Hari Senin. Tanggal 04 Februari 2019
Semua tempat pernah aku singgahi.
Namun, ada dua tempat yang belum pernah aku singgahi dan aku ingin sekali pergi ke sana.Adalah Surga dan hatimu.
Tuhan, bolehkah aku tinggal di SurgaMu suatu saat nanti?
Junior? Sudahkah aku singgah di sana? Di hatimu?
-Kayanna yang kuat-
***
“Chika! Chika!!!!” Kayanna berjingkrak-jingkrak di depan sahabatnya yang sedang duduk tenang. Chika hanya melihat gadis itu dengan tatapan bingung. Lalu gadis itu beringsut duduk di sebelahnya.“Heh? Sadar Kay! Lo kerasukan setan apaan sih? Masih pagi juga.”
“Chika, Chika, Chika! Gue seneng banget dong ih! Chika gue seneng!!!” Dengan ekspresi geregetannya Kayanna mencubit-cubit pipi Chika.
“Kayanna Feredicta!!! Pipi gue jadi melar!!!”
“Sayangnya gue gak peduli, Baby...”
Chika melepaskan kedua tangan Kayanna dari pipinya. Bisa-bisa pipinya merosot karena ulah Kayanna.
“Lo udah gak waras, Kay!”
“Emang!” Kayanna senyum-senyum sendiri.
Chika menyambar ponsel di mejanya dan pura-pura mendial nomor telepon seseorang.
“Gue kudu telepon ke rumah sakit jiwa nih! Sahabat gue udah gak waras!”
“Eh, jangan dong.”
“Makannya, lo diem, ngomong yang bener, atau gue telepon rumah sakit jiwa buat bawa lo?”
“Eh, tapi lo gak bakal berani juga! Telepon aja gue gak takut!”
“Oke kalau gitu.”
Chika menggulir layar, mencari kontak, lalu menempelkan ponselnya pada salah satu telinganya.
“Halo?” Nada sambung masih terdengar, namun Chika sudah duluan berbicara.
“Eh anjir lo nelepon beneran? Nelepon siapa lo?”
“Kevin.”
“Tutup teleponnya sekarang juga! Tutup!” Kayanna menyambar ponsel Chika lalu menekan tombol merah di bawah nama Kevin yang tertera.
“Parah ya lo ih. Nekat banget tau gak?”
“Dari kemarin gue gatel banget pengin nelepon Kevin cuma buat bilang kalau lo kangen sama dia.”
Kayanna berdecih. “Kangen dari mana? Gue udah lupa sama dia. Siapa Kevin? Dia itu manusia atau sejenis puding yang lembek-lembek itu? Yang gue kenal cuma Junior. Gue gak kenal yang namanya Kevin. Main pergi seenaknya aja. Tanpa pamitan dulu sama gue. Iya pernah pamitan, tapi 2 tahun setelahnya. Kurang ngakak apa coba itu orang?”
“Dia pergi buat sekolah, Kay. Bukan buat ninggalin lo.”
“Tapi apa susahnya coba buat bilang? Dia masih punya mulut kan? Punya handphone juga kan dia? Alesan aja terus.”
“Tapi dia udah janji buat kembali. Dan dia udah tepatin janji itu.”
“Lo kenapa sih ngeyel mulu? Lo aja yang sama dia sana. Dia itu pembohong, Chika. Semua yang dia omongin itu cuma omong kosong. Gak ada yang bener.”
“Kay, dia itu saya—”
“Halah! Sayang-sayang pala lo peang!” Sela Kayanna.
“Buset dah, Mbak. Marahnya jangan ke saya dong.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Verruckte Liebe
Teen FictionBermula dari seorang cewek yang tergila-gila kepada cowok dingin yang masuk ke sekolah barunya. Junior yang apapun kosakata yang ia keluarkan, nada bicara dan ekspresinya tetap sama. D A T A R.