Tsunami 1

15 0 0
                                    

Namaku Cut Ana, Aku tinggal di Aceh bagian barat. Tepatnya di Lamno, Kualadaya gampong(kampung) Gleejong.

Kami 4 bersaudara, aku yang tertua. Adik nomor 3 laki-laki, selainnya perempuan. Di rumahku ada nenek, ayah dan mama.

Kata Almarhum kakek buyut, Glee itu berarti gunung, Jong artinya ujung, jadi kampungku itu terletak di antara gunung dan paling ujung.

Jika orang luar Aceh, bakal bingung, di mana Gleejong, karena tidak familiar, Kalau Meulaboh dan Banda Aceh lumayan terkenal, jadi Lamno itu terletak di antara Banda Aceh dan Meulaboh.

Jadi jika mau ke meulaboh dari Banda Aceh, kalian akan melewati kota Lamno terlebih dahulu, kampungku masih di ujung sana.

Perjalanan ke Lamno di suguhi pemandangan yang indah, jika kalian tau ada namanya "Puncak Gurutee."
Di atas puncak itu ada tempat berteduh, pemandangannya laut, jadi jika mau ke Lamno ataupun Meulaboh, biasanya singgah dulu di sana.

Ketika melanjutkan perjalanan, sebelah kiri ada  gunung dan di sebelah kanan laut terbentang luas.
Jarak laut dan rumahku itu berkisar 200 meter, deburan ombak terdengar di malam hari,  bagai nyanyian nina bobok. Begitu tentram dan damai. Sunyi di malam hari akan berasa syahdu.

Suara jangkrik berpadu dengan suara ombak, kadang di tambah dengan suara-suata kodok meminta hujan, perpaduan yang unik. Jika sering kita dengar maka akan terasa sungguh menentramkan.

Hari ini tanggal 25 Desember 2004, tepatnya malam minggu, aku dan adik-adikku menonton televisi, tak terasa sudah pukul 23:00 Wib, malam sudah larut, mama menyuruh kami tidur.

Aku dan adik-adik bergegas masuk ke dalam kamar, ku rebahkan tubuhku di kasur, lalu terlelap dialam mimpi.
Suara azan subuh berkumandang. Begitu jelas terdengar. Bagaimana tidak, mesjidnya pas sebelah rumahku. Aku bergegas bangun dan segera wudhu.

Setelah selesai sholat, aku merebahkan tubuhku lagi dikasur. Aaah rasanya nyaman sekali.
Baru saja hendak memejamkan mata, terdegar mamaku memanggil dari depan pintu.

“Cut ana! Jangan tidur lagi, hari ini les komputer. Mandi sana!”.
“Haisssh... gak les lah ma, hari ini les terakhir, Cut Ana malas,” jawabku, kemudian memejamkan mata kembali.

Rasanya aku baru hendak terbang di mimpi, terasa ada yang mengguncnag tubuhku. Aku tersentak kaget.

“Bangun gak!” kata  mamaku.

Tangannya sudah mencubit pahaku.

“Auuuw sakit, iya bangun ini. Aduuuh sakit lo ma,” kataku sambil meringis.

“Sana mandi cepat!” hardiknya.
Beberapa menit kemudian aku selesai mandi, kini giliran adikku yang mandi. Oh ya aku dan adikku, sama jadwal lesnya.

Kulihat kalender tanggal 26 Desember 2004, kemudian aku bergegas mendekati mamaku, ku lihat dia sedang memasak.

“Ma hari ni les terakhir, aku mau libur aja yaaa,”rengekku.

“Kenapa?”

“Malas ma... Aku ingin libur 1 hari saja, ini kan minggu, biarlah aku dirumah saja, kan senin sampai sabtu aku sekolah.”

“Tidak bisa! kalian harus les hari ini. Harus!” kata mamaku sambil menyiapkan sarapan.

“Tapi maa...”.

“Gak ada tapi tapi!” katanya tegas.
Keputusan final sudah dibuat, mau gak mau harus pergi. Padahal sebelumnya sudah ku bayangkan hari ini aku bisa tidur sepuasnya, cuaca dingin sangat mendukung untuk tidur.

Matahari belum juga menampakkan sinarnya, di luar masih gelap. Saat ini pukul 05:30 wib.

“Sarapan dulu,” kata mamaku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TsunamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang