yang biasanya selalu bangun lebih awal harus terkalahkan oleh diandra
Diandra memandang wajahnya didepan cermin, bibir yang berbentuk hati dan mata yang berwarna hampir coklat sempurna. Beralih dari wajah kini diandra melihat postur tubuhnya, tidak terlalu pendek dan untuk ukuran badan diandra tidak gemuk dan tidak kurus
"Semoga orang-orangnya baik hati dan rajin menabung"
Diandra berdecak menyadari ucapannya yang garing, tapi semoga saja benar sesuai yang diandra inginkan
Tas berwarna kuning cerah sudah bergantung manja dipunggung diandra, kakinya berjalan menghampiri neneknya yang sudah menunggu di meja makan
"Hallo nenek" teriak diandra lumayan kencang
"Teh gaboleh teriak-teriak, pamali. Masa parawan begitu sih gaboleh" tegur nenek seni
Bagi diandra neneknya ini sedikit rewel dan galak, masa cuma teriak dilarang si padahal setiap hari diandra selalu berteriak, bernyanyi sama mamanya
Mungkin gara-gara perbedaan zaman yang membuat nenek seni galak, eit harus kalian ingat dulu ya nenek seni galak bukan berarti tidak sayang sama diandra justru nenek seni sangat menyayangi diandra makanya seperti itu
"Ah nenek tahu banget warna kesukaan aku sampe kotak bekal juga warna kesukaan aku" ucap diandra berbinar melihat kotak bekal diatas meja makan
Nenek seni tersenyum melihat cucunya berbinar hanya perihal kotak bekal, ia tahu jika diluar sana pasti diandra sangat kesulitan untuk bersosialisasi dengan orang baru
"Warna kesukaanmu kaya tai"
Diandra diam, benarkah itu neneknya yang berbicara? Omongan itu terlalu kasar di kamus hidup seorang seni
"Nek gaboleh ngomong kasar, pamali. Masa nenek-nenek begitu sih gaboleh" tegur diandra
Kan, sekarang malah diandra yang menegur neneknya balik dengan nada persis seperti ucapan nenek seni beberapa menit lalu
Dasar diandra cucu durhaka:v
"Sembarangan sama nenek sendiri"
Diandra nyengir tak berdosa, berpamitan pada neneknya sambil mengecup tangan kanannya. Dia akan terlambat jika terus beradu argumen kecil dengan nenek tercinta nya
Sekitar 30menit barulah diandra sampai didepan sekolah baru nya dengan berjalan kaki, dua kali diandra tersesat padahal kemarin sore tetangga didekat rumah neneknya sudah membawa diandra keliling bulakbalik dari rumah ke sekolah agar diandra hafal jalannya
Rambut yang tadinya rapi sudah lumayan acak-acakan akibat diandra prustasi saat tersesat tadi, gadis itu merapikan rambutnya lagi. Murid baru harus terlihat rapi bukan?
Perlahan tapi pasti diandra terus melangkahkan kakinya melewati koridor dilantai satu mencari papan bertuliskan ruang kepala sekolah
"Maaf, ruang kepsek dimana?" Tanya diandra takut, dia tidak punya kalimat yang bagus untuk dijadikan pertanyaan
Orang disampingnya lantas memberikkan arah ruangan yang diandra cari, hanya tinggal melewati gerombolan para lelaki dan diandra akan sampai
Tunggu dulu! Gerombolan lelaki?! Sungguh ini lebih menyeramkan dibanding apapun, diandra tidak mau melewatinya. Bisa-bisa dirinya pingsan.
Diandra celingukkan kesegala arah, dia baru sadar ternyata koridor sudah lumayan ramai tapi sejak kapan? Perasaan tadi masih sepi hanya beberapa beringkil
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan
Novela Juvenil"Aku adalah hujan yang deras yang rela jatuh berkali-kali tanpa memperdulikan rasa sakitku" -Diandra rain