"Lee Minho!"
Tungkainya tak henti maju, hendak hati ingin keluar dari rumah mewahnya, yang bahkan tak bisa ia sebut rumah. Abai dengan panggilan yang sedari tadi bergema mengikuti langkahnya.
"Jangan berani-beraninya kau mengabaikanku! Aku ayahmu!"
Yang dipanggil hanya diam, mengambil kunci motor dan dompetnya. Lalu menaiki motor besarnya, ia benar-benar ingin mengakiri saja hubungannya dengan keluarga toxic nya.
Sosok yang menyebut dirinya ayah tak henti mengikuti (sembari berteriak tentunya)
"Diam disana! Kalau tidak, aku akanー"
"Akan apa?"
Sang anak membalas perkataan ayahnya. Atau bahkan jika mau, ia tak sudi memanggilnya begitu.
Decihan dikeluarkan oleh yang lebih muda, ayahnya tak bergeming saat ditatap oleh netra tanpa rasa takut anaknya.
"Dengar, akan saya tinggalkan semua harta yang Anda berikan kepada saya."
Ia keluarkan beberapa kartu dari dalam dompetnya. Melemparkannya ke tanah tanpa rasa sayang sedikitpun. Tak lupa jam mahal yang bertengger indah di lengan kirinya. Ia hempaskan begitu saja sampai hancur berkeping.
"Saya hanya akan bawa harta saya sendiri."
Jeda sebentar bagi si anak untuk men-starter motornya,
"Dan jangan sebut saya sebagai anak Anda lagi."
Memutar gas pada stang motornya, lalu melaju. Meninggalkan masa lalunya di belakang.
Tujuannya, New York, Amerika.
Sudah bulat, berharap tidak ada gangguan di perjalanannya.
•••
"Tangkap dia!"
Pemuda itu berlari. Sudah tak peduli dengan surainya yang berantakan, tak beraturan. Ia hanya ingin lepas dari jangkauan tigaーatau mungkin lebihーorang bertubuh kekar yang sedari tadi tak memberinya celah untuk sekedar menetralkan nafas dan jantungnya.
Ia berlari masuk ke sebuah gang sempit nan gelap setelah ia rasa orang-orang menyeramkan itu sudah sedikit tertinggal.
Sial, jalan satu-satunya hanyalah masuk ke tong sampah besar ini. Jika tidak, tamatlah riwayatnya.
Dengan segenap rasa mual yang menghampiri indranya, ia nekat menyembunyikan dirinya disana.
Walau menahan nafas pun, ia tahu bau apa yang sedang mengelilinginya.
Terdengar derapan langkah dari luar, sang pemuda menahan nafas cemas.
Orang-orang diluar sana berargumentasi. Saling melempar kesalahan, sampai akhirnya tak terdengar lagi kicauan ribut mereka, didampingi langkah-langkah kaki yang menjauh.
Si pemuda yang sedari tadi bersusah payah menetralkan jantungーdan perasaan mualnyaーpun keluar dari tempat persembunyian. Menghembuskan nafas dan menarik nafas dalam-dalam. Berusaha untuk tidak memuntahkan isi perutnya.
"ArghーSial!"
Setelah melampiaskan rasa apes nya kepada sebuah kaleng (menendangnya), ia kembali melihat dirinya pada pantulan pecahan kaca yang tergeletak di kakinya.
"Ck, gue harus mandi."
Kemana ia bisa menemukan public restrooom di malam selarut ini?
Tapi yang terpenting, mengapa ia bisa terjebak dalam situasi itu?
•••
One, then Two
begin, April 28th, 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
One, then Two.
FanfictionMinho yang ingin sendiri, tapi malah ketambahan seorang lelaki di perjalanannya. Minsung [Minho x Jisung] travel!au by Chloe {pixelixie}, 2020