Chapter 5: Khitbahan

690 87 11
                                    

"Dan aku yakin setiap pertemuan pasti tak ada yang kebetulan, seperti aku kini"

***

"Saya akan menikahimu!"

Deg.

Ara mendongak. Memastikan siapa orang itu. Matanya membulat sempurna, orang itu lagi-lagi adalah orang yang masuk kedalam hidupnya belakangan ini-- Rey.

Lelaki itu berdiri dengan gagahnya, dengan kedua tangan yang ia masuk'kan kedalam saku celanannya, dan wajah datar yang sudah basah karna hujan serta pandangan yang lurus kearah jalanan.

Ara berdiri dengan gemetar. Rey menoleh kearah Ara, mata mereka bertemu beberapa detik, cepat-cepat Ara menunduk'kan pandangannya.

Rey masih saja menatapnya dengan raut datar. Mata Ara sudah sangat bengkak. Itu yang Rey tahu.

"Pulanglah! Besok malam saya akan mengkhitbahmu, ukhty!" titah Rey membuat Ara sedikit mendongak.

"Kenapa? Kenapa?!" tanya Ara dengan sedikit penekanan. Rey hanya menghela napas kasar. Pandangannya ia alihkan ke jalanan lagi. "Kenapa kamu ingin mengkhitbah ku?!"

"Karna Allah," jawaban yang dilontarkan Rey membuat jantung Ara berdetak-detak.

"Saya tidak tahu apa yang membuatmu menangis hebat seperti ini. Hingga-hingga kamu meminta lelaki semacam pria tadi untuk menikahimu! Cuih..." ucap Rey dengan senyum mirisnya.

Ara mencoba menetralisasikan perasaannya kini. Ia mencoba menyeka air matanya. Ia menghirup napas sejenak.

"Kamu tak perlu menikahi saya! Karna saya tak memintanya!" tegas Ara sekali lagi.

Rey menatap lekat Ara. Gadis dihadapannya ini ternyata sedang berada dalam tingkat emosinya yang memuncak. Sampai tak dapat lagi berpikir jernih.

"Lelaki semacam dia tak pantas untuk kamu, ukhty!" pertegas Rey dengan sedikit menekan disetiap katanya.

"Bukalah pikiranmu! Lelaki yang mencintaimu karna Allah tak akan mungkin menjerumuskanmu dalam jurang jahannam!" Rey kembali berucap.

Ara bungkam. Dalam hati ia membenarkan perkataan Rey.

"Apa kamu mencintainya, ukhty?"

Deg.

Pertanyaan itu membuat mata Ara membulat. Ia tak bisa bohong, hatinya hingga kini sama sekali belum terpaut dengan seseorang, termasuk Andi, ia sama sekali tak mencintainya.

Ara masih saja diam. Ia tak merespon sama sekali ucapan Rey. Bibirnya terasa pilu untuk berucap. Tapi tangisnya, tiada reda.

Rey terdiam sejenak. Melihat Ara lekat-lekat dari arah samping. Tubuhnya menggigil. Hujan sedari tadi tiada reda. Mata Ara sangat bengkak. Hidungnya pun memerah.

"Kamu pantas untuk saya cintai!" ucap Rey.

Deg.

Jodohku Ya Kamu[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang