⋆ ⋆
—Kim Taehyung melangkahkan kakinya menuju sebuah bangunan dengan struktur kayu mahoni gelap. Turun dari sebuah van berwarna biru langit dan putih di bagian bawahnya, dengan beberapa karat nampak di beberapa sisi. Kedua kakinya yang dilapisi timberland hitam terayun bersisian dengan salah seorang temannya, Kim Namjoon.
Ketika langkah Taehyung menapak untuk pertama kali di sebuah ruangan, semua pasang mata mengarah kepadanya. Memandang kagum akan aura bangsawan yang menguar dari pria itu. Ia menyibakkan coath putihnya kebelakang guna bersiap untuk duduk di salah satu kursi tinggi.
Seorang pelayan dengan pakaian khas hitam putih terburu menghampiri sang tamu yang sudah terlihat tak sabar meski pandangannya tetap menunjukkan ketenangan —tanpa ekspresi.
"T-tuan ingin memesan apa? Kami menawarkan liquor—" Pelayan tersebut beringsut mundur, menundukkan kepala takut takut saat tidak sengaja bersitatap dengan manik tajam milik Taehyung.
Bahunya ditepuk sekali, menimbulkan getaran takut yang kentara di sana. Saat mendongak, pelayan tersebut dapat bernapas lega karena Namjoon dengan senyum berlesung pipinya lah yang menyadarkannya.
"Kami tidak perlu minum. Tolong panggilkan atasanmu segera, Tuan Kim sedikit terburu hari ini." Setelah mengiyakan ucapan Namjoon dengan cepat sang pelayan terbirit ke bagian belakang meja bar yang bisa di pastikan untuk memanggil pemilik tempat ini.
Pandangan Taehyung mengedar, memperhatikan sekitar yang tampak tidak terlalu ramai, tidak seperti biasanya. Hari itu Taehyung memang sering datang kemari. Mungkin terhitung tiga kali dalam satu tahun?
Termasuk sering? Tentu. Karena tiap harinya seorang Kim Taehyung harus berpindah pindah dari tempat satu ke tempat lainnya, bahkan berkeliling dunia. Bersama sekelompok kawanan yang sudah dianggapnya sebagai keluarga sendiri, seorang Kim Taehyung memiliki pekerjaan sejenis 'penghibur'.
"Tae," Taehyung langsung memusatkan atensinya pada sudut lorong ruangan temaram tersebut. Namjoon mengajaknya mendekat pada sang pemilik bar yang sudah memberi mereka kode untuk mendekat.
Seorang pria paruh baya dengan perut buncit dan aroma alkohol yang menguar dari tubuhnya sungguh membuat sesak. Taehyung harus repot repot mengapit hidungnya dengan jari sembari mendekat pada pria itu —yang kini berada dalam cengkraman pemilik bar.
"Sudah ku katakan aku tidak menjual anak itu!" belum juga ditanya apapun oleh Taehyung maupun Namjoon, pria tambun tersebut sudah mengelak.
Tapi bukan Taehyung namanya kalau tidak mendapat yang ia inginkan.
Belah tangannya yang terbalut sarung tangan putih mahal terangkat menyentuh dagu si tambun. "Tuan Jeon, aku bahkan tidak menunggu persetujuanmu." Suara rendah yang siapapun mendengarnya pasti akan beringsut mundur, memilih menurut daripada mati sia sia.
"—serahkan saja anak itu padaku, dan aku tidak menerima penolakan."
Pemilik bar yang sudah bekerjasama dengan Taehyung begitu saja menghempaskan tubuh tambun Tuan jeon yang bahkan sudah tidak mempu menopang tubuhnya sendiri karena pengaruh alkohol. Pun, beberapa orang dengan tubuh kekar mulai bermunculan mengelilingi mereka bertiga.
Yakin sekali kalau itu dalah segelintir anak buah Yang Mulia Tuan Kim.
Tuan Jeon sepenuhnya sadar kalau ia telah membuat kesalah besar karena menentang keinginan seorang Kim Taehyung. Ia merangkak berusaha meraih kaki jenjang Taehyung, menciuminya tanpa jijik.
"M-maafkan aku , Tuan. D-dia baru saja dibeli o-orang lain." Tergagap, kedua tangannya menyatu dengan digosokkan berharap Taehyung mengampuninya karena telah mengambil keputusan yang salah.
Rahang Tehyung mendadak mengeras, jemarinya mengepal erat. Perkataan pria Jeon yang sedang berlutut di kakinya itu membuat amarahnya tersulut. Padahal ia sudah berpesan dari kemarin untuk menjaga barangnya baik baik sampai berpindah tangan padanya.
Namjoon sudah tidak bisa turun tangan kalau Taehyung sudah semarah ini. Ia lebih memilih untuk mundur teratur sebelum masuk pada kubangan neraka.
"Brengsek." Terkesan tanpa amarah namun penuh penekanan. Lebih buruk daripada sebuah amukan Kim Taehyung.
Kepala si buncit sudah telak berada di bawah telapak kaki Taehyung. Sebelah telinganya tepat berada di bawah sepatu mahal mengkilat, sangat ngilu sampai teriakan sakitpun tidak lolos dari bibirnya.
Penderitaan sang tua Jeon masih berlanjut sampai seorang pria cantik berbahu lebar datang dengan napas memburu. Sangat diharapkan oleh Taehyung bahwa berita baik yang dibawa olehnya.
"Tae— aku menemukannya! — Anak itu bersama Hoseok sekarang!" masih tersengal dan berat tubuhnya ditumpukan pada lutut, ia menunjukkan wajah sumringah yang artinya pertanda baik.
Begitu juga Tuan Jeon. Wajahnya ikut sumringah meski darah mengalir dari hidungnya. Yang terpenting sepatu suci Taehyung sudah menyingkir dari wajahnya.
"Bawa anak itu." Titah Taehyung mutlak.
---
⋆ ⋆
Saya harap ini bakal rame. Sebenernya sudah siap draftnya sampai chapter 4 tinggal update, tapi takut garame. Semoga kalian suka.
anyway, stay health everyone~♥
YOU ARE READING
HIREATH | vkook
Fanfiction❝Membawamu keliling dunia, menunjukkan sisi paling indah dari bumi. Hanya itu tujuanku.❞ Sudah menjadi perkerjaan tetapnya, Kim Taehyung mengepalai rombongan 'penghibur' untuk berkeliling dunia. Meski meliliki harta yang tidak akan habis walaupun ia...