"Udah ah diem!"
Begitu Raden menegur Kansa dengan kasar, saat itu juga aku menyadari ada yang aneh dengan Raden. Bukan keanehan dimana ia merasa terganggu oleh orang yang tidak ia sukai, namun terganggu oleh apa yang ia anggap mengancam. Bisa jadi benar perkiraanku, Raden mendapatkan Kansa dengan uang dan takut jika Kansa berpaling pada Pak Arden.
"Maaf, aku cuman mau ngasih tau mereka pencapaian kamu..." Kansa mundur beberapa langkah, ia menundukkan kepalanya dan kedua tangannya bermain-main penuh ketakutan di bawah. Apa jangan-jangan mereka memang biasa begini? Hubungan mereka toxic sekali!
Memang sudah takdir Kansa, bukan? Tidak pernah melebihi aku. Jadi yah...
"Ya udah, tapi gak perlu gitu, kan? Lagian mereka keliatannya ga begitu tertarik." Bentak Raden dengan suara sekecil mungkin, sepertinya ia berharap agar tidak ada orang lain yang mendengarnya bersikap seperti itu pada Kansa.
"Maaf..." Ucap Kansa dengan lirih. Ugh, jujur saja aku sungguh kasihan. Namun Raden tampak cukup menyeramkan, untung saja bukan aku yang terperangkap dalam kandangnya.
"Kami tertarik, kok." Jawab Pak Arden yang membuatku sedikit terkejut, wah buaya memang pada gentleman semua, ya! "Jangan marah-marah begitu, kita gak terganggu, kan? Nissa."
Huh, kenapa tiba-tiba aku dibawa?
Kebiasaan sekali ya om-om kaya raya yang sau ini.
"Eh, iya. Raden jangan gampang emosi gitu dong, apalagi ini hari spesial begini, masa mau marah-marah terus?" Marah aja terus gak masalah, supaya Kansa batal menikah dan aku gak kena nyinyiran terus!
"Maaf, saya cuman kurang suka diumbar-umbar..." mata Raden tertuju pada Pak Arden, ia tampak ragu-ragu untuk melanjutkan ucapannya, "...pekerjaannya begitu."
"Ya gak masalah, intinya..." Pak Arden menepuk pundak Raden, astaga sudah berapa banyak tangan yang aku lihat saling menepuk pundak hari ini? "...jangan terlalu melebih-lebihkan sesuatu."
Lho...
Saat itu juga, ketika Pak Arden melanjutkan kalimatnya, ekspresi wajah Raden berubah menjadi sedikit panik. Ada apa, ya?
一一一
Setelah acara selesai, kami sekeluarga diajak berkumpul untuk makan bersama. Saat aku hendak menolak tiba-tiba saja Tante Euis memaksaku untuk mengenalkan Pak Arden. Haduh, sudah kuduga hal seperti ini akan terjadi. Namun sayang sekali karena aku belum sempat mempersiapkan jawaban, jadi improvisasi saja deh.
Namun jauh lebih dari itu, pikiranku kian berputar-putar tentang Raden. Gerak-gerik Raden yang aneh tadi membuat aku sedikit curiga padanya. Maksudku bukannya sudah jelas? Katanya berasal dari keluarga baik-baik, tapi sampai sekarang aku masih belum melihat pihak keluarga besar Raden tuh. Bahkan tadi hanya ada seseorang yang Raden akui sebagai Adik, orang itu pun gerak-geriknya aneh. Ditambah omongan Kansa yang tidak konsisten, sebelumnya ia mengenalkan Raden sebagai ketua divisi apalah itu, tapi kenapa tadi tiba-tiba berubah jadi manager keuangan?
Tante-tante juga tanpaknya kurang peduli dengan apapun. Yang ada dipikiran mereka hanyalah Kansa akhirnya menikah dengan pria yang mapan. Entah bagaimana aku jadi curiga kalau para Tante takut jika Kansa tidak laku jadi selagi ada yang mau ya sudah biarkan saja.
"Kamu keliatan bingung gitu." Tanya Pak Arden yang baru saja memakan potongan buah semangka, beliau duduk di sebelahku dan di sebelahnya ada Riska... yang tampaknya sedikit aneh?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ninetynine of Hundred
Teen FictionKalau Adine adalah orang yang hidup didunianya sendiri, maka Arden adalah orang yang terobsesi dengan dunia itu. ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ Tuntutan pernikahan dari keluarga besar dengan pemikiran primitif, membuat Adine Issabella Lim semakin pusing p...