Bagian 2

45 3 3
                                    

"Lo tuh bener-bener deh, La. Kenapa harus semarah itu sih sama si Alghar?" Bela menggeleng heran, menatap Calla yang kini sedang menenggak minuman botol yang di berikan Adel tadi.

"Gue sampai kaget lihat lo teriak-teriak kayak tadi, tahu!" Adel ikut menimpali, menatap Calla, dengan tatapan meminta penjelasan.

"Lo berdua nggak tahu sih gimana ngeselinnya itu orang! Ih, gemes gue, pengin gue mutilasi aja kalau bisa!" Calla kembali bersungut kesal.

"Eh, nyebut lo! Kenapa sih, kalau sama Alghar otak psikopat lo itu selalu nongol!"

"Bel, dia tuh ngeselin banget! Sumpah!"

"Coba deh lo cerita. Hal bodoh apa lagi yang di lakuin si Alghar sama lo, sampai lo harus ngeluarin tenaga buat marahin dia kayak tadi, Calla Leteshia?" Adel berujar gemas menatap Calla, sedari tadi dia melihat Calla yang seperti kehilangan kendali saat melihat Alghar, namun dia sama sekali tidak tahu menahu awal permasalahannya apa.

"Lagian, kenapa harus berlebihan banget sih? Kayak, baru pertama kali aja liat Alghar ngeselin. Kan, tiap hari juga itu orang selalu bikin rusuh," Bela ikut berujar gemas. Sungguh, dia mulai bosan melihat Calla dan Alghar yang tidak pernah tenang kalau di dalam kelas. Dan bayangkan, sudah hampir dua tahun mereka sekelas, namun tidak ada tanda-tanda kalau Calla akan bersikap kalem sedikit jika berhadapan dengan Alghar.

Calla mendelik sewot mendengar perkataan Bela, dia tidak terima temannya itu mengatakan kalau dirinya berlebihan. Ya... Memang berlebihan sih. Tapi, kan, ya salah sendiri si Alghar malah membuatnya malu di hadapan Devan tadi.

"La, malah diem. Gue nanya loh, ini."

"Ya pokoknya gue kesel banget sama si Alghar, Del. Dia tuh keterlaluan banget hari ini!"

"Kemaren-kemaren lo juga bilang begitu ya! Keterlaluan banget si Alghar hari ini. Sampe bosen tahu nggak gue dengarnya! Tapi, baru kali ini lo se-bringas tadi, sampai pukulin Alghar pake buku yang tebelnya naudzubillah, Calla!"

"Emangnya kenapa kalau gue bringas? Dia tuh emang pantes dibringasin, Del!"

"Ya alesannya karena apa? Seenaknya aja lo nistain Alghar kayak tadi, kasihan tau!"

"Dih, apaan sih. Kok, lo jadi ngasihanin itu anak? Lo kan temen gue, Adelia!"

"Eh, gue nggak mau ya punya temen yang seenaknya mukulin orang kayak tadi!"

"Eh, si Alghar aja biasa aja, kok. Kenapa jadi lo yang ribet. Ceweknya lo?"

"Heh, apaan sih! Kenapa jadi ributin si Alghar sih lo berdua!" Bela yang sedari tadi hanya terdiam pun, akhirnya ikut angkat bicara.

"Temen lo nih, nggak jelas! Udah, gue mau balik." Calla langsung berdiri dari duduknya, beranjak keluar begitu saja.

"Tuh, liat kelakuan temen lo, Bel. Di kasih tahu malah kayak begitu! Biarin aja, gue do'a in lo tergila-gila sama si Alghar, La!" teriak Adel kencang, yang sama sekali tidak di gubris oleh Calla, yang kini sudah berjalan menjauh.

"Heh, nggak boleh kayak begitu."

"Biarin aja! Udah ah, yuk balik. Si Calla emang nggak tahu diri, ditungguin malah ninggalin!"

*

"Baru balik lo?"

Alghar yang baru saja ingin menaiki tangga menuju kamarnya, menoleh, dan mendapati Kakak perempuannya berdiri tidak jauh dari hadapannya sekarang.

"He'em."

"Lo sibuk nggak?"

Alghar mengernyit, entah kenapa perasaannya mengatakan kalau sebentar lagi akan terjadi sesuatu hal yang sangat tidak menyenangkan. Seperti biasanya. "Sibuk banget gue hari ini. Nggak ada waktu buat layanin lo."

AlgharTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang