Day 30

24 8 1
                                    

Karena aku sudah berulang kali bilang pada Calum kalau aku tak nyaman bila jalan-jalan dengannya naik motor barunya itu, akhirnya Calum tetap membaku menggunakan motor lamanya. Walaupun sederhana, namun aku nyaman.

Aku sedang mencoba resep-resep masakan yang mudah, namun pekerjaanku terhenti karena tiba-tiba Calum meneleponku.

"Liona, boleh ketemuan nggak?" tanya Calum.

Suaranya terdengar lebih berat dari biasanya.

"Ada apa, cal?" tanyaku.

"Nanti aku ceritakan, kira-kira 15 menit lagi, aku sampai di rumahmu." balas Calum.

"Oke, oke."

Aku langsung membereskan alat-alat masakku dan bergegas berpakaian untuk bertemu dengan Calum. Dan benar, tak lama kemudian, Calum datang ke rumah, dan ia mengajakku ke suatu tempat.

Sekarang kami tiba di taman kota. Calum duduk dan lebih diam seperti biasanya.

"Kenapa, cal?" tanyaku.

Calum duduk dan membungkuk sambil melipat jari tangannya. Pandangannya masih lurus ke depan, tak melihatku sama sekali, dan ia mulai menjawab,

"Aku udah capek." ucap Calum.

"Capek kenapa?" balasku

"Capek, karena semuanya berantakan, na! Aku udah berkali-kali ngerapihin itu semua tapi tetap saja berantakan." jawab Calum.

"Apa maksudnya?" tanyaku.

"Kalau kamu ngira selama ini hidup aku asik, punya banyak teman, punya pacar yang keren, punya segalanya, sebenernya enggak, na, enggak!" jelas Calum.

"Orang tuaku sekarang mau pisah, mereka sering berantem, tapi kakakku tak pernah peduli, aku terus yang berusaha menenangkan suasana, berdoa bagi mereka. Aku capek." jelas Calum.

Calum menangis. Baru kali ini aku melihat ia menangis. Entah kenapa rasanya sakit sekali melihat tangisannya. Ia sekarang sedang bersandar di bahuku.

"Aku nggak tahu lagi harus cerita sama siapa, na. Aku kesepian. Tapi cuma kamu doang yang bikin kesepian itu hilang." ucap Calum.

Aku pun berusaha menenangkannya. Aku memang bukan ahli memberikan solusi kepada orang lain, karena aku saja tak bisa mengatasi masalahku sendiri, tapi setidaknya aku bisa menghibur orang lain.

"Cal, aku tahu kamu capek, tapi suatu saat, lelah itu bakal terbayarkan, percaya sama aku. Jangan putus asa, ya." ucapku.

Calum mulai nampak tenang, lalu aku membelai rambutnya untuk yang pertama kali.

"Cal, jangan nangis lagi ya, karena aku benci melihat kamu sedih."

•••
Asik siap-siap udah mau tamat hehe.

Before You Sleep || Calum HoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang