11. PJ

51 20 14
                                    


Sebelum baca klik bintang dulu yuk^_^
🌟🌟🌟

Happy reading❤❤
^
^
^
^
^
^
^

Hening. Itulah gambaran situasi saat ini. Tidak ada yang mau membuka suara, hanyut dengan pikirannya masing-masing.

"Lo ngapain di sini?" Akhirnya Arvan mulai membuka suara.

"Dinginin pikiran." jawab Dhisty yang masih menatap lurus ke depan.
Arvan mengernyitkan dahinya, masih belum paham dengan jawaban gadis di sebelahnya.

Selanjutnya keadaan menjadi hening seperti semula. Tidak ada yang ingin membuka topik pembicaraan, baik Dhisty maupun Arvan. Saat ini mereka duduk di bangku panjang yang di duduki oleh Dhisty tadi. Dhisty tidak mau beranjak dari sana, akhirnya Arvan mengalah dan terpaksa duduk di sebelahnya karena tidak ada lagi bangku yang kosong.
Ia menyisakan beberapa jarak antara dirinya dan Dhisty.
Sebenarnya Dhisty ingin bertanya sesuatu kepada Arvan, tetapi ia sendiri ragu untuk bertanya.
'Emm...tanya aja deh'

"Lo ke sini sendiri?"

"Nggak"

"Bareng cewek? Mana cewek lo?"
Dhisty sungguh merutuki dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia bertanya seperti itu, biasanya ia tidak pernah se-kepo ini dengan cowok yang baru beberapa hari ini ia kenal. Sikap dinginnya seolah-olah hilang begitu saja jika sedang berhadapan dengan Arvan.

"Kepo" satu kata yang keluar dari mulut Arvan mampu membuat Dhisty semakin merutuki dirinya. Dhisty berbalik dan menepuk mulutnya pelan.
'Bego banget sih pake nanyain itu segala'

Ternyata Arvan melihat aksi Dhisty yang menepuk mulutnya.
Dan kalian tahu reaksi Arvan seperti apa?
Ia tersenyum tipis, tipiiss sekali.

Drtt Drtt...

Ponsel Dhisty bergetar. Ia segera mengambil benda pipih miliknya itu di dalam saku celananya. Satu pesan dari Dhira muncul,

Kak Dhira zyg❤
Gue mau balik,
Cepetan!!!
Ditunggu 5 mnt!

Me sweet
Ok


Dhisty kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.
"Gue balik dulu." pamit Dhisty yang dibalas anggukan oleh Arvan.

"Dicariin cowok lo?"
Pertanyaan yang tak di sangka keluar dari mulut Arvan.
Dhisty yang hendak beranjak dari sana terdiam sebentar kemudian berbalik menatap Arvan.

"Kepo" jawabnya datar setelah itu ia pergi meninggalkan Arvan.
Dan lagi lagi sudut bibir Arvan terangkat sedikit membentuk sebuah senyuman tipis, melihat Dhisty yang mulai hilang dari pandangannya.

****

"Aaaa SUMPAH GUE SENENG BANGEETTT!!"

"Berisik" Dhisty menutup kedua telinganya dengan bantal yang ada di sofa.

"Yee ngiri ya lo, makanya cari pacar sono" ledek Dhira.
Dhisty memutar kedua bola matanya, malas untuk berdebat dengan kakaknya saat ini.

"Aduhh si Kakak seneng banget keliatannya" goda Maiandra dari arah dapur, berjalan menuju ruang keluarga lalu duduk di sofa bersama kedua puterinya.

"Iya dong Bun, sekarang Dhira udah nggak jomblo lagi kayak Edhis." suara tawa Dhira menggelegar di ruang tamu. Dhisty hanya diam menatap Dhira dingin.

"Jangan ganggu adek kamu terus" ujar Maiandra lembut.
Dhira yang melihat tatapan dingin adiknya segera menghentikan aksi tawanya.

"Kakak bercanda Dhis, jangan dimasukin dalam hati dong" Dhira nyengir kuda.

Dhisty menghembuskan napasnya kasar, ia tahu kalau kakaknya itu hanya bercanda.

"PJ nya ditunggu! Besok gue tagih!!"
"Bun Dhisty ke kamar dulu ya," Maiandra mengangguk dan tersenyum hangat.

****

"KAK BANGUNN! SAHUR SAHUR!!!"

"Sahur pala lu pea, ini belum bulan Ramadhan" Dhira kemudian menarik selimut tebalnya hingga membungkus seluruh tubuhnya. Dhisty berdecak melihat usahanya yang belum berhasil. Tiba-tiba sebuah ide terlintas di pikirannya. Ia mengambil guling milik Dhira,
"BANGUN WOI BANGUN!!"
Dhisty memukul tubuh Dhira dengan guling tersebut sambil terus berteriak membangunkan. Sepertinya usahanya berhasil.

"Apaan sih Dhis, ngangguin orang lagi tidur aja. Gue lagi mimpi indah juga" ucap Dhira yang sedikit emosi.

"Mimpi apa? Kak Araz?"

"Tuh lo tau" balas Dhira dengan suara khas orang bangun tidur.

"Udah nanti malem aja lagi sambung mimpinya. Sekarang kakak mandi abis itu kita ke minimarket"

"Ngapain ke minimarket?"

"PJ lo kak!"

Dhira melirik jam bekernya,
"Tapi ini masih pagi zeyeng..." Dhira memutar bola matanya malas.

"Ya sekitar jam sepuluh-an lah kita ke sana"

"Kalo gitu ngapain lo bangunin gue sekarang? Ini masih jam tujuh pagi!"

"Takutnya kakak lupa lagi kal gue banguninnya agak siangan"

"Giliran ada maunya aja lo panggil gue kakak" cibir Dhira yang dibalas cengirang dari Dhisty.

"Kan biasanya juga panggil kakak"

"Tapi tetep aja lebih seringan manggil 'LO' "

"Eh tunggu tunggu!" Dhira berpikir sejenak. Dhisty menaikkan sebelah alisnya.
"Tumben lo pagi pagi udah bangun, bangun sendiri pula. Biasanya juga gue yang bangunin." celetuk Dhira.

"Tau nih kak, kok bisa ya?" Dhisty memainkan telunjuknya di dagu berlagak sedang berpikir.

"Ya Alhamdulillah lo udah ada kemajuan."

"Alhamdulillah." Dhisty mengelus dadanya bersyukur.

****

"Assalamu'alaikum, Di and Di pulangg..." Dhisty masuk ke dalam rumahnya yang bernuansa cream cokelat itu dengan dua kantong plastik yang isinya penuh dengan biskuit, cokelat dan es krim.
Maiandra datang menghampiri.

"Wa'alaikumussalam. Kamu beli apaan? Banyak banget belinya"

"Ini semua kak Dhira yang beliin Bun, PJ yang tadi malem." ucapnya yang disambut tawa oleh Maiandra.

"Itu untuk stok seminggu dan jangan dihabisin sendiri!" ujar Dhira malas yang berjalan ke arah dapur.

"Siap!" ucap Dhisty yang berlagak hormat.

"CALANGEO UNTUK KAK DHIRAA!!"
















~♡~





Calangeo too untuk readers❤❤❤
Maapkan author yg selalu telat up:(
So, jangan lupa follow akun wp acu afikaazh02
Vote & komen banyak" yup supaya makin semangat nulis:))

Bye bye:)
❤❤

Senja Terakhir (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang