Chapter 3 Bagian 5 "Vrijheid of dood!"

520 69 1
                                    

*Putar lagu di atas

POV Karim

Beberapa hari telah berlalu sejak percakapan ku dengan Sofia dan beberapa hari pula ia tidak terlihat di kampus. Biasanya aku menemukan dirinya merenung di perpustakaan atau gazebo ruang hijau kampus. Namun, akhir-akhir ini ia tidak ada, aku harap ia aman karena mungkin hari ini akan terjadi kerusuhan lagi.

Ya, hari ini akan diadakan demonstrasi lagi mengenai kebijakan yang akan diterapkan oleh Perdana Mentri Willem van Huizen. Aku dan Muhamed berada di titik kumpul aksi massa yang akan berjalan ke depan gedung Volksraad bersama dengan para mahasiswa dari seluruh kampus yang ada di kota ini.

Ilya tidak mengikuti demo karena dia warga negara asing, kendatipun begitu ia berdoa semoga kami aman dan juga ia akan membantu dengan cara yang ia bisa mengenai persoalan yang sedang kami hadapi khususnya ia membantu ku untuk menang melawan Vinno.

Menurut informasi yang berhasil Ilya gali, ia adalah seorang Neo-Nazi, seseorang dengan kedudukan tinggi dalam Organisasi Deep State rahasia Kerajaan Belanda yang beraliran fasis dan juga penggemar ideologi Nazi Jerman yang tertuang dalam Buku Mein Kampf beserta Partai Belanda yang menjadi sekutunya pada masa perang dunia kedua yaitu Nationaal-Socialistische Beweging Partij atau disingkat sebagai NSB. Tidak heran sikapnya seperti itu di depanku dan orang-orang sepertiku.
Aku harap Allah memberikanku kemenangan atasnya atau ia mendapat hidayah, aamiin.

Beberapa puluh menit berlalu, akhirnya instruksi diberikan, kami mulai berjalan, meneriakkan yel-yel mahasiswa hingga akhirnya kami sampai di depan gedung Volksraad. Para Schutterij sudah berbaris berjejer mengenakan atribut lengkap mereka bahkan sebagian mereka juga ada yang membawa senjata api Laras panjang, ironisnya sebagian dari petugas itu adalah pribumi.

Ternyata benar, yang menyebabkan Indonesia mudah dijajah itu bukan karena ulah Belanda, tapi karena ulah penguasa pribumi dan para pribumi yang menindas sesama mereka, ironis. Mau disebut pengkhianat pun percuma karena aku sendiri masih bingung mengenai apa makna pengkhianat yang sebenarnya? Di sekelilingku banyak Mahasiswa Belanda yang ikut berdemo membela hak dasar manusia di sini sedangkan di sisi lain adalah mereka pribumi yang berpakaian lengkap bersiap untuk menyakiti, menghajar, membunuh kami semua.

Orasi dimulai, Kak Adrian beserta ketua BEM dari Perguruan Tinggi lainnya mulai mengeluarkan tuntutan dan kecaman mereka yang berisi protes terhadap kebijakan yang sedang didiskusikan di parlemen dan akan disahkan dalam waktu dekat ini. Mereka juga meminta agar ada perwakilan dari Volksraad yang keluar dan bersedia bernegosiasi dengan mereka atau setidaknya memersilakan kami masuk untuk bernegosiasi. Namun, masih nihil tidak ada respon apapun. Yah, sudah kuduga, mereka bukan wakil rakyat, anggota Volksraad adalah wakil keinginan penguasa dan wakil dari ego mereka sendiri. Sarang para bedebah yang matanya akan menjadi buta, telinga mereka menjadi tuli dan mulut mereka akan membisu ketika keinginan rakyat bukan menjadi keinginan mereka.

"Vrijheid of dood! Vrijheid of dood! Vrijheid of dood! (Kebebasan atau mati! Kebebasan atau mati! Kebebasan atau mati!)" Slogan di teriakkan, pidato diucapkan, kecaman dilontarkan, protes didengungkan, drama dipentaskan di depan para Schutterij.

Suasana yang awalnya terkendali mulai berubah kacau. Dari bagian belakang, massa aksi mulai panik. Ada sekelompok orang mencoba memprovokasi amarah kami dan sepertinya kerusuhan akan dimulai. Mereka melempari kami dengan batu, ada juga yang ditarik dari barisan oleh orang-orang itu sehingga memicu keributan.

Aku melihat beberapa Schutterij di depan mulai menunjukkan senyum sinis mereka, terlihat dari mata mereka yang dipicingkan. Kak Adrian dan ketua BEM mahasiswa kampus lain berusaha menenangkan barisan mereka sambil terus menyanyikan lagu Hati-Hati Provokasi. Namun, saat perhatian kami sedang tertuju pada barisan belakang, para polisi yang ada di depan mulai mendekati kami, menghina kami, meneriaki kami berusaha memancing emosi kami. Situasi makin tidak terkendali hingga akhirnya keributan dimulai.

Antara Darah Dan Hati 2 Dream RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang