Hei Kau Tahu..

6 3 0
                                    

Namaku Darryl Alviano, murid SMA 'Tak Biasa' yang tak akan bisa kau temui di manapun. Tak banyak hal yang aku sukai, namun apabila kau menanyakan apa hobiku, mungkin itu adalah tidur siang.

Saat ini aku sedang tidur siang di bawah pohon besar yang sejuk, namun tidur ku terganggu oleh gadis yang tiba - tiba datang entah dari mana kemudian menduduki ku seperti halnya bangku taman.

"Lalu bagaimana cara kerja Benang Takdir itu?" Viona duduk di sampingku dengan wajah yang penasaran.

"Viona, kau terlalu dekat. Aku tak mau ada rumor buruk yang akan merepotkanku nantinya," Yah walau ada pun aku tak peduli. Tetapi bila 'Gadis itu' mengetahuinya, entah apa yang akan dia lakukan kepadaku nanti.

"Sepertinya kita jadi pusat perhatian, yah mau bagaimana lagi, murid laki dan perempuan paling populer di sekolah duduk bersama, entah akan seperti apa rumor yang akan tersebar."

"Haah, merepotkan." Orang - orang datang menghampiriku hanya untuk meminta ramalan benang takdirnya, dan Viona hanyalah salah satunya dari mereka.

"Hei berhentilah mengeluh, itu terkesan seperti kau menganggapku sebagai gangguan saja, Hmph!"

"Baiklah, kembali ke pertanyaanmu sebelumnya, bagaimana cara kerja benang takdir tersebut. Setiap manusia terhubung dengan jodohnya melalui benang merah. Benang itu terikat di setiap jari kelingking manusia. Tugasku hanya mengikatkan benang merah yang belum terikat di jarimu, sisanya itu tergantung dirimu sendiri."

"Apakah kau bisa menghubungkan benang itu kepada jodohku?"

"Aku tak bisa," Aku bukanlah tuhan, dan aku tak ingin menjadi tuhan. Aku tak bisa melakukan hal yang melebihi kodratku sebagai manusia.

Aku tak ingin menyebut kemampuan ku ini sebagai anugrah, mungkin ini lebih cocok di sebut sebagai kutukan. Apakah pantas seorang manusia ikut campur dalam urusan takdir seseorang, dengan kemampuan ku yang mampu menentukan takdir seseorang melalui benang takdir, bukankah aku sendiri sudah menyaingi Tuhan.

"Lalu apakah kau bisa melihat benang itu terhubung kepada siapa?"

"Ya tentu saja aku bisa melihatnya, hanya saja aku tak bisa menentukan kepada siapa benang itu akan terhubung, seperti yang kukatakan sebelumnya, kau sendirilah yang menentukan kepada siapa benang itu akan terikat."

Setiap manusia memiliki benang takdirnya sendiri, ada yang kusut, ada pula yang terhubung rapih dengan jodohnya. Benang merah tersebut bisa saja terhubung dengan seseorang yang berbeda tempat, usia, bahkan dimensi. Tak peduli orang tersebut sudah menikah dengan orang yang sangat dicintainya sekali pun, bila benang orang tersebut tidak terikat dengan orang yang ditakdirkan sebagai jodohnya, maka hubungan mereka akan berakhir dan akan terus seperti itu, sampai mereka menemukan jodoh sejatinya.

Seperti itulah cerita legenda benang takdir yang biasanya orang - orang dengar. Tetapi kenyataannya sedikit berbeda, benang takdir yang kulihat belumlah terhubung satu sama lain, pada akhirnya benang itu akan terikat sendiri bila seseorang menjalin hubungan. Ikatan itu akan terlepas jika hubungan mereka terputus atau ikatan itu akan terputus jika salah satu dari mereka meninggal, benang yang ikatanya terlepas akan terus mencari seseorang yang benar - benar jodohnya dan akan terikat secara permanen.

"Begitu kah? Apa aku benar - benar bisa menentukan sendiri kepada siapa benang ini akan terhubung?"

"Yaa kau bisa, itu pun kalau kalian benar benar cocok, benang yang terikat bisa saja terlepas jika dia bukan jodohmu yang sebenarnya."

"Hmm, menarik. Apa kau tak mau menanyakan kepada siapa benangku akan kuhubungkan?"

"Tidak, itu bukanlah urusanku, dan aku tak berhak mengetahuinya," Tetapi jujur saja dalam hatiku aku sedikit penasaran, lelaki siapa kah yang akan dia pilih.

"Tentu saja kau berhak mengetahuinya.." Ucap Viona yang duduk di sampingku, kemudian ia bangkit dan berdiri tepat di depanku. "Maksudmu?"

"Maksudku urusanku jugalah urusanmu, karena orang yang ingin aku hubungkan dengan benang takdir milikku adalah.., Kau!" Ucap Viona tersenyum dengan jari telunjuknya menunjuk ke arah ku.

Angin dingin mulai menghembus melewati pipiku, menerbangkan daun - daun kering dari ranting pohon akasia di atasku. Langit yang sebelumnya terang kini mulai sedikit gelap ditutupi awan hujan. Tetes - tetes air dari langit mulai berjatuhan dan dengan lembutnya menyapa tanah.

"..seperti hal nya hujan yang mampu mendatangkan kesedihan, namun juga memberikan ketenangan serta kebahagiaan.."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The White OracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang