Library

922 21 0
                                    

Kelas terlalu gaduh dan selalu gaduh. Ketidak hadiran guru bagaikan surga bagi mereka. Padahal pada kenyataanya mereka merugi, karena mereka membayar uang yang cukup banyak disekolah ini untuk menerima ilmu dari guru mereka. Sungguh miris melihat semua orang disekitarku rata-rata berfikir sebaliknya. Bagi mereka jam kosong dan bergurau adalah hal paling menyenangkan. Lantas mengapa mereka datang kesekolah? Kalo memang tidak bersungguh-sungguh untuk menuntut ilmu. Aku berdiri, aku tidak suka suasana seperti ini, aku suka tempat yang sepi, dimana hanya ada aku dan fikiranku.

"Mau kemana Ra?" Tanya Keke saat aku berjalan keluar kelas.

"Biasa, Perpus Ke." Kataku lalu pergi meninggalkan Keke.

Perpustakaan adalah pelarianku, aku tidak punya sahabat atau teman dekat satupun. Tidak ada alasan, hanya tidak ingin punya masalah. Menurutku jika aku mempunyai sahabat, itu artinya aku menyayangi dia, dan jika aku menyayangi dia maka aku juga harus siap kehilangan dia suatu saat. Dan itu artinya aku akan menangis dan merasakan sakit hati. Aku tidak mau itu terjadi (lagi). Cukup sekali aku merasa dikhianati oleh dua orang yang aku sayang sekaligus. Lebih baik aku sendiri seperti ini. Hanya berteman dengan buku, yang tidak akan pernah pergi meninggalkanku.

Seperti biasa perpustakaan selalu sepi, hanya ada beberapa orang yang setiap hari selalu berganti-ganti, bahkan terlalu sering aku disini seorang diri. Rak-rak buku menjulang cukup tinggi, buku-buku tertata rapi, berwarna-warni, perpaduan warna yang indah, aku suka melihatnya dari bawah, tempat favoritku disini adalah sudut perpustakaan yang diapit dua rak buku, disini semakin meminimalisir kesempatanku bertemu dengan orang-orang yang kadang datang, aku tidak suka keramaian.

Sebelum pergi ke tempatku, aku berjalan ke salah satu rak yang berisi deretan buku-buku fiksi, aku sedang ingin membaca novel percintaan. Semenjak putus dengan cinta pertamaku aku belum pernah merasakan yang namanya cinta lagi, mungkin karena aku jarang berbicara dengan orang lain dan tidak ingin dekat dengan siapapun sejak kejadian 2 tahun lalu. Aku suka sekali dengan novel percintaan, novel itu sering membuatku senyum-senyum sendiri. Teradang aku merasa iri dengan gadis yang ada di dalam novel, dia beruntung mempunyai seseorang yang tulus mencintainya, bahkan saat semua orang menjauhi gadis itu, dia masih punya seorang laki-laki yang setia disisinya. Sementara aku disini? aku tidak punya siapa-siapa. Miris.

Setelah menemukan Novel yang aku cari, aku berjalan ke rak buku yang lain, aku baru ingat aku butuh buku biologi untuk mengerjakan praktikumku. Nah, akhirnya ketemu. Aku mengambilnya, tapi dari sudut lain buku itu juga ditarik oleh seseorang. Kaget, refleks aku melepaskannya. Seseorang itu mengambilnya. Mata kita bertemu, dia menatapku dengan mengacungkan buku biologi itu, tanpa kata, tanpa senyum Lalu pergi meninggalkanku.

Namanya Gara, Raditya Anggara kelas XI IPA 1. Dia adalah sosok yang paling aku hindari disekolah ini. Orang bilang laki laki tampan itu tidak ada yang pintar. Kebanyakan sih seperti itu, mereka lebih mementingkan penampilan dari pada otak. Tapi laki laki yang satu ini beda. Dia jenius, aktif dalam organisasi, populer, tampan, kaya, dan punya segalanya, nyaris perfect. Dia juga ramah dan baik pada semua orang, tapi dia agak dingin dengan perempuN terutama perempuan yang terang-terangan menyukainya. Berkali-kali aku melihat kejadian saat seseorang -yang tidak aku tahu namanya- menyatakan cinta kepadanya, dia hanya tersenyum dingin, lalu pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun pada perempuan itu.

Dan lihat saja sekarang, dia mengambil buku yang sangat aku butuhkan, dengan seenak jidatnya. Paling tidak seharusnya dia bilang "aku dulu yang pinjam ya" atau apa lah, tidak seperti sekarang ini dia hanya mengangcungakn buku itu dengan wajah datar, lalu pergi begitu saja. Aku mengelus dadaku. Emosiku selalu naik saat melihat dia.

Aku berjalan ke sudut ruangan ini, tempat biasa aku membaca buku. Dengan beralaskan lantai, kusenderkan badanku ke rak buku dan kuselonjorkan kakiku. Mencari posisi yang paling asik untuk membaca.

Library in Love [CERPEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang