"Pengen nyentil lehernya boleh gak?"
"Engga, sakit.."
"Sekali aja, plisss bingit"
"Engga mau"
"Plis banget ini mah, penasaran akutu."
"Lea." Ginting mendengus. "Sakit Le, kamu mah gak ngerasain."
Lea tersenyum tanpa dosa. "Abisnya penasaran, kamu kaya robot."
"Ga nyaman, nyender gak enak, tidur gak enak." Ucap Ginting.
"Sabar ya sayang, besok kan kita udah bisa pulang kerumah? Ambil sisi positifnya aja dulu setidaknya kamu jadi ada waktu istirahat dan waktu berduaan sama akyuhh~"
Mendengar perkataan istrinya itu, Ginting tersenyum lalu mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala Lea.
Posisi mereka saat ini sudah berada di Indonesia selama 2 hari, setelah 3 hari Ginting dirawat secara intensif di Swiss akhirnya pihak rumah sakit memperbolehkan Ginting untuk kembali ke Indonesia. Tapi dengan syarat bahwa Ginting harus tetap di rawat di Rumah Sakit agar tetap terpantau kondisi kesehatannya.
Kejadian itu membuat Ginting mengalami patah tulang leher ringan di bagian belakang, dan memar yang cukup parah.
Sehingga mau tidak mau Ginting harus beristirahat kurang lebih satu bulan di rumahnya.
"Sayang, kamu nanti pulang aja dulu kerumah orang tua kamu ya.."
Lea mengernyit. "Lah? Ngapain?"
"Aku gak mau ngerepotin kamu, apalagi kamu lagi hamil gini. Biar nanti aku sewa suster aja dirumah untuk ngerawat aku."
"Itu mah modus kamu biar bisa mepetin suster." Ketus Lea.
"Aku pasti cari yang cowok"
"Engga ah apa apaan sih kamu? Pokoknya kamu dirawat sama aku gak pake titik gapake koma!"
"Tuh Ting, denger apa kata istri Lo! Ngeyel amatan sih."
Mendengar suara asing, Lea dan Ginting segera menoleh ke arah pintu.
"AAAA Sakit." Ucap Ginting sambil memegang lehernya.
"Eeeeehhhhhhhh, nolehnya pake mata dulu aja lehernya gausah ikutann!" Tegas Lea pada Ginting.
"Hola eperibadeh, aku datang~" Ucap Kevin lalu duduk di sofa yang ada di ruangan itu.
"Hai Le, hai Ting." Ucap Jonatan sambil tersenyum.
Ginting mengernyit. "Ngapain da kalian kesini? Bukannya latihan?"
"IDIH!" Kevin melotot. "Elu ya, udah mending kita tengokin, masih songong aja."
....
Krik..krik..
Jonatan mendelik. "Perasaan lo deh yang songong, bukan si Ginting."
"Ih bukannya belain Gue." Ketus Kevin.
"Bodo amat" Jonatan kembali mendelik. "Btw ini Le titipan Lo, ayam bakar pakai sambel yang paling pedes dan pake nasi merah."
Lea tersenyum gembira kemudian ia menghampiri Jonatan.
"Asyique, Gue kaya yang ngidam banget tau pengen beginian dari kemarin. Berapa ini?"
"Ya emang Lo lagi ngidam Pe'a!, gausah gapapa buat lo aja." Ucap Jonatan.
"Thanks ya Jo, maaf kalau Gue ngerepotin." Ucap Ginting.
"Sans bro gapapa, kalau butuh apa apa panggil kita aja. Iya gak Vin?" Tanya Jonatan.
Kevin mengangguk. "Iya, kalian berdua butuh apa apa panggil kita berdua aja."
"Eh iya, lo masih utang penjelasan nih sama kita berdua! Gimana caranya lo bisa kaya gini. Cerita dong sekarang." Pinta Jonatan.
"Iya iya ini Gue ceritain, jadi gini..."
Lalu Ginting menceritakan semua kejadiannya dari awal hingga akhir bagaimana hingga dia bisa mengalami hal ini.

Tuk..tuk..tuk..
"Iya siapa?"
"Meiwa, buka pintunya!"
Gerald mengernyit, kemudian ia berjalan menuju pintu lalu membuka pintunya.
Bught!
"WHAT THE FUCK?!"
Meiwa menatap tajam mata Gerald. "LO NGAPAIN GINTING BANGSAT?!"
"Sumpah itu bukan Gue yang ngelakuin Mei, Demi tuhan!" Tukas Gerald.
"Gausah lo bawa bawa tuhan, bahkan tuhan aja udah jijik banget punya umat kaya lo!"
"Mei..." Gerald mencoba untuk tenang. "Masuk dulu sini, biar Gue jelasin.."
Meiwa menatap Gerald tajam, kemudian ia masuk ke dalam apartemen Gerald terlebih dulu. Tanpa permisi.
Gerald menghela nafasnya, kemudian ia menutup pintu kamarnya lalu menghampiri Meiwa.
"Gue butuh penjelasan!"
"Duduk dulu." Ucap Gerald.
Meiwa lalu duduk di sofa milik Gerald. Begitupun Gerald.
"Itu bukan Gue."
Meiwa tersenyum kecut. "Gamungkin."
"Lo yang dari awal minta bantuan Gue untuk misahin Lea dan Ginting, mana mungkin bukan lo yang lakuin ini hah?!"
"Lo lupa perjanjian awal kita? Dimana kita bakal ngelakuin tujuan kita tanpa harus ada kekerasan kan? Licik sumpah ya lo! Tau gitu udah dari dulu Gue tendang tuh perut si Lea sampe mati anaknya!" Lanjutnya.
Gerald yang sedari tadi diam pun tak mampu menahan emosinya, dia mengepalkan tangannya. "Jangan sampe tangan kotor lo sentuh Lea!"
"So? Ini apa bangsat?!"
Meiwa mulai menitikan air matanya. "Kemarin itu termasuk cita-citanya ginting untuk menjuarai turnamen itu. Kalau fisiknya sampe cedera kaya gitu bukan hanya turnamen itu yang dia lewatin. Bisa aja beberapa turnamen kedepannya dia lewatin!"
"Mei, Gue berani bersumpah ini bukan Gue yang lakuin. Gue pasti nepatin janji kalau Gue gak akan sampe nyakitin Ginting." Gerald menarik nafasnya. "Tapi Gue sepertinya tau siapa pelakunya."
"Siapa?"
Gerald kemudian mengambil ponsel di sakunya, ia membuka ponselnya sebentar lalu menunjukan sebuah gambar pada Meiwa.
Meiwa mengernyit. "Siapa itu?"
"Pelaku pemerkosa, alias Ayah biologis dari anak yang Lea lagi kandung."
Mendengar hal itu Meiwa seketika membantu, ia membulatkan matanya. "Dari mana lo tau pelaku pemerkosa Lea? Sedangkan kepolisian pun waktu itu sampe menutup kasus karena gak tidak menemukan titik terang?!"
Gerald pun menjelaskan bagaimana ia bisa menemukan tersangka pemerkosa Lea.
"Gila sih." Meiwa menggelengkan kepalanya. "Lalu maksudnya apa dia sampe bikin Ginting kaya gini?!"
"Gue juga belum tau, tapi kita mesti waspada. Dan yang jelas kita harus segera misahin mereka berdua sebelum ada luka yang semakin parah lagi." Ucap Gerald.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rankle
RomanceEntah apa yang dimimpikannya semalam hingga kedua orangtuanya tega menikahkan anaknya dengan seorang perempuan---berbadan dua. "Udah bunting duluan, gesrek pula" -ASG