Seperti bunga yang tumbuh di gurun.
Aku akan tetap bertahan.
Rossa membanting semua barang yang ada di dalam dekapannya. Melihat bahwa tidak ada seorangpun di dalam ruangan itu. Ini pasti terjadi. pikirnya. Tapi sekalipun dia tidak bisa memaklumi apa yang terjadi.
"Arght!" katanya kesal. Dia tidak suka dipermainkan seperti ini. melihat bahwa dia benar-benar sendirian sekarang. Dia semakin marah. Mengingat Lisa tidak ada lagi di sekitarnya. Ini salah Charis. Dia menyalahi orang lain.
Rossa melangkah dengan tegas. Untuk pergi ke luar ruangan. Dia harus bertindak soal sesuatu. Tidak bisa berdiam begitu saja melihat bahwa langkahnya begitu tertinggal oleh Charis dan Wanda. dia tidak suka ada di posisi paling belakang. Karena itu dia akan melakukan sesuatu.
Sambil berjalan ke arah lift dengan raut wajah marah yang tidak bisa disembunyikan. Rossa mencari nomor ponsel yang akan dia hubungi. Saat nadanya tersambung, dia langsung memberikan perintah kepada lawan bicaranya.
"Gue bilang sekarang! Artinya sekarang lo harus lakuin semuanya sekarang," ujarnya geram, bahkan ketika dia sudah di depan pintu lift suara ujung sepatunya tidak berhenti. Gadis itu menunggu dengan resah sambil terus bicara dengan orang di seberang telepon sana.
"Rossa, relaks. Lo jangan emosi gini. Harus berpikir normal"
"gue udah sangat normal. Jadi lakukan apa yang gue pengen," perintah itu mutlak, dan Rossa tidak ingin mendengar hambatan lain. Dia harus melakukan langkah lebar untuk menyusul ketertinggalan ini.
"Rossa, gue jadi penasaran. Sebenarnya kamu benar-benar akan menikah dengan Charis nggak sih?"
Kedua alis Rossa bertaut. Tidak terima dengan pertanyaan dari lawan bicaranya. Dia tidak suka ketika ada orang yang mempertanyakan tentang hubungan mereka berdua. Karena sikap yang diberikan Charis saja sudah cukup. Sangat cukup untuk merendahkannya.
"Gue bisa cari orang lain yang bisa bantu gue."
Terdengar suara kekehan dari balik sambungan itu. "Lo tau nggak sih, lo sekarang terdengar sangat panik."
Suara lift berbunyi, pintu terbuka. Ada beberapa orang yang akan menuju lantai bawah seperti dirinya. Rossa masuk ke dalam bilik lift. "Apa lo pantas ngomong gitu ke gue?" katanya menahan kesal.
"Gue jauh lebih mengenal lo Rossa. Gue bisa aja bantu. Tapi, gue merasa ada yang salah di sini"
"Salah kaya gimana sih. Kalau lo nggak mau bantu yaudah. Gue bisa nyari orang lain!"
"Gue nggak bilang gue nggak mau. Kerjaan gue sangat sederhana dan gue bisa melakukannya bahkan kurang dari 10 menit dari sekarang."
"Ya terus lo nunggu apa sekarang?"
"Gue hanya memastikan. Kalau ini bukan kekesalan lo semata. Gue tahu lo yang nggak suka kalah dari siapapun. Jadi gue agak sangsi, kalau gue melakukan ini buat lo, apakah ada orang yang merasakan ruginya?"
Rossa diam. Hari ini dia sudah diingatkan oleh beberapa orang. Tentang perasaan yang dia berikan kepada Charis. Apa peduli mereka? Kenapa perasaan khusus diperlukan dalam hubungan ini? bukankah itu haknya, mengenai apa yang benar-benar dia rasakan?
"Apa pernah lo menanggung semua rugi dari apa yang gue perintah? Firman, asal lo tahu, saat ini lo duduk di mana. Apakah lo bakal bisa duduk di sana tanpa gue?"
Ada suara helaan napas berat dari ujung sambungan. "Oke, lo menang. Selamanya ya Ros. Selamanya gue bakal jadi kacung lo buat menghancurkan orang yang nggak bersalah."
YOU ARE READING
A Midsummer Nights Dream ✔
FanficWanda hanya tidak percaya pada cinta. Dia memilih melakukan apapun sendirian. Lalu Charis datang. Membuktikan cinta itu punya kekuatan magis. Tapi Wanda tidak pernah percaya. Bagi Wanda, cinta sangat menyakitkan. Bagi Wanda, cinta hanya membawanya p...