Kode merah!!

1.6K 204 19
                                    

.

.

.

BRUAAAKKKK!!!

Barang-barang yang ada di atas meja belajar milik Ohm itu jatuh berserakan ke lantai setelah sang pemilik nendang kuat salah satu sisi kaki mejanya.

Tapi dia gak peduli, bahkan sama sekali gak peduli saat salah satu jam yang baru aja dia beli di Paris dua minggu yang lalu jatuh dan pecah.

Padahal jam itu harganya dua ratus juta.

Hatinya udah terlalu sakit.

Sakit banget.

Gara-gara pengkhinatan Fluke ke dia. Dia harus ngerasain perasaan sialan ini.

Ohm lalu jatuh terduduk dan bersandar di tempat tidur belakangnya. Kedua tangannya saling meremat kuat. Sangat kuat sampai bisa membuat buku-buku tangannya memutih.

Kenapa anak itu tadi gak menyangkal?

Kenapa anak itu tadi gak bilang kalo semua yang dibilang itu cuma gosip?

Berarti emang cuma segini aja hubungan mereka?

Dan...

Cuma segini aja perasaan Fluke ke dia?

Ohm menghela napas kuat.

Disaat dia dengan sekuat tenaga berusaha menyingkirkan wajah Fluke, yang terjadi justru gambaran Fluke dan Tee yang saling berpelukan menggantikan ingatannya.

Sekelebat ingatan tentang dua orang itu, entah kenapa justru membuat Ohm mengeluarkan seringaiannya.

"Kalo lo bisa... tentu gue juga bisa.."

.

.

.

Besok Saat mata kuliah terakhir selesai, Fluke ngeberesin bukunya lambat-lambat. Agak lelah juga, materi yang mereka bahas hari ini sedikit rumit. Dan dia perlu ngulangin beberapa kali. Bikin kepalanya sedikit berdenyut nyeri.

"Fluke, aku sama Saint mau ke gramed. Mau ikut?" kata Plan sambil nyelempangin tasnya.

Fluke diem sebentar sebelum ngengeleng tanda menolak. "Aku capek. Kalian berangkat berdua aja..."

"Kamu gak papa?" Saint bertanya dengan nada khawatir.

"Gapapa. Aku cuma capek..." karena gak mau terus dipandang khawatir sama kedua temennya, Fluke maksain sebuah senyum simpul dan langsung keluar kelas. "Aku duluan, ya?" katanya sebelum menghilang di balik pintu kelas.

Fluke jalan pelan waktu dia udah ada di luar gedung fakultasnya. Sambil terus melangkah tanpa tenaga, dia nunduk natap kakinya yang bersepatu. Bunyi sepatunya yang berirama ngetuk jalanan paving yang keras itu.

Kaki itu terlalu banyak dia pake buat ngejar Ohm akhir-akhir ini.

Segera ingatannya berbalik pada Ohm...

Ngapain ya dia sekarang?

Udah pulangkah dia?

Atau masih di sini?

Fluke tiba-tiba inget sesuatu. Dulu pas masih pacaran sama Ohm, cowok itu pasti selalu jemput dia setiap pulang. Gak peduli siapa yang pulang lebih dulu, Ohm pasti bakal dateng ke fakultasnya. Dan Fluke juga selalu nunggu cowok itu.

Setelah itu mereka bakal pulang bareng.

Sekarang gak ada yang bisa dia lakukan selain menjalani hidupnya dalam kesendirian lagi. Sekarang dia juga gak perlu ngejar-ngejar Ohm lagi.

Pasangan | UWMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang