"Siapa?" tanya Sunny ketika melihat pria berjaket tebal tersebut.
Menurut Sunny, dia belum pernah sekali pun berkenalan dengan pria itu, lalu mengapa pria itu tahu namanya?
"Kau lupa? aku Glen" Jawab pria berjaket tebal itu, namun Sunny menggelengkan kepalanya tanda masih tidak ingat.
"Ini Alpha" kata Glen seraya menunjuk anjing berbulu coklat yang tengah duduk dengan sangat tenang.
"Maaf, aku tidak ingat" kata Sunny menyesal.
"Tak apa, kau tidak usah menyesal. Sudah lama kau tidak ke hutan, sudah empat tahun" ujar Glen.
Memang benar, seingat Sunny terakhir kali ia pergi ke hutan ini adalah empat tahun yang lalu atau lebih tepatnya ketika ia masih duduk dibangku SMA.
"Apa yang membuatmu ke hutan lagi?" tanya Glen.
Namun pertanyaan Glen tidak langsung dijawab oleh Sunny membuat Glen semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi padanya.
"Ku pikir kau sedang ada masalah, apa yang telah terjadi?" tanya Glen yang kemudian duduk disebelahnya.
Sunny tidak bergeming, ia masih diam dengan ingatannya yang terus memutar kejadian beberapa jam lalu.
"Sunny?" panggil Glen lagi.
Sunny yang tersadar dari lamunannya pun akhirnya menatap Glen dengan tatapan lesu. Glen menyadari kesedihan Sunny dan duduk disebelahnya serta memeluknya dengan sangat erat.
"Sunny, ada apa?" tanya Glen lembut, namun Sunny hanya menggeleng dengan mata mulai berkaca-kaca.
Mengerti dengan perasaan Sunny, Glen semakin mengeratkan pelukannya. "Tenang saja... Luka itu akan tertutup" ujar Glen sambil mengelus kepala Sunny dengan sangat lembut, menyalurkan perasaan yang membuat Sunny ingin menangis.
"Thanks" ucap Sunny dengan suara parau.
🌈
Pagi ini Sunny terbangun dari tidurnya, ia segera menatap jam yang tergantung tidak jauh dari kasurnya.
"Sudah pagi" gumam Sunny tak bersemangat.
Ia segera melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dan bersiap untuk berangkat ke Kampus. Setelah menyiapkan diri, ia langsung berjalan keluar kamar menuju ruang makan.
Begitu tiba diruang makan, dia langsung menemukan sang Ibu yang tengah asik memanggang roti didapur.
"Morning, Mom" sapa Sunny tak bersemangat.
"Morning, Darling" sahut sang Ibu seperti biasanya.
Sunny segera duduk disalah satu kursi, menunggu sarapan. Beberapa menit berlalu, Ibu Sunny mulai menata roti panggang itu diatas piring dan membawanya ketempat Sunny.
"Waktunya sarapan, putriku" kata sang Ibu sambil meletakan piring roti kehadapan Sunny.
"Terima kasih" ujar Sunny yang langsung memakan roti panggangnya.
"Wah, wah... Sepertinya putri kesayanganku sedang tidak bersemangat. Ada apa?" tanya sang Ibu yang ikut duduk dikursi untuk makan roti yang ia buat sendiri.
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya sedang malas saja untuk berangkat ke kampus" jawab Sunny jujur.
Yap, dia malas sekali untuk pergi kekampus sebab disana ia akan bertemu dengan Rain.
"Apa kemarin ada masalah?" tanya sang Ibu yang kini tengah mengoleskan selai blueberry ke roti panggangnya.
"Tidak" jawab Sunny bohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain
Romance"karena aku menyukai hujan, maka aku harus memilikimu" . . . . Peringatan cerita ini khusus 18+ bagi anak-anak menyingkir. Kalau nggak suka jangan dibaca. Mohon untuk tidak mengcopy/menjiplak sebagian atau seluruh cerita ini, karena cerita ini sepen...