5. Korban Keegoisan

99 24 0
                                    

Keegoisan adalah hal yang selalu dapat merugikan orang lain. Tapi aku mencoba untuk menjadi egois untuk melawan kata hati yang merasa sepi, dan ku coba untuk memenangkan apa  kata takdir.

•••

Haura Khansa
~Karya Rasa~

🌷🌷🌷


Haura pulang sekolah dengan tergesa-gesa, tak sabar ingin bertemu papa nya yang sudah tiga minggu ini tidak pulang karena urusan pekerjaan di Jakarta. Haura sungguh berharap papanya bisa segera membuka cabang restorannya di Yogya, tetapi tidak semudah itu untuk mengurus semuanya, semua butuh proses, dan proses ini pasti akan membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Haura sudah menelepon Pak Sugeng 15 menit yang lalu, ia sudah mengira-ngira bahwa ketika ia keluar sekolah, Pak Sugeng sudah sampai untuk menjemputnya. Rasa rindu terhadap orang tua membuat Haura begitu antusias untuk bertemu papanya. Bayangkan saja, Haura sangat merasa terasingkan karena baru saja ia pindah ke Yogya, tempat yang sangat asing baginya, tinggal serumah dengan orang asing, dan papanya sangat jarang pulang ke rumah. Selalu ada saja pekerjaan yang menyita waktu papanya.

Haura sungguh merindukan kehangatan keluarga, berkumpul dengan keluarga yang utuh, tidak bercerai berai seperti ini.

***
Flashback on

"Assalamu'alaikum mama, adek, Haura pulang." Salam Haura nyaring
"Wa'alaikumsalam," jawab Mama Fitri yang sedang menggendong Gilang, adik Haura yang berusia empat tahun.

Haura mencium tangan mamanya, lalu mencubit dan mencium pipi bakpau Gilang.

"Sayang, jangan gitu dong sama adek. Sekarang, kamu ganti baju terus langsung ke meja makan ya untuk makan siang sama-sama." Ucap Mama Fitri sambil mengelus kepala Haura dengan lembut.

Haura mengangguk dan tersenyum. "Papa juga bakal makan bareng kan Ma?" Tanya Haura antusias.

"Iya, papa lagi di jalan katanya. Yaudah sana, kamu ganti baju dulu, sebentar lagi papa pasti sampai. Kamu gak mau kan diomelin papa karena gak tepat waktu?"

"Oke, 3 menit." Jawab Haura sambil berlari menaiki anak tangga untuk menuju ke kamarnya.

Mana Fitri terkekeh melihat tingkah laku anaknya itu. "Liat tuh Kak Haura, ada-ada aja ya tingkahnya." Mama Fitri berbicara pada Gilang.

"Gilang laper Ma," rengek Gilang.

Tiba-tiba suara mobil yang memasuki halaman rumah sudah terdengar, orang yang ditunggu akhirnya tiba juga. Gilang berlari menghampiri papanya, yang terlihat membawa sesuatu yang sedang ditentengnya.

"Ini pasti mobilan buat Gilang kan pa?" Ucap Gilang sambil merebut benda tersebut dari tangan papanya.

Papa Fauzan langsung menggendong Gilang sambil tersenyum, dan membawanya ke meja makan yang telah dipenuhi sajian makan siang untuk keluarga itu.

Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut keluarga bahagia itu, itu adalah peraturan Papa Fauzan yang diterapan di dalam keluarga kecilnya itu dan tak ada satupun yang berani melanggar semua icapan ataupun peraturan dari pria tegas itu.

***
Flashback off

Tak terasa air mata Haura menetes, kebahagiaan keluarga kecilnya itu tidak akan pernah ia lupakan, bahkan Haura masih berharap jika nantinya papa dan mamanya akan rujuk kembali dan membangun kebahagiaan seperti dulu.

10 menit sudah Haura menggunakan waktunya untuk mengingat masalalunya itu, ia masih menunggu supirnya datang menjemput, padahal Haura sudah sengaja mengabari Pak Sugeng 15 menit sebelum ia keluar kelas. Seharusnya sudah sejak tadi ia dijemput, tetapi sampai detik ini tak terlihat mobil yang selalu digunakan untuk mengantar jemput nya itu, Pak Sugeng pun tak ada kabar sama sekali. Jika macet atau ada sesuatu di jalan, tidak mungkin Pak Sugeng tidak mengabari Haura terlebih dahulu agar ia tak menunggu.

 Karya Rasa (END✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang