Pada akhirnya seseorang yang selama ini kita rindukan akan selalu dipertemukan kembali dengan kita, entah secara sengaja ataupun tidak disengaja. Bagaimana rasanya? Tentu bahagia.
Suasana kantin begitu ramai dengan murid-murid yang berbondong mengisi rasa lapar perut mereka tapi keramaian itu seolah tidak mengganggu ketenangan seorang diandra
Sesuatu sudah berhasil memenuhi pikiran di otak diandra, orang yang tadi pagi diandra lihat didepan pintu kelasnya. Apa benar itu liam?
"Diandra, dimakan dulu sosis bakarnya" ucap katya
Diandra mengangguk singkat tanpa menjawab, ia terlalu malas untuk membuka suara toh dengan mengangguk juga katya pasti tahu bahwa diandra menjawab iya
Disaat semua orang makan sambil ngobrol dan tertawa justru diandra dan katya makan dengan hening tanpa obrolan, mereka paham tidak baik berbicara ketika makan
Selesai makan barulah keduanya saling mengobrol sambil menunggu bel masuk
"Di lo bener mau temenan sama gue? Gue dibenci satu sekolah"
Jengah sekali mendengar ucapan katya, terhitung sudah 12 kali katya bertanya hal itu pada diandra seolah ia tidak mau berteman dengan diandra
"Lo gamau temenan sama gue?" Tanya diandra
Katya menggeleng, bukan maksud katya tidak ingin berteman dengan diandra justru katya mau. Cuma katya tidak ingin diandra ikut dibenci karena berteman dengannya
"Yaudah gausah tanya hal ini lagi"
"Gue gapeduli mereka ikutan benci gue, gue hidup bukan untuk diatur sama mereka" moto hidup diandra
Menurut diandra, mereka yang membenci katya adalah orang-orang yang memiliki pemikiran sempit. Kalian tahu maksud diandra?
Maksud diandra adalah mereka terlalu cepat untuk percaya dengan gosip dan omongan tanpa cari tahu lebih dulu faktanya
"Katya"
Katya menoleh menautkan alisnya "Apa di?"
Haruskah diandra bertanya perihal ini pada katya? Tapi diandra ragu, kalau diandra bertanya dapat dipastikan katya akan balik bertanya bukan memberi jawaban
"Lo tahu orang yang tadi pagi vela samperin dipintu kelas?" Pertanyaan itu lolos dari mulutnya
Ego diandra menang hari ini dan otaknya harus menerima kekalahan
"Emang kenapa?" Katya balik bertanya
Tuhkan, diandra bilang juga apa pasti katya balik bertanya
"Tanya aja"
Katya mengangguk, padahal bukan anggukan yang diandra harapkan. Diandra fikir katya akan menjawab pertanyaannya
"Itu orang yang lo maksud kan di?"
Diandra mengikuti arah telunjuk katya yang mengarah pada seorang lelaki dengan langkah tegap berjalan ke meja kosong seakan meja itu adalah dikhususkan untuk dia
Liam, diandra yakin itu liam! Tapi kenapa sikapnya seolah menunjukkan kalau lelaki itu bukan liam? Liam yang diandra kenal adalah sosok ceria nan rapih bukan dingin dan urakan
"Iyah" jawab diandra masih lekat menatap liam
"Itu davin, pacaran sama vela"
Pacaran? Haruskah diandra senang karena bisa kembali melihat wajah liam atau sedih karena mengetahui orang yang dia cintai sudah mempunyai pengganti dirinya?
Dan apa tadi katanya? Davin? Ah diandra hampir lupa nama liam kan davin liam jevera, wajar mereka memanggil liam dengan sebutan davin. diandra mengira liam mengganti identitasnya ternyata tidak
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan
Teen Fiction"Aku adalah hujan yang deras yang rela jatuh berkali-kali tanpa memperdulikan rasa sakitku" -Diandra rain