Bagian 1

13 1 0
                                    

Dentum lagu klasik berlantunan di sebuah cafe klasik. Lagu asmara 90'an berlantun jelas dari mulut seorang gadis 20 tahunan itu.
Hafal? Sebenarnya dia tidak terlalu hafal dengan liriknya, jika bukan karena lirik yang dia cari di Google mungkim tak akan sefasih ini dia mengucapkan lirik lantunannya.

"Kupersembahkan lagu ini,
Sebagai tanda cinta kasihku,
Padamu setulus hati ini untukmu,
Kau permata hati"

Begitulah lirik sajak pertama lagu yang dia lantunkan seperti puisi, lagu ini sudah lumayan dia hafal dan mulai dia sukai terlebih kerap mencerminkan isi hatinya. Lagu yang memiliki judul untukmu, ciptaan dari Tito Sumarsono.
Begitulah Linka menghabiskan malamnya hari itu, dengan menyanyi menghibur semua pengunjung cafe yang lumayan terkenal di Makassar.

Gadis asli jawa itu cukup berani untuk merantau sendiri di Makassar, pastinya masih ada teman-temannya yang membantunya untuk hidup di kota barunya tapi tidak banyak teman yang dia kenal di sebuah kota besar di makassar.

"Ini upah manggung kamu selama sebulan ini, seperti biasa gaji bersih x 2 jam x 8 hari ditambah dengan tip bersihmu." Kata seorang laki-laki yang umurnya sudah hampir 30'an tahun keatas.

"Kamu hitung dulu Linka," lanjutnya.

"Ini kelebihan pak, melebihi 2x lipat gaji saya bulan lalu," ucapnya kebingungan.

"Apa kamu sudah menghitung tip mu?" tanya laki-laki itu.

"Bahkan tip yang saya dapat melebihi tip yang bapak tentukan," ucap gadis itu tambah bingung.

"Hahaha tidak apa-apa, saya memang sengaja memberimu tip yang lumayan untuk bulan ini karena kamu sudah berhasil membuat cafe saya semakin diminati sekarang. Dan ada tambahan tip yang saya selipkan digajimu, itu tip dari beberapa pelanggan yang menyukai lagumu." tuturnya.

"Terimakasih banyak pak, saya akan usahakan bulan kedepannya akan semakin memajukan cafe bapak." harapnya dengan tersenyum.

"Kamu sudah cukup memajukan cafe saya, terimakasih, sekarang kamu bisa pulang."

"Baik pak, terimakasih juga dari saya" ucap gadis itu sopan, lalu mulai beranjak dari tempatnya meninggalkan laki-laki yang tadi ia ajak bicara.

Linka POV
Aku duduk di bangku taman tak jauh dari cafe tempatku manggung. Aku genggam uang itu rapat-rapat berharap uang yang aku dapat bisa cukup untuk keperluanku.

"Hmmm semoga uang ini cukup untuk membeli tiket pesawat, aku rindu rumah, Linka rindu Ibu & Ayah" ucapku menahan getaran bibirku.

Aku sudah merindukan wajah orangtuaku, kadang kubayangkan diatas langit sambil berharap mereka sehat dan baik-baik saja jauh dariku. Memang aku masih bisa menelepon mereka, tapi aku tidak bisa melihat mereka dari dekat. Jujur aku sangat rindu ingin berkumpul lagi.

Tunggu Linka ya, Buu-Yahh, batinku.

"Linka?" panggil seseorang mengejutkan lamunanku.

Aku menengok ke belakang, memandang seseorang yang memanggilku. Namanya Samudra lelaki yang aku kenal saat di Bandara. Postur tubuhnya tinggi dan cukup gagah kekar di balik kaos yang dia kenakan. Woooww jangan salah kenapa aku bisa tahu bentuk tubuhnya, karena aku sering melihatnya berenang tanpa kaos di dekat cafe. Nadanya serak tinggi menambah kegagahannya atau bahkan wajahnya yang tampan akan membuat perempuan mimisan melihatnya, haha. Selayaknya dia adalah pria sempurna.

"Ada apa Sam?" tanyaku membelakanginya.

"Ini sudah malam, untuk apa kamu kemari?"

"Hmm sedang memikirkan sesuatu."

"Kyaaaa, kamu nggak takut kalau nanti ada serigala yang menggodamu honey?" Samudra menggodaku.

"Kamu serigalanya!" ketusku.

"Aku serius Ka, ngapain kamu disini? Ini sudah sangat malam untuk gadis sepertimu!"
Pertanyaan yang cukup menegaskanku.

Aku mulai beranjak dari tempat dudukku, bahkan aku masih melihatnya berdiri tegak dibelakang tempat aku duduk sedari tadi.

"Aku mau pulang, sudah cukup,"

"Mau aku antarkan? Kita kan searah." tawarnya.

"Boleh!" Aku menjawabnya terlalu dingin, aku sedang tidak mood membahas apapun.

Di jalan aku hanya diam menatap jalanan sambil meremas-remas jari dibalik saku jaket yang kupakai. Bahkan Samudra juga tidak mengajakku berbicara.
Menyebalkan, batinku sambil meliriknya.
Sesekali dia melihat layar ponselnya, sadar aku meliriknya kesal dia malah melihatku.

"Apa?" tanyanya.

"No, I not see you."

"Kamu melirikku sedari tadi Linka, aku tau,"

"Ada sesuatu di ponselmu? Sampai berulang kali kamu melirik ponselmu sendiri?" tanyaku penasaran.

"Kenapa? Tidak ada salahnya kan? Aku menunggu pacarku membalas chat dariku?"

"Bucin,"

"Kamu tidak lupa dengan rumahmu kan?" terlihat wajahnya yang sedikit heran kulihat.

"Tid...." mataku terbelalak, langkahku terhenti, kulihat kiri-kanan.

"Hahahaha Linka, kamu bahkan tidak sadar sudah melewati rumahmu sedari tadi." ledeknya.

"Uhhhhh, semua gara-gara kamu, aku harus berbalik arah lagi, pergi sana bucin!" kesalku padanya.

Aku mulai geram sampai aku memukul dada bidangnya terasa keras.
Aku mendorong tubuhnya menjauhiku,"Pergi, pulang sana ihhhh!"

Dia malah mengejekku dengan tawanya, ahh aku mulai kesal melihatnya, aku langsung berbalik arah untuk pulang.

Author POV
Linka menyesal sudah berbicara dengan Samudra, karena saat itu dia mulai tidak fokus meneliti sisi mana kos-kosannya. Langkahnya terhenti di depan pintu bertulis kan K6-Gang 2, kamar kos Linka memang berada masuk ke Gang, karena itu tadi dia sempat melewatinya saat mengobrol dengan Samudra. Dibukanya pintu untuknya sendiri, terasa sunyi memang, tapi ini yang hanya bisa dia dapatkan selama dia merantau.
"Asallamu alaikum," ucapnya tanpa ada yang menjawabnya.

°°°°°°

Ini awal aku menceritakan imajinasiku, banyak sebenarnya yang menginspirasi ku membuat cerita ini.
Thorr berharap aja semoga ada yang suka sama cerita yang Thorr buat hehe😅, nanti Thorr publish bagian lainnya ya, tunggu aja reader, terimakasih sudah membaca bagian pertamanya😆

~Ryna

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mantan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang