Pasti ada yang salah.
Wanda mematut bayangannya sendiri di hadapan cermin. Berantakan. Dia akhirnya mewajari jika Charis membuangnya tadi pagi. Dja terlihat sangat buruk.
Ada luka yang besar. Penolakkan tadi pagi begitu menyakitinya. Meskipun dia yakin apapun yang dihadapinya tadi bukanlah Charis.
Berulang kali. Berulang kali dia merasakan dirinya dibuang begitu saja. Dia selalu berlindung di tempat yang salah. Selalu saja. Ayahnya bahkan menjadi satu-satunya orang yang tidak menginginkannya. Membuangnya. Tidak ada yang mau memberikan tempatnya berteduh.
Selama ini, Wanda berjalan sendirian. Semuanya baik-baik saja. Dia melalukan banyak hal sendiri. Mencari keuntungan dan materi untuk dirinya sendiri. Dan dia membatasi diri untuk tidak percaya pada hal apapun yang berjanji akan melindunginya.
Dia tertawa miris. Mengejek dirinya sendiri.
Faktanya saat ini, dia adalah manusia paling bodoh di dunia. Karena sudah percaya pada mahluk yang paling dia benci di seluruh permukaan bumi. Dia menggali kuburannya sendiri. Dan saat ini, dia dilempar ke dasar lubang kuburan tersebut.
Selamat.
Wanda memberikan selamat pada dirinya sendiri. Sungguh, bahkan atas kehancurannya, hanya dia yang menyaksikan. Memang, pada dasarnya Wanda tercipta untuk menikmati kesendirian. Tidak ada satupun yang akan mengharapkannya.
Sejak awal ini salah. Wanda hanya mencari pembenaran atas apa yang terjadi. Charis punya segalanya. Dia memiliki kemampuan untuk menciptakan segala yang mungkin tidak bisa dia ciptakan. Termasuk, menarik seluruh kepercayaan yang tidak Wanda berikan kepada siapapun.
Menatap pantulan dirinya. Wanda seolah ingin memberi semua tabungan yang dia miliki. Untuk memasang sebuah iklan. Memperlihatkan kekalahannya. Memperlihatkan kehancurannya. Menyatakan diri. Bahwa dia siap mati kapan saja.
Tapi, jangankan pergi. Saat ini dia masih mencari pembenaran. Bahwa mungkin dia hanya perlu bersabar. Charis akan kembali. Dia akan datang dan memberitahunya. Bahwa, Charis sedang merencanakan sesuatu.
Bayangan Charis tersenyum di sekitarnya. Merangkul bahunya. Mengusap rambutnya. Usapan kulit di pipinya. Sampai dengan kata-kata cinta dia usahakan agar muncul di dalam pikirannya. Memberikan sugesti. Agar dia tidak menyerah dalam keadaan ini.
Namun semuanya patah. Hanya karena teriakan Charis pagi ini. Tatapannya. Lelaki itu tidak pernah berbohong sejak awal. Dan hari ini tatapan itu berubah. Bukan seperti Charis yang dia kenal.
Atau sejak awal. Charis berbohong padanya. Dan, ini adalah hari dimana lelaki itu jujur.
Wanda ingin berhenti memikirkan hari ini. Mengenai apa yang terjadi. Dia ingin tidur. Melupakan penolakkan yang dia dapatkan dari Charis. Barang kali, dia hanya bermimpi jika Charis menolaknya. Atau dia bermimpi bahwa Charis tidak meninggalkannya pagi ini.
Atau, saat dia terbangun. Dia masih berada di dalam rumah bersama Ayahnya.
Wanda tidak mau repot melepaskan apa yang menempel di tubuhnya. Bahkan tas yang dia pikul tidak dia lepaskan. Sepatu yang menempel di kakinya pun tidak dia buka. Wanda menyelinap di antara selimut dan kasur.
Bau Charis masih di sana. Itu yang membuat bahwa penolakkan yang dia alami adalah kenyataan. Karena itu hatinya merasa sangat sakit. Tidak pernah dia merasa sesakit ini. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk tidur. Dan berharap. Bahwa dia tidak akan pernah bangun.
Karena setelah ini. Dia tidak akan sanggup menerima penolakkan lain.
.
Charis masuk ke dalam mobil saat dirinya ke luar dari pintu hotel bersama Agus. Mereka duduk berdampingan. Atas perintah Agus, sang supir menunggu di luar. Mereka perlu membicarakan hal penting.
YOU ARE READING
A Midsummer Nights Dream ✔
FanfictionWanda hanya tidak percaya pada cinta. Dia memilih melakukan apapun sendirian. Lalu Charis datang. Membuktikan cinta itu punya kekuatan magis. Tapi Wanda tidak pernah percaya. Bagi Wanda, cinta sangat menyakitkan. Bagi Wanda, cinta hanya membawanya p...